"Sorry. Gue mau ngundurin diri jadi mayoret sekaligus keluar dari Marching Band."
"Shei, kamu serius?"
Sahabat Shei sejak SMP menanyakan. Dia adalah Alya. Gadis teladan dan culun yang dengan tulus berteman dengan Shei. Dulu.
"Alasannya kenapa?"
Kali ini kakak kelasnya yang bertanya, sebagai ketua Marching Band Nusantara High School.
"Gue, nggak bisa lagi. Kalau emang Kak Vero nggak ngizinin, keputusan gue udah bulat, gue akan tetep keluar dari Marching Band. Maaf, Kak."
Shei pergi tanpa mendengar persetujuan ketua. Perasaan Shei sebenarnya sangat berat untuk keluar dari anggota Marching Band, tapi ini untuk kebaikan seseorang.
Kenangan satu tahun yang lalu saat dia bersekolah di Nusantara High School. Shei mencoba memfokuskan diri, dia memandang ke depan. Semua orang tengah menunggunya.
Shei mengeratkan memegang baton. Dan.
WOAAAAAHH
Semua orang segera melebarkan mata mereka dengan takjub. Shei sudah melempar tongkatnya, dan menangkapnya dengan sempurna.
Anggota kelas Flower pun ada menyaksikan aksi Shei itu yang menjadi mayoret. Shei menarik perhatian seisi sekolah. Memainkan, memutar-mutarkan, serta melempar baton.
"Wow," kagum Joy melihat sahabat barunya itu.
Joy tidak menyangka. Bukan. Tapi semua orang.
Pandangan Ello yang tidak lepas untuk melihat aksi Shei sedikit pun tidak ingin dilewatkan. Dia menatap bangga.
Tidak hanya sekedar memainkan baton, Shei sedikit melakukan gerakan untuk menari menambah kagum semua orang.
Tongkat itu kembali ia pegang dengan erat. Nafas Shei sedikit tidak teratur, mencoba mengontrolnya.
PROK PROK PROK PROK PROK
Suara tepuk tangan yang begitu banyak didengar Shei setelah menyelesaikan persyaratan untuk mengikuti ekstrakurikuler Marching Band Baknus.
Sudah lama ia tidak mendengar dan melihat orang menatapnya seperti ini.
"Shei...." teriak Joy. Shei melihatnya. "Lo keren abis....."
Shei tersenyum tipis dengan pujian itu.
Rave melihat semuanya, dia tersenyum miring menatap Shei di lapang. Lalu ia pun pergi.
"MB Baknus bakalan berjaya lagih nih."
"Lo bisa gabung sama Marching Band Baknus," ucap Feby, Ketua MB.
Ello memberikan sebuah jempol pada Shei dengan senyumnya itu.
...• • •...
Shei berjalan di lorong sekolah setelah apa yang ia lakukan di lapangan. Meski masih tidak percaya dia akan kembali menjadi mayoret.
"Shei."
Shei menengok ke belakang tanpa menghentikan langkahnya, setelah melihat siapa yang memanggilnya dia kembali melihat ke depan.
"Ternyata lo mutusin buat gabung Marching Band."
Shei angguk.
"Yang tadi itu keren. Beneran deh Shei, gue serius."
Joy memuji.
Shei tersenyum.
Sampai mereka tiba di kelas, Joy masih memuji Shei. Melebih-lebihkan. Orang-orang menatapnya ketika Shei masuk, masih ada yang memandangnya tidak senang mungkin karena berita yang tersebar kemarin bahwa Shei adalah seorang pembully, tapi tidak sebanyak kemarin. Tatapan mereka sedikit berubah.
Atau mungkin gara-gara aksi Shei di lapangan. Shei juga tidak tahu.
"Shei, yang tadi lo keren banget."
"Bener. Lo keren banget serius, lo udah kayak mayoret profesional."
Mendapat pujian baru dari teman sekelasnya, Shei tidak memberikan ekspresi meskipun sebenarnya dalam hatinya dia senang.
Brak. Suara kecil gebrakan meja dari tempat duduk Fay. Salah satu murid kelas Flower yang memperlihatkan ketidaksukaannya pada Shei.
Semua orang melihat ke arahnya.
"Kalian semua! Kalian mau diem aja setelah dia mempermalukan kelas kita," kelakar Fay.
"Emang Shei ngelakuin apa??" sosor Joy kepada Fay untuk membela.
"Dengan rumornya yang tersebar itu," tekannya. "Dia udah melanggar aturan nomor satu. Apa kalian nggak akan bertindak setelah dia mempermalukan Flower Class? Huh?!"
Sepertinya Fay memiliki dendam tersendiri pada Shei.
"Alya, lo ketua kelas disini. Kasih dia konsekuensi setelah melanggar aturan," tuntutnya lagi.
Alya berpikir keras untuk itu. Pertama kalinya dia menghadapi masalah yang melanggar aturan kelas. Pasalnya dia adalah murid baru yang mendapat hoki langsung ditunjuk menggantikan ketua kelas lamanya.
Tapi bukan Alya jika tidak bisa menyelesaikan masalah yang mungkin masih sepele ini.
"Kalau begitu, kita lanjut ke peraturan nomor dua," ujar Alya membuat semua orang bengong. "Dilarang saling mengucilkan penghuni kelas Flower dan harus selalu bergandengan tangan."
Mereka terdiam setelahnya.
"... Karena kita nggak tahu awal permasalahan Shei di sekolah lamanya, dan belum ada bukti yang pasti. Lebih baik, kita pegang erat dengan peraturan nomor dua tadi."
"Nggak bisa gitu!" tolak Fay. "Dia bener-bener udah mencemarkan nama baik sekolah."
"Berarti, masalah Shei itu biar jadi urusan sekolah," imbuh Alvin. Kali ini dia yang berbicara untuk menyelesaikan masalah ini.
"Karena masalah Shei menyangkut sekolah. Jadi, kita nggak usah ikut campur," tambah Ello untuk membela Shei.
"Sekolah aja adem-adem aja sama Shei," seloroh Ghesa kali ini.
"Wah gue setuju tuh Ghes..." kata Joy menyetujui ucapan Ghesa tadi.
Fay menahan emosinya itu. Dia tidak bisa berkutik lagi.
"Selamat siang anak-anak."
Suara itu membuat murid Flower segera bergegas duduk setelah kedatangan wali kelas mereka, Pak Satria.
"Selamat siang, Pak...."
Dan Shei duduk diam, dia tidak menyangka, ada orang-orang yang membelaya. Di sekolah barunya ini.
"Shei," panggil Satria. "Saya liat kamu tadi di lapangan, keren," pujinya.
Shei senang mendengarnya. "Makasih, Pak."
"Baiklah, karena seminggu lagi kita akan melakukan Ujian Akhir Semester. Saya akan mengubah tempat duduk kalian dari sekarang."
"Yaaaah.... Pak......" keluh murid Flower.
"Nggak ada yang ngeluh-ngeluh. Semuanya berdiri, dan tunggu di belakang."
Tidak memakan waktu yang lama untuk pak Satria mengatur tempat duduk murid Flower.
Ada yang menerima dengan senang hati dengan kursi barunya, ada yang tidak suka, ada yang acuh tak acuh.
...Denah Tempat Duduk Flower Class...
Joy menoleh ke belakang dengan senyumnya, melihat Shei yang duduk di belakangnya. Sementara Alvin dan Alya duduk paling depan dan bersebelahan. Rave kembali dengan kursi keramat di bagian paling akhir, meskipun hanya berpindah barisan.
Dan Ello.
"Hai El...." Fay akhirnya mengatakan apa yang dia harapkan bisa terjadi, dia bisa duduk dekat dengan orang yang disukainya.
Ello memutarkan bola matanya malas segera dia mengangkat tangan. "Pak, saya mau pindah. Nggak mau duduk disini."
"Kalau nggak mau yaudah nggak usah ikut belajar."
Ello mendengus kesal.
"Saya akan memberikan soal untuk kalian kerjakan, tapi sebelum itu, kalian tonton video nya terlebih dahulu."
Meski pembelajaran sudah dimulai, Shei melihat ke depan tapi tidak memperhatikan layar menonton video melainkan ke sosok Alya yang duduk di depan sana.
Kenapa dia ngebela gue tadi? Apa itu cuman pura-pura? Atau... emang surat misterius dan akun itu bukan ulah dia?
Shei semakin pusing dengan masalah yang sangat misterius ini yang datang menghampirinya di sekolah baru.
...🌸...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments