Di pagi hari ini, secepat inikah aku harus sekolah kembali. Baru saja kemarin aku sampai di rumah omah dan juga harus mengalami kejahatan di kota ini. Yaampun. Sekarang aku harus langsung masuk sekolah di sekolah baruku disini.
Bagun di pagi hari, aku sudah lupa bagaimana caranya. Satu bulan putus sekolah.
"Astagfirullah!"
Shei terperanjat melihat neneknya duduk di meja makan sambil memegang gayung.
Mah, pah, apa kata Shei bilang, omah jadi nenek gayung. Batin Shei.
"Shei..."
"Iyah, Omah?"
"Kenapa berantakan pake seragamnya? Sini, omah benerin."
"Omah...., pake seragamnya emang kayak ginih, style anak gaul."
"Gaul apaan," celetuknya. "Kamu tuh kayak cabe-cabean yang sering omah liat di pasar. Sini cepetan, omah benerin."
Ya Allah, Shei dikatain cabe sama omah.
Nenek merapihkan seragam yang Shei kenakan. "Nah ini baru cucuk omah, cantik, manis, anggun. Senyum dong."
Shei tersenyum walau sedikit terpaksa, ia kembali bercermin untuk melihat. Rapih, tampak manis, seperti anak yang baik. Shei berpikir panjang, sudah lama ia tidak berseragam dengan penampilan seperti ini. Selama ini Shei berusaha menampilkan dirinya seperti bad girl di sekolah lamanya. Karena suatu alasan.
Dia duduk dan mulai sarapan dengan nenek.
"Omah kenapa bawa-bawa gayung?"
"Oh gayung ini? Hehe lupa kebawa, tadi habis nyiram bunga."
"Ah... iyah..." Shei berseri dengan perasaan lega.
Semoga omah nggak berubah jadi nenek gayung.
Masih teringat kejadian kemarin, nenek seharusnya menjemputnya dan dia tidak akan mengalami kejadian bertemu dengan preman-preman itu, bahkan nenek lupa kalau cucunya akan datang. Sudah berakhir. Sheila beruntung punya bos. Sheila lupa menanyakan namanya yang pada akhirnya malah dia panggil bos seperti yang lainnya.
...****************...
Shei diantar oleh Paman Jaka yang selalu menjaga nenek disini. Nenek berkata untuk pertama kali Shei harus diantar dulu dan selanjutnya Shei harus mandiri jika ingin tinggal di sini. Shei tahu, Shei sedikit manja jika bersama orang tuanya karena tidak selalu bersama orang tuanya yang selalu ditinggal.
Omah nggak tahu aja. Padahal aku anak bandel di sekolah dulu.
"Nah ini sekolah barunya," ucap paman Jaka.
Gerbang sekolah sudah terlihat bernama SMA Bakti Nusa. Shei tidak menyangka ada sekolah sebagus dan seindah ini di kota yang selama ini pernah Shei kunjungi dulu waktu kecil, entah kenapa perasaannya tenang melihat sekolah barunya ini terlihat lebih indah untuk dilihat. Semoga ini menjadi pertanda baik dalam pikiran Sheila.
"Non, paman nggak bisa anter sampe dalem soalnya paman ada urusan."
"Nggak papa, Paman."
"Paman pamit."
"Iyah paman makasih udah nganter."
Shei terdiam melihat sekolah barunya. Ia berdoa agar selalu ada kebaikan untuk mendekatinya di saat seperti ini. Perasaannya sedikit gugup, dia kembali merasakan suasana sekolah, dan terlintas kejadian di masa lalu membuatnya takut.
Dia masuk untuk menyapa guru yang sedang bertugas di gerbang untuk memeriksa murid-muridnya. Orang-orang disini memandang Shei, seperti biasa jika ada murid baru mereka selalu menatapnya. Mereka asing bagi Shei, dia mengabaikan tatapan itu.
"Ruang guru dimana ya?"
"Hei..."
Shei melihat ke kanan ke kiri untuk mengecek siapa yang disapa murid laki-laki itu. Shei menunjuk dirinya, dan mendapat anggukan dari murid itu.
"Murid baru?"
Shei angguk memperhatikan murid itu dari bawah sampai atas.
Keren sih... tapi.... kenapa pake kacamata item di sekolah emangnya mau fashion show.
"Mm mau tanya kalau ruang Kepala Sekolah di sebelah mana yah?"
"Kamu lurus aja terus nanti belok kanan."
"Ruang Kepala Sekolahnya disitu?"
"Bukan, disitu toilet," terangnya membuat Shei kesal namun ia tahan. "Nah terus lo lurus lagi belok kiri."
"Ruangannya disitu?"
"Bukan, disitu lapangan indoor."
Sabar Shei sabar... Pertama masuk sekolah jangan sampai ribut.
"Dipinggir lapangan indoor ada tangga, nah baru disitu ruang Kepala Sekolah."
"Kalau gitu makasih," ucap Shei dengan senyum paksanya.
Setelah murid baru itu pergi, pemuda berkacamata hitam itu berlari kencang lalu menaiki tangga ke lantai dua masuk salah satu kelas yaitu kelas yang bernama XI - Flower. Ia langsung menjadi pusat perhatian penghuni kelas tersebut.
"Oy oy oy ou oy...!"
"Lo bisa nggak masuk kelas biasa aja!"
"Sorry dahh, gue terlalau seneng bukan mau ribut."
Dia adalah Joy, orang terkaya kedua di kelas ini, anak dari seorang pembisnis dam desainer. Dia sangat periang.
Dia segera mengambil tempat duduk di depan kelas dan naik ke dalamnya, dia berdiri disana dengan maksud mengumumkan sesuatu yang membuatnya sangat bahagia.
"TOK TOK TOK PERHATIAN SEMUANYA ....."
Semuanya ditujukan padanya dan menjadi pusat perhatian seluruh kelas.
"Gue mau kasih informasi yang menyenangkan sekali...."
"Joy, buka dulu kacamatanya! Emangnya ini di mall," sindir Ghesa.
Ghesa, gadis termanis di kelas ini terutama saat dia tersenyum. Namun sayang, mulutnya seperti kicauan yang terlalu jujur ataukah bodoh. Tapi kita lihat siapa sebenarnya dia.
Joy dengan gayanya melepaskan kacamata hitamnya itu.
"Dih, sok gaya," lanjut Ghesa mengejeknya.
Joy menatapnya malas dan dia segera melanjutkan kembali informasi yang tertunda.
"Guys kita.... kedatangan murid baru lagi....."
JRENG JRENG JRENG
Semua orang bersemangat di kelas.
"Cewek cowok Joy? Masuk kelas mana?"
"Cewek. Masuk kelas kita lagi."
Penghuni kelas kaum adam berbahagian disini.
"Cantikk banget, gue udah liat tadi."
Tapi buat gue cantikkan ketua kelas kita. Batinnya.
Satu kelas semakin bersemangat tentang seorang siswi baru yang cantik, tetapi siswi lain di sini segera mengabaikan mereka yang sedang menikmati kedatangan bidadari baru. Segera guru itu datang ke kelas kami dan melihat Joy berdiri di atas kursi. Joy segera turun dari kursi, kembali ke tempat duduknya.
"JOY..." Sang guru yang bernama pak Satria, beliau adalah wali kelas kami. Ia bisa dikatakan sebagai seorang guru yang tampan bagi wanita, bisa dibilang masih muda di usia 27 tahun dan belum menikah.
"Ohiyah lupa, Pak." Joy lupa karena dia tidak mengembalikan kursinya.
"Oke anak-anak, kalian mungkin sudah tahu tentang kedatangan siswa baru di sekolah kita, dan hari ini dia akan mulai belajar di kelas kita, saya harap kalian menerimanya dan memperlakukannya dengan baik seperti flower simbol kita, mengerti?"
"Mengerti, Pak....."
Flower adalah sebuah kata dalam bahasa inggris yang artinya bunga. Kelas kami disebut bunga karena bunga merupakan salah satu sentra yang sering diberikan sebagai hadiah. Karena itulah kami semua hadir untuk menjadi pusat perhatian para siswa di sekolah ini. Ets, tapi sebenarnya kelas ini adalah kelas khusus, kelas yang semua siswanya adalah konglomerat.
Ya, sekolah ini memang agak diskriminatif. Tapi sekarang diskriminasi itu, sistem ini sudah ditiadakan oleh sekolah, siapapun bisa saja masuk kelas ini.
"Baik, Sheila silahkan masuk."
Sheila pun masuk ke dalam kelas dengan memberikan suasana ceria pada dirinya. Seluruh kelas segera berpaling padanya.
"Silahkan perkenal diri."
"Hallo nama saya Sheila Gouverneur, kalian bisa panggil Shei."
Kedengarannya mereka sedang membicarakan nama belakang Sheila karena mungkin terdengar aneh.
"Asalnya darimana Shei?"
"Jakarta."
"Sekolahnya?"
"Nusantara High School."
"Uwwwwaaaa....."
"Sama kayak Alya dong."
Alya? Dalam hati Shei kebingungan.
"Kenapa pindah?"
Kebingungan itu menjadi berubah ketika seseorang menanyakan alasan kepindahannya, Shei diam dan pak Satria menyadari hal itu.
"Shei kamu boleh duduk," papar Satria.
Segera seseorang datang dan memasuki kelas dengan tenang.
"Pagi, Pak."
Saat melewati kami. Warga kelas bersemangat, menertawakan perilaku siswi itu.
"Pagi pagi, kamu siswi kelas mana? Salah masuk yah?" sindir Satria.
Shei tersenyum pada situasi ini. Tapi karena agak mencolok, gadis itu menatap Shei. DEG. Mata itu, tatapan itu.
Apa dia bos waktu itu?
Murid itu kembali menatap Pak Satria. Dia meminta maaf karena terlambat beberapa menit ke kelas. Meskipun dia datang ke sekolah pagi-pagi, dia lebih dulu tinggal di suatu tempat. Pak Satria memaafkannya dan menyuruhnya duduk.
"Makasih, Pak."
Saat berjalan ke kursinya.
"Waoww.. Ghes, Ghesa??" Joy memanggilnya.
Tempat duduk mereka berdekatan, Joy di depannya sementara Ghesa duduk dibelakangnya.
"Apa Joy?"
"Ada yang berubah tapi apa yah?" Dia berbicara ketika siswi tersebut melewatinya. Siswi itu menepuk kepala Joy. "Adaww!" ringkisnya.
"Rambut baru cieee dipanjangin, nih. Selamat datang kembali Rave," ucap Ghesa.
"Welcome My Bos! Gimana?" sambung Joy. Segera Ghesa menendang kaki Joy agar tidak membuat Rave lebih memikirkan orangtuanya. "Gue salah apa?" rengeknya yang melebay-lebay.
Meskipun teman sekelasnya itu menyapanya, Rave acuh sekali.
"Oke Shei, kamu boleh duduk di...." Saat mencari tempat duduk kosong, hanya tempat duduk di samping siswi yang terlambat itu, Rave namanya dan dia menyadari hal itu, dia segera menatap langsung ke Pak Satria, tidak menerima. Rave dan Pak Satria saling berkirim pesan dengan ilusinya masing-masing.
"Shei, kamu sementara duduk di sebelah Brav. Nanti ketua kelas tolong bawakan tempat duduk dua karena tidak lama lagi teman kita akan kembali dari pertukaran pelajaran."
"Si Alvin udah mau pulang?"
"Pangeran kita kembali lagi nih."
Semua heboh.
"Semuanya tenang, sekarang kita kembali ke materi pembelajaran," kata Satria.
Shei tidak tahu apa yang mereka ributkan namun ada sesuatu yang aneh ketika melewati jalan kolom tempat duduknya. Menatap siswi berambut pendek, Shei merasa tidak asing.
Hendak untuk memulai Pak Satria merasa ada yang kurang lagi.
"Mana Ello? Dia belum juga masuk?" tanyanya. "Brave, Ello sudah ada kabar?
"Jam istirahat dia bakal dateng, Pak."
"Anak ini seenak jidat kayak yang punya sekolah aja," gerutu Satria.
Shei sudah duduk di sampingnya. Sambil memperhatikan pembelajaran dia mencuri pandang, membuat dia tidak nyaman.
"Apa?"
Shei terperanjat karenanya.
...🌸...
...Brave Razita...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Mommy Gyo
3 like hadir thor
2021-09-21
1