BAB 6 Rahasia Terdalam

Beberapa siswa sudah ada di kelas. Sepertinya Ghesa dan Alya sudah terlihat disana. Shei yang baru saja datang langsung disapa oleh mereka, namun menatap aneh ke arah Alya mengingat percakapan saat itu.

Berpura-pura tidak saling mengenal.

"Hai Shei."

Shei melambaikan tangan senyum langsung segera duduk di bangkunya. Ghesa menghampiri.

"Lo cantik," kata Ghesa sangat jujur.

Shei hanya tersenyum.

Tidak lama Rave datang bersamaa dengan Ello dengan rambut yang sudah berubah warna kembali seperti semula, hitam.

"Hai Shei," sapa Ello.

"Hai," balasnya.

Namun Rave langsung duduk tanpa berbicara sama sekali ataupun menyapa teman-teman sekelasnya.

"Guys guys guys...." Suara semangat Joy mengguncang kelas ketika dia masuk. Lagi-lagi dia selalu membuat heboh. "Si Al hari ini masuk sekolah."

"Wah seriusan?"

Ello langsung menyaut pembicaraan mereka.

"Woah diskriminasi. Kalian segitunya sama Al disambut lah gue? malah diledek kemarin," gerutu Ello.

Namun dibalik sana Rave tersenyum ledek mendengar hal itu. Ello mendapatinya. "Lo temen gue masa kecil, sedikit pun nggak pembelaan buat gue?"

Ello mulai drama di pagi ini.

Rave tidak menjawab.

Shei masih bingung dengan Al. Siapa dia pikirnya.

"Shei, jangan kepincut sama si Al. Oke? Dia itu nyeremin, lo harus jauh-jauh sama dia," pinta Ello.

"Gue denger," kilah seseorang yang baru saja tiba.

Mereka segera menengok melihatnya.

"Alvin?" ucap Alya.

"Segitunya takut bersaing sama gue," sindir Alvin.

"Apa-apaan nih," timpal Ello tidak terima.

Diaa? Dalam hati Shei ketika melihat bahwa Alvin adalah orang yang tadi malam saat mobilnya akan menabraknya.

Alvin melirik ke arah Shei yang tidak asing menurutnya. "Lo sekolah disini."

Shei tersenyum. "Iyah, baru pindah."

Alvin terlihat karismatik dimata Shei.

Suara bel masuk yang diikuti oleh Pak Satria selaku wali kelas kami yang masuk ke kelas, menghentikan obrolan para murid-muridnya. Ello segera duduk di samping Shei, Shei keheranan dan Alvin bingung dengan kursi barunya, melihat bangku kosong di samping gadis pendiam--cool--namun saat marah, tindakannya sangat liar, Rave. Mata mereka saling bertemu, segera Rave memalingkan pandangannya.

Ketika pak Satria memasuki kelas, ia melihat Alvin sudah berada disini. "Alvin. Selamat datang kembali."

Seluruh kelas dengan penuh semangat bertepuk tangan atas kembalinya teman sekelasnya, Alvin. Saat Pak Satria hendak bersiap memulai pelajaran, Alvin masih berdiri memandang Rave dan belum juga duduk.

"Alvin," panggil Satria.

Alvin masih terdiam, Rave melirik ke samping, sepertinya Alvin masih menatapnya.

"Alvin," panggil lagi Satria.

"Ah iyah, Pak?" Alvin tersadar. "Maaf, Pak."

Alvin langsung duduk di samping Rave karena kursinya kosong dan tidak ada penghuni.

Rasa bosan yang dirasakan di dalam kelas akhirnya usai meski bersifat sementara yaitu istirahat. Seperti biasa, pada saat jam istirahat para siswa pergi ke kantin yang tidak jauh untuk mengisi perut lapar, ada juga yang membawa bekal, ada juga yang hanya diam saja di kelas, tidur, ngobrol, bermain di lapangan, dan masih banyak kegiatan yang akan mereka lakukan.

"Shei." Ghesa datang menghampiri bangku Shei. "Ayok mau ke kantin bareng."

Shei masih diam pandangannya melihat ke arah Alya berada.

"Ayok ke kantin," sambung Alya tersenyum.

Shei dengan ragu mengangguk. Ghesa langsung menggandeng tangannya.

Shei, lo pasti bisa. Batin Shei menyemangati dirinya.

......................

Setelah pembelajaran selesai, Rave segera meninggalkan kelas, sekarang dia berada di lantai atap, dimana tempat ini sebenarnya dilarang dimasuki, namun karena Rave dekat dengan Kepala Sekolah dan Kepala Sekolah mempercayai Rave sehingga ditunjuk sebagai murid bayangan dimana tugasnya tidak jauh dari mata-mata, ataupun penegak kedisiplinan murid-murid yang selalu berkelahi. Rave memiliki akses untuk bisa kemari. Hanya untuk mencari ketenangan.

Keberadaannya berada di atap sekolah duduk di balkon sambil memandang langit. Cerahnya saat ini, sinar matahari yang menembus dirinya ia memejamkan matanya menikmati sinaran. Tak lama pun ia membuka mata dan saat itu Alvin sudah berada dihadapannya dekat dengan wajah dirinya. Rave terperanjat.

"Al!" decitnya.

Alvin tertawa kecil lalu ikut duduk di samping Rave, begitu tenang yang ia rasakan. Tempat ini adalah tempat dimana dia bisa mengenal Rave lebih dekat. Sebenarnya mereka telah berpacaran namun tidak ada satupun orang yang mengetahuinya.

......................

Shei, Ghesa dan Alya telah kembali dari kantin sambil berjalan memakan jajanan mereka.

"Shei, gue udah follow Instragram lo, loh, follback dong," tutur Ghesa.

"Lo nyari-nyari nama akun gue?" tanya Shei, diingat ia belum memberitahu mereka.

Ghesa berseri sambil mengangguk. "Ternyata lo selegram, pantes aja gue nggak asing, lo tahu Shei gue juga pake merek liptint yang lo pake."

Ghesa memanyunkan bibirnya. Shei terkekeh melihatnya.

"Itu dah lama, gue udah berhenti."

Ghesa ternyata bisa menemukan postingan lama Shei. Karena Shei sudah menghapus semua postingan beberapa produk, sebagai endorse. Shei menjadi gugup.

"Kenapa?"

"Mmm."

Namun para murid yang berpapasan tengah membisikkan sesuatu, perasaan Shei menjadi curiga karena tatapan mereka padanya.

"Eh Ghesa, Alya."

"Hem?"

Mereka berhenti dengan keheranan.

"Kalian beneran nerima murid baru ini di kelas kalian?" tanyanya tidak suka.

Ghesa menatap heran pada Shei, lalu kembali lagi pada murid-murid itu.

"Kalian nggak tahu apa, alasan dia pindah itu karena dikeluarin dari sekolah."

"Dia itu pembully, nggak punya hati."

Ghesa dan Alya tersentak kejut menoleh pada Shei. Shei membulatkan matanya, keburukannya terbongkar.

"Kenapa pihak sekolah nerima pembully kayak dia? Gue heran."

"Oh jangan-jangan, sekolah dia sogok karena dia kaya."

Perasaan Shei terluka mendengarnya, namun dia tahan agar tidak meluapkan emosinya disini. Meski begitu dia sedikit lega karena kasus dirinya dituduh mencuri kunci jawaban tidak terbongkar. Atau mungkin belum.

"Shei, apa yang mereka bilang itu bener?" tanya Ghesa. "Lo suka ngebully?"

Sementara Alya hanya diam, karena dia tahu sesuatu tentang masa lalu Shei.

Shei terkejut ketika seseorang menggenggam tangannya, Ello. Dia mengajak pergi Shei dari kerumunan orang yang bertanya soal rumor tersebut sampai dimana mereka berada di luar gedung, Shei segera melepaskannya dengan paksa. Ello tersentak.

"Ngapain lo selamatin gue? Mau ngatain juga kalau gue itu pembully?" sembur Shei.

Ello kembali tersentak, dia tersenyum miris tidak percaya dengan perubahan sikap Shei. "Ternyata wajah sangar lo ketutup sama muka lo yang polos ini."

"Oh maksud lo muka polos nggak boleh bersikap buruk?" celanya.

"Apa itu berarti lo ngakuin kalau lo pernah ngebully orang?"

Shei terdiam. Tatapan menjadi dingin. "Pembully atau bukan, orang bakal percaya sama apa yang mereka liat dan denger, sebagai pembuktian."

Setelah mengatakan itu Shei bergegas pergi. Orang-orang menatapnya sinis, seperti melihat sesuatu yang kotor tengah berjalan menghampiri mereka.

Shei masuk ke dalam kelas, terdiam henti melihat teman-teman sekelasnya menatap tidak suka. Telinganya begitu berisik dengan orang-orang yang membicarakannya. Shei benci itu. Tatapan, bisikan yang sama saat dimana Shei dikeluarkan dari sekolah. Shei memandang Alya disana, Alya memalingkan pandangannya itu.

Shei langsung membawa tasnya pergi meninggalkan kelas lagi. Di ambang pintu, Rave datang dengan keheranan melihat Shei. Mereka saling menatap satu sama lain sejenak, Shei pun pergi tanpa sepatah kata.

"Rave..." panggil Ghesa menghampirinya. "Shei ternyata pelaku pembully-an di sekolah lamanya."

"Siapa yang bilang?" tanyanya dengan muka datar.

"Semua murid udah tahu, dari komen-komen di postingan Instragramnya juga ada hujatan dan ada yang bilang juga, Shei nyuri kunci jawaban."

Rave nanap, masih tidak percaya dengan hal itu. Pertama kalinya bertemu dengan Shei, yang begitu polos dan manja namun mewah.

Shei berjalan begitu cepat untuk meninggalkan sekolah, dia sudah benci sekolah. Seharusnya dia ikut bersama orangtuanya ke Australia, pikirnya. Mungkin kejadian ini tidak akan terulang lagi.

Shei jangan jadi pengecut lagi. Suara hati itu mencoba membangunkan Shei dari melarikan diri.

Perasaan gelisah bagi Shei, ingatan satu tahun yang lalu yang membuatnya menjadi sekarang ini. Begitu buruk. Namun ini keputusan terbaik.

Cemas seseorang saat Shei hampir terjatuh dari tangga, dia adalah Alvin yang dikenal dengan sebutan Al.

"Lo nggak papa?"

...🌸...

...Alvin Mahendra...

Episodes
1 PROLOG SERIES 2
2 BAB 1 Kepindahan
3 BAB 2 D-Day School
4 BAB 3 School Tour
5 BAB 4 Perubahan Sikap
6 BAB 5 Mood
7 BAB 6 Rahasia Terdalam
8 D'OAS SERIES 2
9 BAB 7 Real Friend
10 BAB 8 Menyapa Teman Lama
11 BAB 9 Sesuatu Yang Akan Menjadi Awal
12 BAB 10 Surat Misterius
13 BAB 11 Marching Band
14 BAB 12 Sosmed
15 BAB 13 Akhir Pekan (1/2)
16 BAB 14 Akhir Pekan (2/2)
17 BAB 15 Uluran Tangan
18 BAB 16 Haru
19 BAB 17 Anggota Baru
20 BAB 18 Bolos
21 BAB 19 Anak Nakal
22 BAB 20 Termasuk Sahabat?
23 BAB 21 Bergelut Pikiran
24 BAB 22 Merah
25 BAB 23 Kian Masa Lalu
26 BAB 24 Suspicious
27 BAB 25 Brave
28 BAB 26 Bagian Yang Hilang
29 BAB 27 Sibling?
30 BAB 28 Saling Berpikir
31 BAB 29 Past
32 BAB 30 Friendship
33 BAB 31 Sebuah Alasan
34 BAB 32 Pernah
35 BAB 33 Menarik Memori
36 BAB 34 Rumah
37 BAB 35 Cat Vs Lion
38 BAB 36 Shttt
39 BAB 37 Ujian Akhir
40 BAB 38 Bundar Kesakitan
41 BAB 39 Penjelasan
42 BAB 40 Bamm
43 BAB 41 Morning
44 BAB 42 Go for A Walk
45 BAB 43 Day With You
46 BAB 44 Suddenly
47 BAB 45 Meet Again (1/2)
48 BAB 46 Meet Again (2/2)
49 BAB 47 I Know
50 BAB 48 Envy
51 BAB 49 Defended
52 BAB 50 Love
53 BAB 51 Will Notice It
54 BAB 52 Pelaku Pertama
55 BAB 53 Posisi Yang Berbeda
56 BAB 54 Save Me
57 BAB 55 Puzzle
58 BAB 56 Dies Natalis or Not
59 BAB 57 Dies Natalis
60 BAB 58 Dies Natalis or Yes
61 BAB 59 Everything Will be Just Fine
62 BAB 60 Where are You
63 BAB 61 Sheila
64 BAB 62 NHS
65 BAB 63 Kanan
66 BAB 64 Adanya Teman
67 BAB 65 Packing
68 BAB 66 Lupakan Keluh Kesahmu
69 BAB 67 Permainan
70 BAB 68 Sebuah Foto
71 BAB 69 Jawaban
72 BAB 70 Happy Day
73 BAB 71 Smell
74 BAB 72 Not Me
75 BAB 73 Memori
76 BAB 74 Awal yang Baru
77 BAB 75 Rekrutmen
78 BAB 76 Fay & Lisa
79 BAB 77 Pelatihan
80 BAB 78 I don't Know Anything
81 BAB 79 Marching Flower VS Geng NHS (1/2)
82 BAB 80 Marching Flower VS Geng NHS (2/2)
83 BAB 81 On whose side?
84 BAB 82 Memori
85 BAB 83 Di Mulai
86 BAB 84 Gelora (1/2)
87 BAB 85 Gelora (2/2)
88 BAB 86 Kelemahan
89 BAB 87 Lisa Got Caught
90 BAB 88 Rave's Reason
91 BAB 89 Bagian Yang Telah Kembali
92 BAB 90 Mess Up
93 BAB 91 Dendam Yang Tak Terbalas
94 BAB 92 Feeling Bad
95 BAB 93 Flower [End]
96 Diary Of A School Series 2
97 Informasi : Diary Of A School Series 3
98 Karya Baru, Baru Saja Liris!
Episodes

Updated 98 Episodes

1
PROLOG SERIES 2
2
BAB 1 Kepindahan
3
BAB 2 D-Day School
4
BAB 3 School Tour
5
BAB 4 Perubahan Sikap
6
BAB 5 Mood
7
BAB 6 Rahasia Terdalam
8
D'OAS SERIES 2
9
BAB 7 Real Friend
10
BAB 8 Menyapa Teman Lama
11
BAB 9 Sesuatu Yang Akan Menjadi Awal
12
BAB 10 Surat Misterius
13
BAB 11 Marching Band
14
BAB 12 Sosmed
15
BAB 13 Akhir Pekan (1/2)
16
BAB 14 Akhir Pekan (2/2)
17
BAB 15 Uluran Tangan
18
BAB 16 Haru
19
BAB 17 Anggota Baru
20
BAB 18 Bolos
21
BAB 19 Anak Nakal
22
BAB 20 Termasuk Sahabat?
23
BAB 21 Bergelut Pikiran
24
BAB 22 Merah
25
BAB 23 Kian Masa Lalu
26
BAB 24 Suspicious
27
BAB 25 Brave
28
BAB 26 Bagian Yang Hilang
29
BAB 27 Sibling?
30
BAB 28 Saling Berpikir
31
BAB 29 Past
32
BAB 30 Friendship
33
BAB 31 Sebuah Alasan
34
BAB 32 Pernah
35
BAB 33 Menarik Memori
36
BAB 34 Rumah
37
BAB 35 Cat Vs Lion
38
BAB 36 Shttt
39
BAB 37 Ujian Akhir
40
BAB 38 Bundar Kesakitan
41
BAB 39 Penjelasan
42
BAB 40 Bamm
43
BAB 41 Morning
44
BAB 42 Go for A Walk
45
BAB 43 Day With You
46
BAB 44 Suddenly
47
BAB 45 Meet Again (1/2)
48
BAB 46 Meet Again (2/2)
49
BAB 47 I Know
50
BAB 48 Envy
51
BAB 49 Defended
52
BAB 50 Love
53
BAB 51 Will Notice It
54
BAB 52 Pelaku Pertama
55
BAB 53 Posisi Yang Berbeda
56
BAB 54 Save Me
57
BAB 55 Puzzle
58
BAB 56 Dies Natalis or Not
59
BAB 57 Dies Natalis
60
BAB 58 Dies Natalis or Yes
61
BAB 59 Everything Will be Just Fine
62
BAB 60 Where are You
63
BAB 61 Sheila
64
BAB 62 NHS
65
BAB 63 Kanan
66
BAB 64 Adanya Teman
67
BAB 65 Packing
68
BAB 66 Lupakan Keluh Kesahmu
69
BAB 67 Permainan
70
BAB 68 Sebuah Foto
71
BAB 69 Jawaban
72
BAB 70 Happy Day
73
BAB 71 Smell
74
BAB 72 Not Me
75
BAB 73 Memori
76
BAB 74 Awal yang Baru
77
BAB 75 Rekrutmen
78
BAB 76 Fay & Lisa
79
BAB 77 Pelatihan
80
BAB 78 I don't Know Anything
81
BAB 79 Marching Flower VS Geng NHS (1/2)
82
BAB 80 Marching Flower VS Geng NHS (2/2)
83
BAB 81 On whose side?
84
BAB 82 Memori
85
BAB 83 Di Mulai
86
BAB 84 Gelora (1/2)
87
BAB 85 Gelora (2/2)
88
BAB 86 Kelemahan
89
BAB 87 Lisa Got Caught
90
BAB 88 Rave's Reason
91
BAB 89 Bagian Yang Telah Kembali
92
BAB 90 Mess Up
93
BAB 91 Dendam Yang Tak Terbalas
94
BAB 92 Feeling Bad
95
BAB 93 Flower [End]
96
Diary Of A School Series 2
97
Informasi : Diary Of A School Series 3
98
Karya Baru, Baru Saja Liris!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!