Akhir pekan, Shei sangat ingin bermalas-malasan di rumah. Dia baru saja bangun sekitar jam sembilan pagi, terbangun, turun ke bawah menuju dapur karena merasa haus.
"Omah?" panggil Shei ketika melihat neneknya berjalan sedikit tergesa-gesa.
Langkah nenek terhenti. "Baru aja omah mau bangunin kamu."
"Omah mau kemana pake baju serba putih?"
"Omah mau manasik."
"Manasik?" Shei berpikir sejenak lalu sedikit terkejut. "Omah mau berangkat haji lagi?"
"Insyaallah dua Minggu lagi omah mau berangkat umroh."
"Ah gituh, alhamdulillah," sahut Shei nada suaranya menurun. "Mamah papa udah tahu?"
"Udah. Malem tuh omah mau ngasih tahu kamu, tapi kamunya udah keburu tidur."
"Berarti Shei sendirian di rumah dong?"
Nenek tampak merasa bersalah, dia mengusap rambut cucunya. "Kan ada paman Jaka, nanti juga bi Lastri udah balik dari kampung halamannya."
Bi Lastri? Kok namanya kayak Mbak Lastri yang punya warung deket pengkolan ojek sekolah lama gue. Batin Shei sedikit terkekeh.
"Yaudah, omah udah telat ini mau manasik. Kamu jaga rumah yah."
"Iyah omah."
Shei mencium tangan neneknya.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam hati-hati omah."
Setelah neneknya pergi untuk melakukan manasik pelatihan sebelum berangkat umroh, Shei kembali ke kamarnya sambil memegang gelas yang berisi air. Terduduk di kursi nyamannya sambil memainkan ponsel.
Drett Dret Dret
Sebuah nomor muncul menelepon Shei.
...___+62******** Called___...
"Nomor siapa?"
Tidak lama setelah gambar nomor kontaknya muncul, Shei hampir saja menertawakan foto tersebut, Joy dengan kacamata hitam tersenyum tengil.
"Phtt, kayak kakek-kakek yang suka mijit."
Shei menekan tombol hijau.
"Ih lama banget diangkatnya," cicit suara di balik telepon ini. "Ini gue Joy yang ganteng, gue pastiin lo nggak nge save nomor anak-anak kelas."
"Hem."
Nyatanya itu benar. Tapi, sebelum Shei mendapat masalah sekolah, nomor kontak Alya dan Ghesa sudah tersimpan di ponselnya, dan itu ulah Ghesa sendiri yang memasukkan nomor kontak pada ponsel Shei.
"Ada apa?"
"Maen kuy."
"Nggak, gue males."
"Ih ayok, gue tunggu lo di depan sekarang."
"Hah? Depan mana?"
"Rumah lo."
Shei terkejut, dia segera memutus sambungan telepon dan segera bangkit dan pergi menemui tamu tak diundang nya
Shei membuka pintu, melihat Joy sudah berdiri di depan gerbang yang masih tertutup rapat. "Lo tahu rumah gue darimana?"
"Cari yang kayak ginian mah gampang buat gue, gue punya akses di sekolah."
Shei menatapnya malas. "Bukannya kelas kita semuanya punya akses di sekolah."
"Nggak semua, cuman orang-orang tertentu."
"Kelas Flower kan sosialnya tinggi."
Joy terkekeh. "Konglomerat lebih atas lebih atas lagih."
"Sombong."
Joy cengegesan.
Shei menggeleng menghela nafas, sambil mengobrol mereka tidak sadar sudah berada di depan rumah.
"Du--"
Joy baru saja duduk di kursi tamu di halaman sebelum Shei menyelesaikan kata-katanya, jengkel.
"Mau minum apa?" tawar Shei.
"Apa aja. Eh tunggu Shei, pengen yang seger ada?"
Sepertinya Shei harus sabar menghadapi teman sekelasnya yang satu ini.
"Ada, tunggu bentar."
Shei masuk ke dalam.
Tidak memakan waktu lama, Shei sudah kembali sekitar limat menit dengan membawa gelas berisikan sirup jeruk yang segar.
"Thanks Shei."
"Iyah."
"Hah alhamdulillah terbayarkan setelah berjalan 100 kilo meter nyari rumah lo," kata Joy setelah meminumnya.
"Jalan kaki?"
Joy angguk.
"Kenapa nggak bawa kendaraan? Katanya anak konglomerat," ledek Shei.
"Jalan kaki biar sehat. Ah yah Shei, rumah lo kok sepi? Pada kemana?"
"Omah gue lagi ke keluar, ini rumah omah gue."
"Ohhh rumah nenek lo. Kalau orang tua lo?"
"Di Australia."
"Ohhhhh.... Yaudah."
"Yaudah apa?"
"Maen, keluar jalan-jalan."
"Males Joy."
"Cewek kok males-malesan, buruan ganti baju, kalau nggak gue nggak bakalan pulang-pulang, bakalan tetep disini."
"Maksa banget," bisik Shei. "Yaudah tunggu, gue mau mandi dulu."
"Belum mandi?" kejut Joy. "Ih pantes aja kayak ada bau-bau apa gituh..."
ejeknya.
"Yaa! Lo mau gue pukul pake gayung omah gue huh?!"
"Eit eits... jangan!" Joy menghindari. "Heheh yaudah sana, gue tunggu 15 menit nggak lebih nggak kurang."
"Terserah gue mau cepet atau lambat," decit Shei sembari masuk ke dalam.
...****************...
"Kak Al mau kemana? Rapih amat," tanyanya yang duduk di sofa tengah asik menonton televisi. "Mau ketemu Kak Rave yaaaaa?" lanjut menggodanya.
Alvin tersenyum angguk. "Kamu nggak bakal kemana-mana, kan?"
"Nggak, Kak. Gadis mau istirahat aja, capek..."
"Cepek kenapa?"
"Ngegadang bantuin buat proposal festival di sekolah nanti."
"Ohh hahaha...." Alvin mengusap-usap kepala saudara perempuannya itu, Gadis. "Semangat ya."
Gadis mengangguk masam.
"Yaudah kakak pergi dulu ya."
"Tunggu bentar, Kak. Kak Alvin pulangnya jangan terlalu sore, papah kan mau pulang sekarang."
Suasana Alvin menjadi tidak senang. Namun ia tersenyum mengangguk pelan. "Yah, kamu nggak usah khawatir. Kakak pergi dulu."
"Iyah kak hati-hati, jangan lupa oleh-olehnya."
Alvin terkekeh mendengarnya.
...****************...
"Udah siap?"
Shei angguk.
"LETGO!"
Shei mendongak karena terkejut. Kata-kata sahabatnya, Lisa, yang selalu diucapkan. Shei pun teringat akan nomor kontak dua sahabatnya di Jakarta yang tidak bisa dihubungi.
"Shei? Kenapa diem aja? Ayok."
Shei segera beranjak.
Rencana mereka hanya sekedar jalan-jalan saja, tanpa tahu tujuannya kemana. Di saat Shei sedang mengunci gerbang depan rumahnya, mereka sebuah mobil melintas di jalan kanan yang mereka kenali.
"Eh bukannya itu mobil Alvin," ujar Joy. "Ah gue lupa, rumahnya kan di perumahan ini juga. Jadi, lo sama Alvin tetanggaan dong?"
Shei hanya angguk.
"Waduh kok bisa pas gituh yah, apa mungkin jodoh," lontarnya. Shei mengabaikan ucapan Joy itu. Joy terkekeh sendiri.
...****************...
Bim!
Sebuah mobil berwarna putih berhenti di pinggir jalan, menjemput seseorang. Dia membuka jendela mobilnya sambil tersenyum kepada seorang gadis dengan rambut yang diikat yaitu Rave.
"Ayok."
Rave segera masuk ke dalam mobil. "Kita mau kemana?"
"Ke puncak? Makan mie instan pake telor..."
"Sama teh manis hangat," tambahnya.
Mereka lalu tertawa bersama dengan kebiasaan makan mereka itu, jika bertemu.
"Nggak papa kan kita ke sana? Atau kamu mau ke tempat lain?"
"Nggak papa, aku pengen kesana juga."
"Oke siap bos!" goda Alvin terhadap pacarnya.
Rave tersenyum.
...****************...
Beberapa menit terasa sepi dari mereka. Pikiran Shei penat berpikir bahwa terlalu banyak masalah yang tidak bisa dia selesaikan. Joy juga sepertinya sudah kehilangan topik pembicaraan, karena selama ini hanya Joy yang bercerita dan melontarkan lelucon.
"Mmm...."
"Kehabisan topik ya?" sindir Shei.
"Hehe." Joy berseri malu.
"Kita cuman jalan kaki doang ini?"
"Nggak. Kita udah sampai..." tunjuk Joy pada sebuah tempat. "Udah makan belum? Kita makan aja, gue kan udah janji mau ngajak lo ke tempat nongkrong yang nyaman ini."
"Beneran nyaman?"
"Yoi, dijamin lo pasti suka, liat aja tuh...."
"Sepi?"
"Heem." Joy berseri senang. "Gue tahu pikiran lo, lo ngerasa kepala lo sekarang ini mau meledak kan? Jadi gue ajak lo ke sini."
"Tahu aja," kekeh Shei.
Mereka duduk, lalu memesan makanan, tinggal menunggu makanan dan minuman yang mereka pesan.
"Lo di kota Hujan baru beberapa hari, jadi... gue bakal jadi turget lo selama disini," tutur Joy tersenyum. "Tapi gue harap lo juga bisa stay di Baknus."
Shei menatapnya, yang bisa dia lakukan hanyalah tersenyum.
"Shei berdiri deh," pinta Joy.
"Kenapa?"
"Berdiri aja dulu."
Shei pun mengikuti permintaannya. Lalu Joy mendekat membalikkan badan Shei dengan cepat, kini ia berada di depan Shei sambil meneliti Shei.
"Kenapa?" heran Shei.
Joy pun kembali duduk diikuti oleh Shei.
"Lo emang fashionable kayak gue," terangnya. "Pake style apapun lo emang cantik." Shei tersenyum mendengarnya. "Pantes aja, followers lo banyak."
"Dan hujatan pun banyak," tambah Shei menyindir dirinya sendiri. Joy berseri setelahnya. "Lo nggak mau nanya?"
"Nanya apa?"
"Tentang kenapa gue dihujat."
"Oohhhh soal itu, emangnya lo kepengen ditanya?"
"Em nggak juga sih, malah gue seneng."
"Yaudah nggak usah dibahas aja."
"Emang lo nggak Kepo?"
"Mmmm sebenarnya sih Kepo. Di zaman sekarang ini mana ada orang yang nggak Kepo apalagi remaja kayak kita."
"Jadi tujuan lo berusaha temenan sama gue apa?"
...🌸...
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments