Berlanjut....
Shei meninggalkan kelas meski diskusi belum selesai. Dia berjalan tanpa tujuan. Namun segera Shei berhenti setelah mendengar suara instrumen, Shei langsung menghampiri suara alat musik tersebut. Karena Shei teringat akan surat misterius yang menuliskan kata Marching Band.
Shei melihat beberapa orang yang tengah memainkan instrumen di lapangan. Berpikir bahwa mereka anggota ekstrakurikuler Marching Band. Shei duduk di tribun penonton paling atas, memandang lurus sedikit ke bawah pada mereka.
"Marching Band. Apa itu petunjuk buat gue?"
Shei berpikir keras untuk mencari jawaban dari teka-teki surat misterius.
"Tapi ada apa sama marching band? Apa yang dimaksud surat itu Marching Band Baknus, mereka?"
Freeze..
Shei terperanjat kejut, merasakan dingin di pipinya. Dan itu ulah orang ini yang akhir-akhir selalu mencoba mendekatinya. Dia tertawa meledeki Shei.
"Buat lo."
Shei masih diam menatap ragu.
"Ambil ih."
Dia memaksa, memberikan sebuah botol minum segar pada Shei.
"Makasih," tawar Shei.
Dia tersenyum, Joy. Dia ikut duduk di samping Shei sambil meminum minumannya. Tatapan dia mengikuti arah pandang Shei, melihat ke lapangan.
"Serius banget liatin marching band," ujar Joy. "Apa di sekolah lama lo, lo ikutan Marching Band?"
Joy memakan jajanan yang ia bawa tadi. Begitu banyak.
Shei angguk. "Tapi, baru beberapa hari gue masuk, gue udah keluar."
"Kenapa keluar? Apa capek? Atau marching band lo nggak asik kayak mereka?" kekeh Joy.
Shei hanya mengangkat bahunya. Dia tidak mau mengingat masa-masa itu.
"Lo ikutan lagi ajah marching band. Lo juga kan belum masuk ekstrakurikuler maupun club sekolah. Tapi sebenarnya sih, Marching Band Baknus udah mulai turun."
"Lo ikut apa?" Shei mengalihkan pertanyaan itu dan malah balik bertanya kepada Joy tanpa izin, Shei mencicipi jajanan Joy itu.
"Gue? Gue anggota kewirausahaan," ucap Joy dengan cengegesannya. "Kalau lo mau ikut gabung ayok, gue temenin. Enak loh, suka dibagi jajanan gratis."
"Oh jadi, jajanan yang lo bawa ini gratisan dari ekskul lo?"
Joy mengangguk senang. "Banyak jajanan yang bentar lagi expired, jadi jajanan suka dibagiin secara gratis."
"Tunggu, berarti minuman yang lo kasih ini juga bentar lagi kadaluwarsa?"
Joy berseri, dengan gugup. Shei melihat tanggal kedaluwarsa pada minuman yang ia pegang. Tinggal satu hari lagi, sebelum kadaluwarsa. Shei menghela nafas panjang tidak bisa berkata-kata terhadap anak ini.
Meski Joy anak dari pemilik toko pakaian yang bermerek. Namun Joy suka apapun yang gratisan.
"Shei..." sapa seseorang di lapangan sana, berteriak.
Kami melihat Ello bergabung dengan mereka, anggota marching band di lapangan. Dan juga Shei melihat Alya di antara mereka. Ello menghampiri kami langsung mencari celah duduk di tengah memisahkan Joy dan Shei.
"Shei lagi ngapain disini?"
"Duduk."
"Kenapa bisa sama Joy?"
"Suka-suka Shei lah mau bareng sama siapa," sosor Joy lalu mendorong Ello untuk pergi. "Sana nggak usah ganggu kencan gue sama Shei."
"Kencan?" kejut Ello.
Shei pun ikut terkejut melirik pada Joy. Joy tersenyum merangkul Shei.
"Napa? Kalau lo mau deketin Shei, langkahin gue dulu," seloroh Joy sambil mengangkat halisnya.
"Awas aja yah lo, Joy," lirih Ello menatap tajam pada Joy sejenak. Namun saat kembali melihat Shei, Ello tersenyum kembali. "Shei, gue mau latihan dulu marching band, lo liatin dari sini yah."
Ello pun pergi sambil melambai-lambaikan tangannya.
"Shei bilang najis liat lo," teriak Joy ingin menggodanya.
Ello mendengar itu, dia menoleh, menunjukkan jari tengahnya. Dan di sini Joy tertawa puas karena mampu menjatuhkannya sembari melepaskan rangkulannya kepada Shei.
"Hehe sorry Shei, gue cuman bercanda."
Shei tersenyum menggeleng. "Ada-ada aja."
"Em jadi El anggota ekskul marching band?" lanjutnya.
"Heem. Sebenarnya bukan El aja, Alya sama Rave juga anggota marching band. Lo liat kan disana ada Alya lagi mainin xylophone."
Shei melihatnya, dia sedikit tersenyum.
"Beautiful," puji Joy tanpa sadar sambil menatap Alya disana.
Shei menoleh sedikit terkejut, lalu dia tersenyum tipis. "Lo suka sama Alya?"
"Hah? Ah gu-gue..." Joy menjadi salah tingkah.
"Gue rahasiain," kekeh Shei.
Joy berseri. "Lo emang peka'an." Mengingat kembali saat berada di mall, Shei langsung bisa menebak bahwa Joy pemilik toko itu.
Shei tersenyum.
......................
Alvin baru saja keluar dari ruang OSIS, tanpa sengaja ia menemukan Rave tidak jauh darinya. Alvin tersenyum segera ia mendekatinya, ditepuk olehnya namun Alvin malah mendapat serangan jantung.
"Akh akh." Alvin mengeluh karena tangannya berbalik, Rave benar-benar menjaga dirinya dengan serius walaupun ini di lingkungan sekolah.
"So-sorry. Lo nggak papa?" cemas Rave.
Alvin mengangguk dengan cemberut.
"Serius nggak papa? Apa sakit?"
"Nggak ada say--mpt...!" kejut Alvin mulutnya ditutupi oleh Rave dengan tangannya. Namun hanya sebentar, Rave melepaskan lagi sambil mengerutkan keningnya.
"Ihs," desis Rave.
"Hehe maaf," kekeh Alvin, dia hampir keceplosan. "Kamu mau kemana?"
"Ke lapang."
"Ngapain?"
"Disuruh kak Febby buat ngecek anak-anak marching band."
"Ohhh... Yaudah aku ikut."
"Jangan deket-deket," pinta Rave. "Nanti orang curiga."
"Iyah say-- heheh oke siap bos!"
......................
Marching band. Marching band. El, Alya, Rave anggota marching band. Apa,, surat misterius itu ada hubungannya sama mereka? Atau cuman marching band nya aja? Tapi apa?
Shei terus memikirkan teka-teki surat misterius itu sambil memandang anggota marching band yang sedang berlatih.
Tapi di antara mereka bertiga, yang tahu masa lalu gue kan Alya. Apa jangan-jangan Alya? Tapi dia bersikap biasa aja.
"Oy! Ngelamun aja, nanti kesambet." Joy membangunkan Shei dari lamunannya.
Shei hanya berseri. Tidak lama, seseorang menghampiri kami, dia Alvin. "Boleh ikut gabung."
"Sini sini sini Al duduk," ucap Joy bersemangat.
"Dari tadi kalian disini?"
"Yoi, liatin marching band latihan," jawab Joy.
Shei memandangi Alvin berbeda, tampak lembut.
......................
Rave sudah tiba di lapangan untuk menemui teman-teman ekskulnya. Sebenarnya Rave sangat malas untuk mengikuti kegiatan sekolah, tapi bagaimana lagi Ello memaksanya.
"Kak Febby bilang latihannya udahan dulu, bentar lagi bel masuk."
"Oke deh siap..."
"Alhamdulillah..."
"Rave minta minum dong, haus," seloroh Ello.
Rave memberikan minumannya itu lalu dia tidak sengaja melihat ke arah tribun penonton berada, Alvin tengah bersama Shei dan Joy.
...• • • ...
Shei dan Joy telah kembali ke kelas. Mereka sepertinya akan menjadi teman dekat setelah apa yang mereka lakukan bersama. Shei berjalan menuju lokernya, ketika dia membuka loker tatapan Shei terkejut, dia kembali menerima surat misterius, segera Shei membuka surat tersebut.
Foto dirinya satu tahun yang lalu saat dia kelas 10 mengenakan seragam sekolah lamanya yang dikelilingi oleh para seniornya. Mungkin jika orang yang melihatnya akan mengira bahwa Shei berdiri di depan mereka seperti pemimpin sekelompok anak SMA. Tapi kenyataannya tidak seperti itu.
Ting!
Ting! Ting!
Ting!
Ting! Ting! Ting!
Bunyi notif pesan masuk terus terdengar dari ponsel orang-orang. Shei terkejut heran. Bisikan orang-orang kembali terdengar begitu riuh, mereka menatap Shei segera.
"Shei Shei..."
Joy memanggilnya dengan cemas sambil memperlihatkan apa yang sedang terjadi sekarang. Shei tersentak, melihat foto dirinya yang sama seperti apa yang ia terima tadi di dalam surat misterius. Fotonya tersebar.
"Wah gue jadi merinding..."
"Ternyata di kelas kita ada pemimpin sekelompok yang suka ngebully."
"Gue jadi takut."
"Kalian jangan ngomong sembarangan!" decak Joy pada teman-teman sekelasnya yang membicarakan Shei. "Shei lo nggak papa?"
Joy benar-benar mencemaskannya.
Shei gemetar, apa yang ia takutkan terjadi. Darimana asal foto itu. Dan terlintas pada surat pertama 'Marching Band'.
Shei keluar dengan amarah yang ia pendam. Tergesa-gesa mencari ruangan dan akhirnya dia menemukan ruangan ekstrakurikuler. Yang dia cari adalah ruang ekstrakurikuler Marching Band. Seperti yang tertulis di dalam surat misterius pertamanya.
Brak!
Shei sedikit mendorong keras pada pintu ruang ekskul ini. Orang-orang yang berada di dalam terperanjat kejut, langsung menatap heran pada Shei.
...🌸...
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments