Berlanjut....
"Eh, tunggu, sekolah kalian dulu sama-sama dari Nusantara High School," seloroh Ghesa. "Kalian nggak saling kenal? Alya juga murid pindahan, dia baru satu bulan sekolah disini."
Berarti dia.... Batin Shei menatap manik Alya.
Alya semakin gugup, dia berusaha mencari sesuatu untuk mengalihkan pembicaraan. Alya menemukan mangsa. Seorang siswa dengan seorang guru berdebat dapat dilihat dari atas sini.
"Itu," tunjuk Alya.
Shei dan Ghesa segera mengikuti arah pandangnya.
"Ah Shei, itu yang namanya Ello," sahut Ghesa.
"Ello?"
"Pangeran Gesrek Kelas Flower," lanjut Ghesa.
Pandangan mereka menuju pada murid yang bernama Ello, mereka bilang dia salah satu pangeran di Kelas Flower, dia bodoh--tidak terlalu bodoh juga-- pandai berolahraga-- anak marching band-- dan menyukai musik rock.
"Pak, sakit pak! Ampun..."
"Ini lagi rambut diwarnain, mau jadi apa kamu? Udah berani bolos lama," kelakar sang guru killer, guru kedisiplinan, Pak Raja sambil menjewer telinga muridnya ini.
"Saya tuh mau jadi penyanyi, Pak. Tavan kan udah, jago nyanyi apalagi, maen alat musik udah, apa lagi coba?" timpalnya.
"Penyanyi, penyanyi, jadi preman kamu ini!"
Pak Raja menambah tenaga untuk menjewernya membuat telinga Ello merah.
"Aaw! Pak, sakit!"
Mereka semakin dekat, satu demi satu mereka menaiki tangga. Ketika akan menghadapi tatapan Ello berhenti di depan Shei, mereka saling menatap tetapi segera Ello dan Pak Raja pergi.
"Kasian," kekeh Ghesa.
Kami mulai berjalan lagi untuk melihat-lihat sekolah. Saat dalam perjalanan, ada sesuatu seperti batu kecil dari atas yang menghantam kami. Kami mencari dari mana asalnya. Ternyata.
"BRAVE!!" hembus Alya dan Ghesa.
"Kak Bos?" ucap Shei.
Rave datar dan dia tidak merasakan dosa apa yang telah dia lakukan. Dia menuruni tangga dan mendekati kami.
"Kalian liat Elmo?"
"Tadi kita liat dia dijewer sama Pak Raja, kayaknya dibawa ke BK," urai Alya.
"Oke makasih."
Rave menepuk pundak Alya lalu berhenti di samping Shei, dia berbisik sedikit.
"Lo udah tahu kan nama gue?"
Shei angguk.
"Jadi, lo nggak usah panggil gue Bos lagi," pesannya. "Gue duluan," pamitnya lalu pergi.
Ternyata disini nggak kampungan, malah lebih kerenan di sekolah ini dibanding sekolah gue yang lama. Batin Shei. Tapi, yang gue harap sekarang, kejadian dulu semoga nggak ke ulang disini.
"Dia keren yah?" tanya Ghesa pelan.
Shei tersenyum angguk.
"Dia emang panutan di sekolah. Udah berani, suka nolongin orang, cantik, bisa musik, pinter ngomong inggris lagih," ungkap Alya namun seperti menyindir seseorang. "Tapi juga dia suka cuek."
Dia nyindir gue? Batin Shei.
"Shei, lo mau tahu rumor tentang Rave nggak?" sambung Ghesa.
"Apaan?"
"Sinih sinih," ajaknya.
Mereka berkumpul melingkar dan sibuk menggosipkan Rave tentang rumornya yang sangat menarik untuk diceritakan, rumor bahwa ada salah satu murid yang telah melihat Rave memeluk seorang laki-laki.
......................
Rave sedang mencari buronan sekolah ini dari seminggu yang lalu. Buronan itu tidak masuk tanpa keterangan. Saat diperjalanan, Rave pun melihatnya, buronan itu keluar dari ruang BK.
"ELMOO!!" teriak Rave sampai-sampai murid yang berada disini melirik ke arahnya.
Ello mendengar seseorang memanggilnya. Dan dia tahu siapa lagi selain teman masa kecilnya, Rave. Hanya dia yang memanggil Ello sebagai Elmo. Saat mendengar teriakan itu, Ello langsung pergi dari sini. Lari cepat. Tapi Rave mengejarnya.
"SIAL!" umpat Ello sambil berlari.
Mereka terus mengejar seperti Tom dan Jerry. Sampai mereka tidak sadar mereka berlari ke lapangan, membuat mereka menonjol di tengah lapangan ini semua siswa memandangnya.
......................
"Baru aja digosipin udah nongol," cetus Ghesa melihat Rave dan Ello saling mengejar.
"Apa cowok yang dipeluk sama Rave, cowok itu?"
"Bukan, kalau itu mah udah keseringan, udah nggak asing lagi Rave sama Ello, mereka temanan dari kecil, rumahnya juga sebelahan."
Shei ber'oh. Baru kali ini pertama masuk sekolah sudah disuguhi berbagai cerita dan gosipan murid-murid sekolah Bakti Nusa. Memang aneh sekolah ini, atau yang aneh penghuni kelas Flower?
......................
"Ampun Rave ampun."
Namun Rave tidak menjawabnya ia hanya memberikan tatapan khasnya.
"Rave, gue udah dimarahin tadi di rumah, terus sama pak Raja, dan sekarang lo mau marahin gue juga? Lo nggak kasian apa sama gue?"
"Resiko lo, buat apa gue kasian sama lo. Lo aja nggak mikirin gue, ingkar janji, nggak nemenin gue ziarah," lirihnya.
Rave kecewa karena Ello tidak memberitahunya bahwa dia bolos sekolah karena dia mengikuti audisi rock. Dan dia baru melaporkannya saat Rave berada di stasiun, sepulang dari urusannya di Jakarta. Dan Ello sendiri memenangkan posisi ke-3.
Melihat Rave yang memang serius mengatakannya. Ello merasa bersalah.
"Duhh Rave maafin gue." Ello menghampiri Rave.
"Lo udah nggak nganggep gue lagi?" Rave terlihat kecewa.
"Maaf deh," keluh Ello. Saat sudah mendekat. Tiba-tiba Rave langsung merangkul Ello dan ia memukulnya, memarahinya.
Rave cocok menjadi aktris, dia hanya berakting.
"Wahh lo licik yah--duh duh aww ampun!"
"Ini lagi rambut lo apa-apaan warnanya kayak uban," ejeknya.
"Lo hidup di zaman mana, sih? Ketinggalan zaman banget," sindir Ello. Hanya bebarapa detik mereka terdiam, hening. Dan tiba-tiba.
"Hahahaha..."
"Ello, turunun gue!"
Ello tiba-tiba menggendong Rave di bahunya. Meskipun Rave sepertinya tidak menyukainya, dia sebenarnya senang karena Ello masih seperti dulu.
"Kalau lo belum maafin gue, gue nggak bakalan turunun lo."
Ello memutar-mutar dirinya dan Rave dalam gendongannya.
"Yah gue maafin gue maafin, cepet turunin!"
"Apa? Gue nggak denger lo bilang apa?"
Ello mengelabuinya.
......................
"Guys gue ke toilet dulu sebentar ya, dah kebelet dari tadi," kata Ghesa meninggal Shei dan Alya berduaan saja disini.
Tapi untungnya ini adalah kesempatan untuk Shei.
Shei langsung mencengkram erat tangan Alya, sampai Alya tersentak. "Lo Alya yang gue kenal, kan? Lo Babu."
Alya gelisah.
"Lo kenapa pindah sekolah? Udah satu bulan lo sekolah disini berarti itu waktu gue dikeluarin dari sekolah."
Alya berbicara dengan dirinya sendiri, sekarang ini gue udah beda sama yang dulu, gue nggak boleh takut. Alya menyingkirkan tangan Shei dengan kuat. Shei membulatkan matanya kejut.
"Gue pindah atau enggak itu bukan urusan lo. Gue ingetin sama lo, gue bukan Alya yang dulu, gue bukan Babu lo. Jadi, lo nggak usah sok kenal sama gue, kalau nggak, gue bisa sebarin alasan lo pindah sekolah karena lo dikeluarin dari Nusantara High School."
Shei benar-benar terkejut terhadap sikap Alya, dia berubah drastis. Kemana Alya yang lugu. Kemana Alya yang suka memakai aku kamu ketika berbicara. Kemana Alya yang lembut. Shei merindukannya.
"Hei, kalian ngobrolin apa?"
Ghesa sudah kembali.
Alya langsung tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa. "Nggak ada. Ah Ghes, gue pengen beli minum haus, ke kantin yuk."
"Ayok gue juga haus, Shei lo ikut juga yah."
Shei menatap kebingungan hanya mengangguk saja.
......................
Ternyata ada seseorang yang memperhatikan sedari tadi ke arah teman-teman sekelasnya berada itu.
"Itu siapa yang sama Alya? Gue belum pernah liat."
"Sheila, murid baru di kelas kita."
"Oh beneran? Haha baru juga satu bulan nerima anak baru, udah dateng lagi. Apa sekarang musim orang-orang pindah sekolah?"
Rave tidak meladeni ucapan Ello. Dia menatap curiga kepada teman-teman sekelasnya itu, Alya dan Shei.
"Kenapa dia kayak gitu?"
"Oy lo kenapa jadi kepoan?"
Rave tersadar segera dia memfokuskan diri kembali melirik ke arah Ello, tanpa bicara sama sekali Rave langsung pergi.
"Maen cabut aja, tungguin."
...🌸...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments