Seperti biasa adzan subuh membangunkan seisi rumah walaupun, hari libur semua aktivitas seperti biasa.
Setelah sarapan, Dylan mengeluarkan sepeda motor tahun tujuh puluhan.
Ia mencuci bersih, memeriksa semua mesin.
Melihat kabulator, busi dan banyak hal lainya.
"Semua masih bagus, tidak ada yang rusak. Hanya butuh minyak, busi dan diservice." Batin Dylan
Lili mengeluarkan sepeda ontelnya, ingin pergi.
"Lili, mau ke mana? Aku boleh ikut?" pinta Dylan.
"Kamu mau ke mana, Cok?" Lili menghentikan kayuhan sepedanya.
"Aku tidak tahu, di mana membeli minyak bensin, busi, seperti itu ...." Dylan mendekati Lili
"Ayolah, tapi sepulang dari warung, kita singgah sebentar ke ladang. Aku ingin mengambil cabai dan tomat." Pinta Lili.
"Baiklah ...." Dylan mengayuh sepeda.
"Sebelah kanan .... !" Ucap Lili Sebagai pemandu jalan.
Setelah cukup lama mengayuh, Dylan sampai di warung yang lumayan besar.
Menjual segala macam keperluan penduduk.
Setelah membeli keperluan yang
dibutuhkan Dylan dan Lili meninggalkan
warung.
"Lili, Lili ....! " Seorang wanita cantik berlari mengejar sepeda Lili dan Dylan
"Ayu ... ada apa?" Lili keheranan.
Ayu mengatur napasnya, baju yang dipakainya sedikit terbuka di bagian dada dan pahanya.
Dylan yang terbiasa hidup di kota, memandangnya biasa saja.
"Sejak aku tinggal di sini, baru wanita ini yang kulihat pakaiannya seksi. Biasanya ... mereka memakai baju sedikit tertutup dan tidak mengikuti mode ...." batin Dylan mengingat semua wanita yang pernah ia temui di dusun.
"Lili sendiri ... selalu memakai baju yang tertutup, tapi masih jauh lebih modis dan seksi dari pada yang terbuka begini ... Apa ga masuk angin, tuh badan? " Dylan memandang Ayu dan Lili bergantian.
"Dasar ... cowok mata keranjang! lihat yang bening langsung ngences ... huek!" batin Lili sebal.
"Siapa pemuda ini ... suamimukah? Kapan kalian menikah?" Tanya Ayu membuyarkan lamunan Lili.
"Bukan, dia bukan suamiku! Namanya Ucok. Cok ... kenalin ini Ayu. Yu ... ini Ucok." Lili memperkenalkan Ayu dan Dylan.
"Ucok" balas Dylan. Ayu memandang Dylan dengan penuh kagum.
"Pemuda ini tampan sekali, ngapain sih? harus bersama Lili?." Batin Ayu kesal.
Ayu mendekati Dylan, berdiri tepat di depan sepeda Dylan memandang wajah Dylan dengan penuh obsesi.
"Kapan-kapan ... aku ingin mengajakmu berkeliling dusun, kamukan baru di sini. Kamu maukan?" Ayu sedikit genit.
"Eeee ... um ... aku tidak ada waktu, maaf ...." Dylan sedikit gugup. Dylan sedikit gelisah, ia tidak begitu suka dengan sikap genit Ayu.
"Iish, nih perempuan ... rada genit?" Batin Dylan jengah. "Kapan pun kamu ada waktu? aku siap, kok?" Ayu terus saja memandang wajah Dylan.
"Sepertinya ... aku ga punya waktu, yu!" Dylan tidak mau menjanjikan apa pun.
"Yaelah ... padahal, aku ingin mengajakmu ke kota." Ayu sedikit kecewa. Ayu sedikit berani memegang lengan Dylan.
"Cewek ini ga ada malunya." Batin Dylan.
"Maaf ... Ayu, Aku dan Lili harus pulang. Kasihan Emak!" Ucap Dylan, mengakhiri pembicaraan dengan Ayu.
Dylan mengayuh sepedanya ke ladang setelah mengambil cabai dan tomat seperlunya mereka kembali pulang.
"Cieee, ciee ... Yang lagi berbunga-bunga digodain Ayu .... " Lili menggoda Dylan.
"Apaan, sih? Aku malah sedikit ...." Dylan bingung mendeskripsikan apa yang ia rasakan terhadap Ayu.
"Cantik, sih! Cuma ... kenapa hatiku merasa ga enak ya?" batin Dylan.
"Ada yang baper nih yee! Hahaha" Lili terus menggoda Dylan.
"Ga, ya ...!" balas Dylan.
Mereka terus saja saling mengejek, tanpa mereka sadari sepasang mata mengawasi dan mengepalkan tangannya. Sesampainya di rumah, Dylan menuang minyak ke dalam tangki. Mencolokkan busi dan mengengkol pegas sepeda motor.
Bbbrummm brrummm!
Suara sepeda motor bergema, Dylan menggas sepeda motor memeriksa banyak hal.
Kemudian mencoba mengendarainya berputar-putar di sekitar rumah.
Mak Upik pulang dari mengambil pandan duri sebagai bahan tikar, menjunjung di atas kepalanya. Dylan menghampirinya mengambil beban yang dibawa Mak Upik.
"Mak, kenapa tidak bilang kalau Emak mengambil pandan duri?." Tanya Dylan.
"Tidak apa- apa! emak sudah biasa. Bagaimana keadaan sepeda motor Abah?" tanya Mak Upik.
"Ayo ... Mak, kita keliling kampung!" Tawar Dylan menggandeng lengan Mak Upik.
Dylan membonceng Mak Upik mengelilingi kampung, Mak Upik bahagia sekali.
"Ayo, kita ke pantai Nak!" ajak Mak Upik, mereka menikmati pantai yang lumayan indah. Pohon kelapa berjajar di sepanjang pantai berpasir putih.
Mak Upik duduk di bebatuan, menikmati indahnya deburan ombak.
Pantai yang asri, yang belum terjamah oleh tangan-tangan manusia
Mak Upik lupa dengan sirihnya, ia memandang ke luasnya hamparan laut, tersenyum dengan damainya.
"Lagi mikirin apa sih, Mak?" tanya Dylan.
"Pantai ... ini, masih saja selalu sama seperti puluhan tahun silam, Nak." Jawab Mak Upik.
"Memang, pada jaman Emak gadis, Emak sering kemari?" tanya Dylan penasaran.
"Hehehe, emak juga pernah muda, Nak." Tutur Mak Upik.
Dylan tersenyum mendengar penuturan Mak Upik.
"Apakah Emak masih merindukan Abah?" tanya Dylan. Ia kurang memahami arti cinta di antara dua anak manusia berlainan jenis.
"Cok, berapakah umurmu sekarang, Cok?" tanya Mak Upik
"Hm, sekitar dua puluh lima tahun lebih, Mak." Jawab Dylan.
"Selama itu, Apakah kamu pernah suka dengan seorang wanita?" Tanya Mak Upik.
"Aku ... aku tidak tahu!" Jujur Dylan.
"Aku merasa ... tidak pernah mencintai seorang wanita Mak, mungkin karena aku sangat nakal dan perempuan itu terlalu merepotkan, Mak." Terang Dylan.
"Hahaha ... kamu ini! Karena kamu belum menemukan yang cocok." Mak Upik tersenyum memandang kepolosan Dylan.
"Aku hanya mencintai sepeda motor, otomotif, game seperti itu Mak." Dylan menerawang masa lalunya.
"Apakah kamu tidak memiliki teman perempuan?" tanya Mak Upik.
"Teman perempuanku, hanya teman sekolah Mak dan aku tidak pernah dekat dengan mereka." Jelas Dylan
"Kamu tahu, Nak. Sepeda motor tua itu adalah ... Saksi bisu kisah cinta emak dan Abah!" retina Mak Upik berbinar indah.
"Abah, melamar emak lima puluh tahun lalu tepat di pantai ini, Cok." Mak Upik meraba seutas cincin kawin di jari manisnya, Dylan mendengarkannya dengan penuh keseriusan.
"Sudah setengah abad, Emak mencintai Abah. Pernahkah Emak mencintai pria lain selain Abah?" Dylan makin penasaran.
"Tidak pernah sama sekali! Abahlah ... Satu-satunya pria, di hidup Emak, Cok." Jawab Mak Upik
"Apakah pada zaman Emak menikah, ada foto- foto pernikahan, Mak?" Dylan penasaran dengan Mak Upik saat muda.
"Ada di rumah, nanti emak tunjukkan Cok." Balas Mak Upik
"Benarkah Mak?" tanya Dylan, tidak percaya Mak Upik hanya menganggukkan kepalanya.
"Sudah mau Zuhur ayo, kita pulang! Kasihan Lili." Ajak Mak Upik mereka kembali ke rumah, di sepanjang perjalanan menuju rumah semua penduduk menyapa Mak Upik dan Mak Upik membalasnya dengan riang.
Setiba di rumah Dylan melihat Lili sedang menyapu halaman, rambut panjang Lili hampir menyentuh lututnya, hitam sepekat malam gelap.
Seperti rambut direbonding, bila di kota besar. Dylan hanya menelan salivanya Lili berlari menghampiri mereka, senyuman di bibir mungilnya membuat kedua lesung pipinya terlihat.
Deg deg deg
Entah mengapa detak jantung Dylan semangkin cepat.
Dylan memegang sisi kiri dadanya.
"Apakah aku sudah mulai terserang penyakit jantung? Ya Allah aku belum membahagiakan Mama dan Papaku. Dan aku juga belum menikah." Batin Dylan
"Menikah ?!" kata-kata ini terus menggema dihatinya.
"Dari mana saja, Mak?" Lili bertanya dengan manja pada Mak Upik.
Suara Lili mampu membuat tubuh Dylan bergetar.
"Mak, Ucok mau mandi dulu." Dylan permisi. Ia ingin menenangkan jiwa raganya Mak Upik tersenyum kecil melihat ulah Dylan.
"Ucok, membawa emak ke pantai." Jawab Mak Upik.
"Sepertinya ... Ucok berhasil, memperbaiki sepeda motor, Abah!" Lili memperhatikan sepeda motor .
"Iya .... "Jawab Mak Upik tersenyum memandang sepeda motor tua penuh kisah cintanya.
"Pergilah, berjalan-jalan sore nanti! Ajak si Ucok." Saran Mak Upik
"Nanti aku akan mengajaknya Mak, sekalian mengantarkan semua pesanan tikar Emak." Ucap Lili.
Lili memeriksa hasil ujian muridnya. Semua soal jawaban sudah ternilai.
Lili memeriksa ulang semua ceklis, kalau ada kesalahan.
Akan tetapi, semua benar sesuai dengan soal pertanyaan.
Lili tercenung, "Siapakah sebenarnya dirimu, Cok?."
Lili melangkahkan kakinya menuju jendela kamarnya, ia melihat Dylan sedang memperbaiki kandang ayam.
Dengan menopangkan tangan di dagu Lili memperhatikan Dylan.
"Kulit si Ucok Sangat bersih, aku saja perempuan kalah mulus. Kalau di lihat-lihat, si Ucok tampan juga ...." Lili menepuk jidatnya.
"Sekilas ... wajahnya, mirip Defri ... Akh, mengapa begitu cepat Allah memanggilnya. Kalau saja ... Defri masih hidup, kami pasti ... Sudah memiliki dua orang anak yang lucu-lucu." Lili meraih bingkai foto di nakas. Mengagumi wajah tampan yang selalu dirindukannya.
"Hidung si Ucok dan bibirnya mirip dengan Defriku ...." batin Lili. Kristal bening meluncur turun dari kedua kelopak matanya. Lili semangkin rindu dengan Defri.
Apa lagi sejak kehadiran Dylan di kehidupan mereka, bayang-bayang Defri seakan kembali hadir. Seakan Defri kembali hidup di tubuh Dylan.
"Bedanya Defriku begitu penuh kelembutan dan ceria, kalau Dylan ... ia kebanyakan diam, urakan, dan nyebelin! Akh, kenapa juga aku mikirin tuh anak?"
Lili turun ke dapur membuat teh panas dan membuat pisang goreng, menyuguhkan kepada emak yang sedang menganyam di teras depan,
dan memberikan sebagian lagi kepada Dylan.
Dylan tersentak melihat Lili menghampirinya dengan nampan berisi teh panas juga pisang goreng.
"Akh, Lili ... kamu cantik sekali! Aku .... " Batin Dylan merasa sekitarnya terhenti sesaat.
Tok! Martil memukul ibu jari Dylan, hingga berhasil menyadarkannya.
"Aw .... !" Teriaknya melihat ibu jarinya membiru, Lili meletakkan nampannya berlari menuju Dylan menyentuh tangannya.
"Apakah sakit Cok?" Lili terus meniup-niup Ibu jari Dylan.
"Tidak, eh-ii-ya." Dylan gugup, segalanya tiba-tiba terhenti lagi.
"Tunggu sebentar Cok!" Lili berlari kembali ke rumah, hanya hitungan menit Lili sudah kembali memberikan salep di jari tangan Dylan.
Bersambung ....
Terima kasih buat pembaca yang sudah sudi, meluangkan waktunya. Author sangat membutuhkan komentar, like dan vote. Untuk penyemangat dan membuat karya lebih baik lagi author.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
𝔸𝕝𝕖𝕖𝕟𝕒 𝕄𝕒𝕣𝕊
Hai kaka, aleena mampir nih😍
2021-10-19
0
Titik pujiningdyah
like kak
2021-10-01
0
ARSY ALFAZZA
😘😘😘😘
2021-08-30
0