Hari berganti Minggu dan Minggu berganti dengan bulan, sudah empat bulan pernikahan Lili dan Dylan. Lili belum pulang ke kota kelahirannya, ia masih bingung memberikan alasan kepada Dylan. Karena Dylan tahu kalau dirinya seorang yatim piatu tidak mungkin ia beralasan menjenguk orang tuanya.
"Apakah aku harus bilang aku ingin menjenguk orang tua angkatku, Om Andrian dan Tante Azizah? Tapi ... bagaimana kalau Ucok ingin ikut? Aku tidak tahu siapa Ucok sebenarnya." Batin Lili.
"Apakah Ucok tulus mencintaiku?ataukah ... dia hanya merasa kasihan belaka? Bagaimana bila Ucok tahu yang sebenarnya? Akankah rasa kasih sayangnya akan berubah? Ataukah ia akan memanfaatkanku? Secara ... aku tidak kenal keluarganya" batin Lili berperang dengan perasaannya.
"Sebaiknya, aku tunggu enam bulan usia perkawinanku baru aku akan pulang. Tapi ... bagaimana Om Andrian dan Tante Azizah? Aku takut mereka semangkin khawatir dan Mang Kardi pasti semangkin cemas, mereka pasti akan menyusulku ... menyuruhku pulang. Akh ... pusingggg!" batin Lili terus bernyanyi.
"Assalamualaikum, Mak Upik!" suara seseorang bertamu.
"Waalaikumsalam." Lili menyahut dan membuka pintu.
"Ayu ... Ada apa?" Tanya Lili, melihat Ayu datang dengan membawa sekeranjang buah.
"Lili Ucok ada? " tanya Ayu. Deg ... Jantung Lili seakan terhenti, ada sedikit rasa kesal membelai hatinya.
"Lagi kerja! Ada apa memangnya, Yu?" tanya Lili sedikit curiga.
"Aku ingin memberikan ini!" Ayu memberikan buah tangannya.
"Terima kasih." Jawab Lili.
"Mengapa Ayu memberikan sekeranjang buah? Apa yang telah Dylan lakukan untuk menolong Ayu?" Lili penasaran.
"Kamu tidak menyuruhku masuk?" tanya Ayu lagi.
"Oo, iya maaf. Masuklah!" Lili mempersilahkan Ayu masuk mereka duduk di tikar pandan.
Ayu salah seorang gadis cantik Dusun Puak, putri Bapak Rawin seorang yang terpandang di dusun, memiliki banyak tanah. Bisa dibilang orang paling kaya di Puak hanya saja sifat Pak Rawin sedikit angkuh dan Pak Rawin sendiri memiliki tiga orang putri, salah satunya Ayu dan empat orang putra dari tiga orang istri.
Ayu sangat cantik hanya saja, ia memiliki sifat angkuh ayahnya.
"Jam berapa biasanya Ucok Pulang?" tanya Ayu.
"Suamiku pulang jam 17.30 WIB, memang … ada perlu apa dengan Bang Ucok?" Untuk pertama kalinya Lili menyebut Ucok dengan panggilan abang dan suami.
Ayu memandang Lili sekilas dengan sedikit keangkuhannya ia melipat tangan di dadanya.
"Aku rasa … sudah lama kalian menikah, tapi, kamu belum hamil juga. Jangan-jangan kamu mandul!Seharusnya ... Ucok mencari istri baru lagi." Ejeknya.
"Astaghfirullah .... " hanya itu yang ke luar dari mulut Lili, "Jadi, maksud kedatangan kamu sebenarnya, hanya ingin mengejekku?" tanya Lili.
Sedikit kemarahan muncul di hatinya. Namun, ia berusaha untuk mengendalikannya.
"Bukan mengejek … aku hanya ingin memberikan sekeranjang buah untuk Ucok. Sekalian, Ayahku ingin mengundang Ucok untuk makan malam." Ucap Ayu.
"Baiklah, nanti aku sampaikan." Ucap Lili.
"Lili … wanita sepertimu tidak pantas bersama Ucok, hanya aku yang pantas. Kamu hanyalah seorang guru honor, anak yatim piatu dan wajahmu biasa saja … Apa lagi kamu mandul! Aku akan menggantikan posisimu." Batin Ayu.
Ayu memperhatikan kesekeliling rumah Mak Upik mencebikkan bibirnya, "Rumah tua ini ... Tidak ada yang berubah." Ucap Ayu.
"Memangnya harus berubah jadi apa? Wonder women!" batin Lili sebal
namun Lili hanya diam saja.
"Ayahku, ingin menyumbang ke Sekolah … kira-kira apa yang diperlukan sekolah?" Tanya Ayu.
"Kalau soal itu, Pak Abdul yang lebih tahu. Aku hanyalah guru biasa, Ayahmu bisa langsung menanyakan kepada beliau saja." Jawab Lili.
"Ayahku, kasihan lihat SD yang begitu menyedihkannya. Kamu harus mencari tahu, apa saja yang di
butuhkan sekolahmu?" Ucap Lili memperhatikan seluruh tubuh Lili.
"Ayu ... Sebaiknya, kamu tanya langsung kepada Pak Abdul." Lili masih bersabar.
"Biasanya … Kan kamu yang selalu mencari donatur. Tumben, kali ini kamu ga mencarinya? Atau ... jangan-jangan donaturmu sudah miskin? Jadi terima saja bantuan Ayahku." Ucap Ayu, mempermainkan gelang-gelang emas di kedua tangannya. Ayu seperti toko emas berjalan karena seluruh tubuhnya dihiasi emas, baik itu cincin mau pun gelang lebih dari satu melingkar di tubuhnya.
"Sabar .... " Batin Lili.
"Tapi ... Ya begitulah, segala sesuatunya tidak ada yang gratis ada imbalannya." Ucap Ayu yang menatap Lili.
"Sebenarnya mau kamu apa sih, Yu?" Tanya Lili yang sudah mulai lelah berputar-putar.
"Aku menyukai Ucok berbagilah denganku!" ucap Ayu.
Duar!
Bagai petir menyambar di hati Lili.
Ada rasa sakit dan tidak rela.
"Karena aku tahu, pernikahan kalian terjadi karena suatu kesalahan bukan karena cinta. Jadi, menyerahlah Lili demi kebaikanmu." Ayu membelai wajah Lili dengan jari telunjuknya.
"Karena kamu tahu, apa pun yang aku mau pasti jadi milikku! Serahkan Ucok maka kau akan selamat." Ucap Ayu.
"Bagaimana kalau aku tidak mau, Yu?" Lili sedikit marah.
Ia membayangkan, bagaimana bila Dylan bercumbu dengan Ayu. Ada rasa tidak rela di hati kecilnya, kemarahannya sedikit memuncak.
"Aku, akan merebutnya darimu! Dengan berbagai cara akan aku lakukan. Ayolah, Lili kamu itu ga pantas jadi istri Ucok? Lagian aku tahu kamu tidak mencintainya. Kamu hanya terpaksa Lili lepaskanlah dia! Sebelum sku melukaimu." Ancam Ayu.
"Hhmmm ... Huuhh ... aku tidak tahu artinya berbagi Yu, maaf, Ucok milikku! Dia manusia bukan barang yang harus diperjualbelikan. Aku harap, mulai sekarang kamu juga harus memahami. Apa yang kamu inginkan, tidak selamanya harus jadi milikmu? Camkanlah itu!" Balas Lili.
"Kamu akan menderita, Lili. Kamu tahukan? Orang tuaku sangat berpengaruh dan terpandang di Dusun Puak ini! Aku akan membuat kamu menyesalinya." Hardik Ayu.
"Terserah ... Apa pun yang ingin kamu lakukan, Ucok milikku! Ingatlah itu." Ucap Lili sedikit kesal.
"Kamu, tidak pantas bersanding dengan Ucok" suara Ayu mulai meninggi.
"Ayu, apakah kamu merasa pantas? Beri aku satu alasan, kalau memang kamu pantas buat dia. Aku tak masalah melepasnya." Ucap Lili.
"Ayu, selama ini, kita tidak pernah bermusuhan. Kamu selalu baik kepadaku ... tapi mengapa hanya karena Ucok. Salahku apa, Yu?" Tanya Lili.
"Salahmu, mengapa kau menjebak Ucok? Hingga ia menikahimu. Dasar wanita murah*n!" Umpat Ayu kesal.
"Ayu, jodoh Allah yang Atur bukan kita? Andaikan bisa, aku pasti memilih pria yang aku cintai, bukan Ucok tapi ... Allah berikan Ucok kepadaku semua ini sudah takdir Yu." Lili berusah menjelaskannya.
"Aku tidak peduli! Aku ingin kamu menjauhlah dari Ucok atau aku akan melukaimu, bila kau tidak ingin berbagi denganku?" Ancam Ayu.
"Kamu sudah gila, Yu!" Ucap Lili.
"Assalamualaikum." Dylan di depan pintu.
"Waalaikumsalam" Jawab keduanya.
Dylan memasuki rumah ia merasakan aura ketegangan di antara keduanya.
"Ada apa dengan Lili?" batin Dylan.
"Sudah pulang yank?" entah angin dari mana tiba-tiba Lili memanggil mesra Dylan.
"Iya yank! Cape banget ... tehnya mana yank? Biasanya sudah ada!" Ucap Dylan mencium kening Lili.
"Iiihhh ... Ucok, selalu mencuri kesempatan di dalam kesempitanku ... huh! " batin Lili sebal, juga senang.
"Alhamdulillah ... Mimpi apa ya, semalam? Tiba-tiba istriku jadi romantis. Mudah-mudahan Ya Allah ... Seterusnya begini, aamiin!" Do'a Dylan di dalam hatinya yang sedang berbunga-bunga.
"Ehm, ehm .... " Ayu berdeham kesal karena ia tidak dianggap ada.
"Mang enaaaakk .... ?? Papale papale!!" batin Lili senang.
"Awas ... Kau Lili! Aku akan membuat kau menangis!." Ancam Ayu.
"Eh … Yank, ada tamu ... nanti malam aja ya kita lanjutinnya?" ayu Lili sembari mencium pipi suaminya.
"Akh, Lili aku bisa gila! Kalau terus-terusan begini." Batin Dylan.
"Em ... Ayu, sepertinya Mak Upik ga ada besok aja datang lagi ya?" Ucap Dylan pada Ayu.
"Pulang dong ...?! Mumpung istriku lagi baik hati ini. Ga tahu apa ....? Kepalaku sudah pusing tujuh keliling." Batin Dylan mencari cara untuk mengusir Ayu.
"Aku kemari, ingin memberikan buah-buahan itu dari kebun kami" Ayu menunjuk sekeranjang buah-buahan di atas tikar.
"Kalau begitu, terima kasih. Semoga makin banyak deh, hasil panennya" ucap Dylan sudah tidak sabar, pikirannya sudah melanglang buana entah ke mana.
"Sekalian, Ayahku ingin bertemu denganmu!" Ucap Ayu.
Lili yang berada di sisi Dylan meremas lengannya, membuat Dylan merintih kesakitan.
"Aduh, Yank sabar dong ... ?!! Nih orang kok ... ga pengertian banget, sih?" Umpat batin Dylan.
"Awass ... ! kalau kamu sampai kegenitan ya, Cok?" Geram Lili semangkin erat menggenggam lengan Dylan.
"Ayahku, ingin mengundang kamu, makan malam di rumah kami. Aku sangat berharap kamu datang." Ucap Ayu.
"Baiklah ... Sampaikan kepada Ayahmu, Insya Allah selepas Isya kami datang." Jawab Dylan, ia ingin tamunya segera pulang.
"Ayahku, hanya mengundang kamu saja, Cok? Tidak dengan yang lain" Lirik Ayu ke arah Lili dengan tatapan hina.
"Hm ... Maaf! Kalau begitu, mungkin aku tidak bisa datang. Sampaikan saja salamku kepada Ayahmu!." Ucap Dylan.
"Kamu harus datang! Kalau tidak, Ayahku pasti marah. Dia tidak suka ditolak, kamu tahukan siapa Ayahku?" Kata-kata Ayu membuat kesadaran di hati Dylan.
"Aku tidak tahu ... ! Siapa Ayahmu?" Dylan kebingungan.
"Ayahku, adalah orang terkaya di Puak
ini. Jadi, kamu jangan sembarangan menolak permintaan Ayahku karena kamu tahu sendiri akibatnya!" Ancam Ayu. Ia merasa terhina, karena Dylan tidak mengenal Ayahnya.
Dylan menatap ke arah Ayu, "Memang ada yang lebih menyeramkan dari Papaku?" batin Dylan.
"Pulanglah! Insya Allah Aku datang." Ucap Dylan.
"Sayang, aku gerah aku ingin mandi." Ucap Dylan
Cup ....
Dylan mengecup sekilas kening istrinya.
"Cih ... ! Aku ga suka caranya, memperlakukan Lili. Semua orang menyayangi Lili, aku membencinya." Batin Ayu.
"Apa ada lagi yang ingin kamu katakan, Yu? Aku ingin menemani suamiku mandi" alasan Lili untuk mengusir Ayu.
"Kau tunggu saja pembalasanku! Saat ini, aku memang kalah. Tapi ... besok, kamulah yang akan menangis" Ucap Ayu,
"Karena Ucok, akan lebih memilihku dan mencampakkan dirimu yang yatim piatu itu! " Kata-kata Ayu menohok di relung hati Lili yang paling dalam.
Lili berjalan ke arah pintu, "Kamu tahukan ... arah Jalan pulang? Atau aku akan menyeretmu ke luar" ucapnya kesal ia menahan agar air matanya tidak tumpah.
Bayangan orang tua dan Defri menari di pelupuk matanya.
Ayu meninggalkan rumah dengan perasaan kesal.
"Kurang ajar... ! Berani-beraninya dia mengusirku. Belum tahu dia siapa aku?"
"Dari mana, Ayu?" Ucap Mak Upik saat mereka berpapasan.
"Minggir ... !!" Ayu mendorong pundak Mak Upik.
"Subhanallah ... Ini anak, tidak pernah berubah." Mak Upik mengelus dada.
Mak Upik memasuki rumahnya, ia mendengar suara tawa Dylan dan Lili. Mak Upik pun tersenyum bahagia.
"Tapi ... Ada perlu apa ya Ayu datang kemari? Sepertinya ia sedang marah." Batin Mak Upik.
Sementara Dylan dengan manjanya mendekati Lili.
"Yank, kamu serius ... Kan?" Tanya Dylan.
"Serius ... Soal apa? " Lili bingung.
"Yee ... Pakai amnesia lagi! Itu ... Soal yang tadi. Kamu, mesra banget gitu?Aku senang Yank ... Boleh ci*um lagi ga?" Dylan memeluk pinggang Lili dari belakang.
"Ooo ... Itu, hanya sandiwara PD banget!" Lili menjawab ketus
"Yeah, Kirain .... " Dylan sedikit kecewa menggaruk-garuk kepalanya.
"Mau puasa sampai kapan, sih? Aduhh Mak ... Sudah ga kuaaatt! " Batin Dylan
Lili tersenyum melihat gerak-gerik Dylan.
Cup ....
Lili menci*um sekilas bibir Dylan, yang punya bibir terkesiap.
"Lili. awas jangan lari! Tanggung jawab, nih." Dylan mengejar Lili ke pintu belakang, mereka saling kejar dan tertawa di antara semak labu dan rumpun nenas.
Akhirnya, keduanya kelelahan dan duduk di antara buah labu yang sudah siap dipanen.
"Cok ... Bila suatu saat nanti, ada wanita yang mau menikah denganmu. Apakah kamu akan menceraikanku?" tanya Lili hatinya terasa sakit.
"Maksudmu yank?" Dylan memandang wajah Lili.
"Maksudku ... Bila ada seorang perempuan atau gadis, terus dia mencintaimu. Terus ... Dia ingin jadi istrimu, kamu mau?" tanya Lili.
"Sekali-kali belok dong, yank! Ntar nabrak lagi?" kelakar Dylan.
"Mengapa Lili bertanya begitu? Aku hanya menyukaimu Lili selamanya. Walaupun aku tidak tahu ini cinta atau apa?" batin Dylan, Ia berpura-pura berpikir, "Tergantung ... Sih?"
"Maksud ... Kamu? Tergantung ... sama yang di gantung gitu? Iihhh, aku seriussss, Cok?" Lili sedikit kesal.
"Hahahaha ... Memang kenapa sih yank?" Dylan memutar tubuhnya menghadap Lili.
"Jawab ... Saja! Ga pakai nanya balik tahu." Lili cemberut, denyut kesal dan cemburu sudah jadi satu di hatinya.
"Ga ada, yang seperti Defri .... " Sekeping hatinya teriris pedih, bayangan Defri melintas sesaat dibenaknya.
"Lili, kamu mau percaya atau tidak. Terserah, bagiku ... cukup kamu saja! Entar kalau kebanyakan, aku ga kuat! Hahaha .... " Dylan tertawa menggoda bagian sensitif tubuh Lili
"Cok ... Geli, akh!" Lili menutup kedua belah telinganya, karena Dylan meniup-niupnya.
"Sudah mau Maghrib, ayo, mandi!" Ajak Lili.
"Ayo, mandiin Yank?"
"Iiihhh, apaan, sih? Gih mandi sendiri. Ga malu sama Emak." Jawab Lili.
"Emak juga pernah muda, yank! " Dylan terus saja menggoda Lili.
Senja itu mereka terus saja saling rayu dan menggoda.
Bersambung...
Terima kasih
Jangan lupa like, comen dan vote-nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
delissaa
vote udh mendarat semangat terus Thor
2021-09-13
0
VLav
lanjut 👍👍
jodoh instan siap mendukung
2021-08-07
0
Quora_youtixs🖋️
like hadir kak ☺️
2021-07-21
0