Pagi sudah berganti menjadi sore, bahkan langit yang awalnya berwarna biru cerah menjadi berwarna jingga dengan matahari yang mulai tenggelam.
Kini Echa, Ivy, Azka dan Bara sedang duduk di ruang tamu mendengar celotehan Roslyn, sedangkan Aira pergi ke minimarket terdekat bersama Bi Neni.
"Kalian ini gimana si Ca, Vi." Ucap Roslyn yang melihat luka di wajah Bara dan Azka.
"Bu, Caca gak bisa ngapa-ngapain." Ujar Echa.
"Iya, lagian kalau Vivi sama Caca keluar malah tambah nyusahin." Sambung Ivy.
"Bu, Bara yang nyuruh Caca diem di dalem mobil, bara juga yang kunci Caca di dalem biar gak keluar." Ucap Bara membela Echa.
"Iya Bu, Azka juga suruh Vivi di dalem jaga Aira, takut kenapa-kenapa." Ujar Azka.
Roslyn yang mendengar itu menjadi tidak menyalahkan Ivy dan Echa lagi, memang situasi seperti itu sangat membingungkan.
"Lain kali jangan ambil jalan yang sepi." Ucap Roslyn.
"Iya Bu.." Ujar Bara, Azka, Ivy dan Echa kompak.
"Kalian tidur disini aja, jangan ke apartemen dulu." Ucap Roslyn.
"Bara harus nulis beberapa materi yang baru dikirim sama dosen." Ujar Bara.
"Kenapa gak disini aja?" Tanya Roslyn.
"Semua buku ada di apartemen." Jawab Bara.
"Ya udah kamu siap-siap Ca, jangan kemalaman, ibu gak mau kalian kenapa-kenapa lagi." Ucap Roslyn.
Echa menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dan melangkahkan kakinya menuju kamar untuk mengambil koper miliknya.
"Kalian udah makan?" Tanya Roslyn.
"Baru aja Bu." Jawab Azka.
"Ya udah ibu mau mandi dulu, kalau kalian mau pergi tinggal pergi aja ya jangan nunggu Ibu, inget. Jangan pake jalan yang sepi lagi." Ucap Roslyn sambil menatap satu persatu orang yang ada di runag tamu.
"Iya Bu.." ucap Bara, Ivy dan Azka kompak.
Setelah mendapat jawaban itu, Roslyn langsung melangkahkan kakinya menuju kamar.
Tak lama kemudian Echa membawa koper miliknya dan memasukkannya kedalam mobil.
"Kak Caca.." panggil Aira dari gerbang bersama dengan bi Neni di belakangnya.
"Kenapa?" Sahut Echa yang sedang membenarkan posisi kopernya itu.
"Mau pergi sekarang?" Tanya Aira.
"Iya, Ibu bilang jangan malem-malem perginya takut kenapa-kenapa." Jawab Echa sambil menutup pintu mobil.
"Jaga diri baik-baik ya Ca, sering-sering ke rumah, Bibi pasti bakalan kangen sama Caca." Ucap Bi Neni sambil menatap kearah Echa.
"Kalau bibi kangen sama Caca, bibi bisa Dateng ke apartemen Caca." Ujar Echa. Bi Neni menganggukkan kepalanya sebagai jawaban sambil tersenyum manis.
"Udah ah jangan sedih-sedihan, Caca bakalan nyempetin waktu buat pulang kok." Ucap Echa sambil melangkahkan kakinya beriringan bersama dengan Bi Neni dan Aira.
"Ayo, berangkat." Ucap Echa sambil menggenggam tangan Aira.
"Ayo." Sahut Ivy sambil melangkahkan kakinya menuju mobil diikuti Azka dan Bara di belakangnya.
"Aira mau sama siapa?" Tanya Echa.
"Mau sama Kak Vivi lagi." Jawab Aira sambil memegang tangan Ivy.
Mereka semua melangkahkan kakinya keluar, Bi Neni mengantar kepergian Echa dan yang lainnya.
"Kakak aja yang nyetir." Ucap Bara.
"Caca aja." Ujar Echa yang duduk di kursi pengemudi, mau tak mau Bara duduk di kursi sebelah Echa sambil memejamkan matanya.
Echa dan Ivy melajukan mobil dengan kecepatan standar, tidak seperti tadi yang lumayan menaikkan kecepatannya.
"Kakak mau tidur dimana?" Tanya Echa sambil melihat kearah Bara yang sedang memejamkan matanya.
"Di apartemen kakak." Jawab Bara.
"Sendiri?" Tanya Echa kembali menatap kearah jalan.
"Sama Caca, sama Aira." Jawab Bara sambil tersenyum menatap kearah Echa dan tersenyum manis.
"Caca harus beres-beres dulu." Ucap Echa.
"Di apartemen Caca aja." Ujar Bara sambil menggenggam tangan Echa.
...----------------...
30 menit berlalu, Echa dan Ivy telah sampai di parkiran, memarkiran dengan rapi mobil milik Bara.
"Kak.." panggil Echa membangunkan Bara yang sedang memejamkan mata nya itu.
"Kak.." panggil Echa.
"Hm.." gumam Bara perlahan membuka matanya.
"Udah nyampe." Ucap Echa.
"Ayo." Ajak Bara.
Mereka semua melangkahkan kakinya pergi dari parkiran, namun saat di tengah perjalan tiba-tiba saja Echa merasakan tidak enak hati.
BRUGH...
Echa, Bara, Ivy, Azka dan Aira langsung memberhentikan langkahnya ketika ada orang jatuh dari ketinggian tepat berada di depan mata mereka.
Dengan darah yang mengenai baju mereka semua, darah segar itu mengalir dari belakang kepala orang yang baru saja jatuh dari ketinggian dan kagetnya Echa, Bara, Ivy mengenali orang tersebut.
Mereka hanya diam mematung ketika melihat darah itu berceceran hingga mengenai bajunya.
"Kakak.." ucap Aira sambil memeluk Azka yang berada di sampingnya. Bersembunyi di belakang punggung Azka.
Azka yang merasakan Aira bersembunyi di balik punggungnya itu hanya menggenggam tangan Aira, mereka kaget melihat semua itu.
Sampai semua orang berkumpul, Echa dan teman-temannya langsung tersadar dari rasa kagetnya itu.
"Tania..." Gumam Echa dengan tangan yang gemetar.
"Itu Tania kak?" Tanya Echa yang masih tidak percaya bahwa jasad yang berlumuran darah itu adalah Tania, pemilik apartemen nomor 33.
"Iya," Ucap Bara sambil memeluk Echa yang gemetar.
Echa juga melihat Hans dan Adila yang tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Tania Angelisa. Gadis remaja berusia 17 tahun yang bunuh diri dari lantai 5.
Tanpa Echa dan Bara sadari, Hans menatap kearah Echa yang sedang di peluk oleh Bara dengan tangan yang mengepal kuat dan mata yang menatap tajam kearah Bara.
"Aku tidak akan membiarkan siapapun memilikimu." ucap Hans dengan sorot mata yang menghitam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
someone
wah jangan" penganut ilmu Hitam, tapi kalo iya pasti ini lebih kuat, karena sorot matanya sudah menghitam?
2024-05-14
2
Dtyas Aldric
waaaaaahh ..
gak beres nich di hans
2023-08-09
0
Suzieqaisara Nazarudin
noh muncul pelakor laki laki..
hans..gue ngomong ya,itu echa ama bara emang udah pacaran,mending cari yg lain aja..loe blom kenal siapa bara..😏😏
2022-05-11
0