|04| DUPA

Setelah memasak makanan untuk Bara, kini si pemilik apartemen itu malah tertidur, membiarkan Echa berdiam diri sendirian.

"Daripada di sini sendiri, mendingan ke apartemen Vivi aja." Ucap Echa sambil melangkahkan kaki keluar dari apartemen Bara.

Echa melangkahkan kakinya melewati lorong apartemen yang begitu gelap, terkesan seperti mencekam apalagi apartemen Ivy jauh dari apartemen milik Bara.

Maklum saja gelap, ini sudah pukul 17.30 dan mungkin saja Echa akan tidur di apartemennya.

Di saat melewati lorong yang gelap itu, Echa merasakan banyak sekali sosok yang sedang menatap kearah dirinya, namun dia tidak menghiraukan tatapan itu. Echa sudah agak berani ketika harus melewati hantu seperti itu.

Ada beberapa sosok yang sengaja usil agar bisa mendapat perhatian Echa, salah satunya sosok berpakaian putih selutut, rambut sepunggung yang tergerai ke depan sedang menunggu dirinya di depan lorong berikutnya.

Tidak begitu mengerikan bagi Echa, namun sosok itu mampu membuat aura di sekitar menjadi mencekam, siapapun yang melewati sosok di lorong itu bisa merinding.

"Jangan berpura-pura tidak melihat, itu tidak baik." Ucap sosok tersebut saat Echa melewatinya.

Echa tidak menghiraukan ucapan itu, dia masih menatap ke arah depan meskipun kini tubuhnya merinding karena sosok tersebut terus mengikuti Echa di belakangnya.

"Kau di beri kemampuan untuk bisa menolong kami." Ucap sosok tersebut. Seketika ucapan itu mampu membuat Echa memberhentikan langkahnya dan menatap tajam kearah sosok yang berada di belakangnya.

"Lalu apa yang akan kau lakukan jika ada di posisiku?" Tanya Echa.

"Membantu mereka yang menyesal." Jawab sosok tersebut dengan seringai yang mengerikan ketika ucapannya mampu membuat Echa memberhentikan langkahnya.

"Ingat saja Tuhan maka kalian bisa pergi secepatnya." Ucap Echa yang kini kembali melangkahkan kakinya menuju apartemen Ivy. Sedangkan sosok itu langsung pergi begitu saja dari belakangnya.

Tanpa Echa sadari jalan menuju apartemen Ivy harus melewati apartemen nomor 33. Tepat di pintu apartemen itu, Echa mencium bau dupa yang begitu kuat.

"Dupa?" Tanya Echa pada dirinya sendiri saat melewati lorong tersebut, tapi dia belum menyadari bahwa Echa berada di samping apartemen nomor 33.

Echa terus mencari sumber asap tersebut, hingga indera penciumannya tertuju pada apartemen bertuliskan nomor 33.

Dalam seketika matanya langsung terbelalak menatap nomor tersebut sambil melihat dari bawah pintu keluar bau asap dupa.

Tiba-tiba saja di benak Echa langsung terlintas untuk menghubungi bagian resepsionis agar mengetahui ada apa di dalam.

"Halo, apa ada yang bisa kami bantu?" Tanya resepsionis ketika mengangkat telpon dari Echa.

"Dari apartemen 33 keluar asap, saya takut terjadi apa-apa." Jawab Echa sambil melihat ke kanan dan ke kiri yang sama sekali tidak ada hantu bergentayangan lagi.

"Baik kami akan ke sana, harap tetap tenang." Ucap resepsionis yang langsung menutup sambungan telpon dari Echa.

Echa yang mendengar ada suara sambungan terputus itu langsung menatap ke bawah pintu apartemen yang masih mengeluarkan asap, meskipun tidak banyak tapi Echa tetap takut terjadi apa-apa.

Tak lama kemudian ada dua orang pegawai tadi yang menghampiri dirinya, Adila dan Hans.

"Apa terjadi sesuatu lagi?" Tanya Hans sambil menatap Echa.

"Ada asap dari bawah." Jawab Echa sambil melihat ke bawah pintu apartemen milik Tania.

"Apa terdengar sesuatu?" Tanya Adila.

"Tidak ada, hanya asap saja." Jawab Echa.

Adila melangkahkan kakinya untuk mengetuk pintu apartemen tersebut.

"Permisi," ucap Adila sambil mengetuk pintu apartemen Tania. Namun tidak ada sahutan.

"Apa ada orang di dalam?" Tanya Adila. Masih tidak ada sahutan lagi.

"Apa anda baik-baik saja?" Tanya Adila.

"Apa boleh kami membuka pintunya? Kami takut terjadi sesuatu kepada anda." sambung Adila saat tida mendengar sahutan.

Namun Echa merasa Hans terus menatap dirinya, terlihat dari ekor matanya. Hans memandang Echa secara terang-terangan wajahnya.

"Kenapa?" Tanya Echa saat terus melihat Hans menatap dirinya.

"Tidak apa-apa," Jawab Hans sambil tersenyum menatap Echa yang sedang khawatir.

"Jangan menatapku terus." Ucap Echa.

"Aku tidak bisa mengalihkan pandangan ku dari mata indah milikmu." Jawab Hans.

Namun saat Echa ingin memberitahu bahwa dirinya sudah memiliki pacar, Adila langsung menyuruh Hans untuk membuka pintu.

"Hans, buka pintunya," ucap Adila. Sedangkan Hans yang mendapat perkataan seperti itu langsung menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dan melangkahkan kaki kearah pintu untuk membukanya dengan kunci cadangan yang Hans bawa.

Pada saat pintu tersebut terbuka, Echa langsung di kaget kan dengan tubuh Tania yang sedang tergeletak di lantai dengan pisau yang berada di genggaman tangannya.

"Bawa dia Hans." Ucap Adila. Hans yang melihat Tania tergeletak seperti itu langsung mengangkatnya keatas kasur untuk menidurkannya.

Di tubuh Tania tidak ada luka apapun jadi Hans dan Adila tidak membawa Tania ke rumah sakit, anehnya ada pisau di genggam tangan Tania.

"Ambilkan minyak kayu putih." Ucap Hans yang merasakan tangan Tania dingin.

Echa melihat sekeliling ruangan tersebut, dia tidak melihat apapun bahkan aroma tadi tidak ada di apartemen milik Tania. Aneh.

"Tidak ada apapun disini, tapi kenapa bisa ada asap?" Tanya Adila kepada Hans.

Ternyata Adila juga merasakan kejanggalan itu, ada asap namun tidak ada dupa atau bahkan bau dari aroma asap tadi.

Echa tetap melihat sekeliling apartemen milik Tania, Echa masih ingin mengetahui ada apa di dalam apartemen ini, mana mungkin ada asap jika tidak ada api.

Sampai dia merasakan kakinya menginjak sesuatu dan membuat kakinya terluka namun hanya luka kecil saja.

"Aww.. " ringgis Echa sambil membuka sandalnya ketika merasakan telapak kakinya perih.

"Apa anda baik-baik saja?" Tanya Hans yang langsung menghampiri Echa.

"Tidak apa-apa." Jawab Echa yang melihat telapak kakinya berdarah.

"Dila, ambilkan kotak P3K, kakinya berdarah." Ucap Hans yang juga melihat telapak kaki Echa.

Adila yang mendapat perkataan seperti itu langsung menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dan melangkahkan kakinya mencari kotak P3K.

"Tidak apa-apa, ini hanya luka kecil saja." Ucap Echa sambil memakai kembali sandalnya, namun langsung di cekal oleh Hans.

"Jangan, nanti bisa infeksi." Ujar Hans sambil menggendong Echa untuk duduk di sofa apartemen Tania.

"Maaf, tolong turunkan saya." Ucap Echa yang sedang mencoba untuk turun dari gendongan Hans.

"Maafkan saya sudah lancang tapi ini demi kebaikanmu sendiri, nanti lukanya bisa infeksi jika terus di tekan." Ucap Hans sambil mendudukkan Echa di sofa.

"Terimakasih." Ucap Echa saat Hans sudah terlanjur menggendong Hans meskipun ada rasa kesal kepadanya.

"Biar saya sendiri yang obati lukanya." Ucap Echa saat Adila memberikan kotak P3K kepada Hans.

"Baiklah." Ujar Hans sambil memberikan kotak P3K kepada Echa dan melangkahkan kakinya menuju kamar Tania, tempat yang baru saja melukai kaki Echa.

"Apa kau tau?" Tanya Adila sambil berbisik.

"Apa?" Tanya Echa yang sedang mengobati kakinya yang terluka.

"Aku tidak pernah melihat Hans peduli pada wanita." Jawab Adila sambil menatap kearah Hans yang sedang berada di atas kamar Tania.

"Hanya kebetulan saja." Ucap Echa.

"Tidak, Aku tau Hans seperti apa, dia tidak peduli terhadap wanita. Banyak wanita yang mendekatinya namun sama sekali tidak ada niatan untuk memberi mereka akses masuk kedalam hatinya." Ujar Adila.

Namun saat Echa ingin melontarkan perkataannya, Hans turun kebawah membawa benda yang baru saja melukai Echa.

"Bawa apa?" Tanya Adila.

"Paku sama rambut." Jawab Hans membawa paku dan rambut yang sedang di balut oleh tisu dengan darah yang merubah warna dari tisu tersebut.

"Paku? Rambut?" Tanya Echa saat mendengar perkataan tersebut.

"Iya," jawab Hans yang ingin membuang tisu tersebut.

"Jangan di buang." Ucap Echa saat Hans berada di depan tempat sampah dan ingin membuang kedua benda tersebut.

"Kenapa?" Tanya Adila dan Hans bingung.

"Eh, itu boleh saya membawa benda itu?" Tanya Echa sambil menatap kearah Hans.

"Baiklah." Jawab Hans sambil melangkahkan kakinya kearah Echa.

Hans dan Adila tidak terlalu memusingkan hal itu, tidak ada pertanyaan yang di lontarkan oleh kedua orang tersebut. Echa sedikit lega ketika tidak mendapat pertanyaan.

Echa mengambil tisu tersebut dari tangan Hans dan menyimpannya di saku celananya.

"Bagaimana keadaan Tania?" Tanya Adila.

"Masih belum bangun." Jawab Hans.

"Bagaimana hasil tes dari medis?" Tanya Adila.

"Aku tidak mengetahui nya." Jawab Hans.

"Hasil medis siapa?" Tanya Echa bingung.

"Tania." Jawab Adila.

"Tania kenapa?" Tanya Echa.

"Tidak apa-apa, kami hanya melihat Tania yang memiliki banyak sekali beban dalam hatinya." Jawab Adila.

Echa tidak ingin tau terlalu jauh tentang Tania, dia tidak ingin terlibat dalam masalah orang lain.

"Saya pamit pergi." Ucap Echa sambil berdiri dari duduknya.

"Apa bisa jalan sendiri?" Tanya Hans yang melihat Echa kesakitan memakai sandalnya.

"Bisa." Jawab Echa.

"Terimakasih sudah memberi kami informasi." Ucap Adila sambil tersenyum yang di balas senyuman tak kalah manis oleh Echa.

"Terimakasih sudah membantu saya." Ucap Echa sambil menatap Adila dan Hans silih berganti.

Setelah mendapat anggukkan dari Hans dan Adila sebagai jawaban dari ucapannya, Echa langsung melangkahkan kakinya pergi dari apartemen milik Tania.

Saat keluar dari apartemen Tania, dia merasakan sakit di bawah telapak kakinya, sejak berada di apartemen Tania Echa mencoba untuk menahan rasa sakitnya agar bisa berjalan normal.

"Sakit banget." Ucap Echa pada dirinya sendiri saat telapak kakinya terasa linu.

Echa melangkahkan kakinya dengan sedikit pincang menuju ke apartemen Ivy. Namun tiba-tiba saja ada seseorang yang mencekal tangannya.

"Kak Bara." Ucap Echa kaget saat Bara berada di belakangnya sambil mencekal tangannya.

"Kenapa bisa gini?" Tanya Bara sambil memicingkan matanya kearah Echa.

"Gak apa-apa cuman kena paku." Jawab Echa.

Bara yang mendapat perkataan seperti itu, langsung mengendong Echa, sedangkan Echa yang mendapat perlakuan tiba-tiba itu langsung melingkarkan tangannya ke leher Bara.

"Ish, turunin kak." Ucap Echa.

"Gak." Ujar Bara sambil menatap Echa tajam.

"Bukannya kakak tidur?" Tanya Echa mengalihkan pembicaraan, karena melihat tatapan Bara yang seperti itu.

"Iya, tapi pas kakak bangun manggil Caca gak ada." Jawab Bara.

"Terus?" Tanya Echa.

"Kakak Cari, ketemu disini." Jawab Bara.

"Tadi waktu sama kakak gak kenapa-kenapa, keluar tanpa kakak langsung luka kayak gini." Sambung Bara.

"Namanya juga kecelakaan, siapa yang tau kan bakalan kayak gini, kalau Caca tau bakalan kayak gini gak bakalan keluar." Ucap Echa.

"Lain kali jangan keluar tanpa kakak." Ujar Bara.

"Iya." Ucap Echa.

Setelah melewati apartemen demi apartemen dan lorong yang terlihat mulai gelap, kini Bara berada tepat di depan apartemen milik Echa.

"Kenapa kesini? Caca mau ke Vivi." Ucap Echa.

"Nanti, obatin dulu kakinya." Ujar Bara.

"Udah kak." Ucap Echa.

"Mana kuncinya?" Tanya Bara yang tidak memperdulikan ucapan Echa.

Echa hanya menghela nafasnya sambil membuka pintu apartemen miliknya. Setelah pintu itu terbuka Bara langsung mendudukkan Echa di sofa.

"P3K dimana?" Tanya Bara yang melihat luka di telapak kaki Echa.

"Di atas." Jawab Echa.

Tanpa basa basi lagi, Bara langsung menaiki anak tangga untuk mengambil kotak P3K. Sedangkan Echa membuka ponsel untuk memberi pesan singkat kepada Hanin.

...Haninn...

^^^Hanin, ke apartemen Caca sekarang^^^

^^^Ada yang mau Caca omongin^^^

Apa?

^^^Ke apartemen Caca aja, Caca tunggu.^^^

setelah memberi pesan seperti itu Echa langsung menghubungi Roslyn. Tak lama sambungan telpon itu terhubung.

"Kenapa Ca?" Tanya Roslyn yang sedang dalam sambungan telpon bersama Echa.

"Caca mau tidur di apartemen aja ya Bu, besok Caca pulang." Jawab Echa.

"Iya, hati-hati disana." Tanya Roslyn.

Saat Echa ingin membalas jawaban dari Roslyn, Bara yang sedang turun dari anak tangga seolah bertanya siapa? dengan tatapan matanya.

"Ibu kak." Ucap Echa sambil menatap Bara yang sedang menaikan kakinya ke paha Bara.

"Ada Bara?" Tanya Roslyn yang masih berada dalam.sambungan telpon.

"Iya Bu ada." Jawab Echa yang meouhat Bara terlihat sedang membersihkan lukanya dengan hati-hati.

"Ya udah kalau gitu ibu tutup ya, kasih banyak kerjaan." Ucap Roslyn.

"Iya Bu." Ujar Echa.

Setelah mendapat jawaban dari anaknya itu, Roslyn langsung memutuskan sambungan telpon. Echa langsung menyimpan ponselnya di atas meja.

"Sakit?" Tanya Bara saat sedang mengobati luka Echa.

"Engga. Cuman luka kecil." Jawab Echa.

Terpopuler

Comments

Kazumi

Kazumi

wah wah wah.
Hans ngeri² sedap ya, nanti kalo ketemu Bara gimana jadinya ya wkwk

2022-01-16

0

Iin Ismail

Iin Ismail

nanti kalo ada konflik lagi antara caca bara jangan yg rumit2 ya thor😁

2021-08-09

1

Seledri

Seledri

apa itu paku buat jinakin kuntilanak? rambutnya juga punya mahluk itu? banyak sekali teka teki T_T

2021-06-23

0

lihat semua
Episodes
1 PERKENALAN
2 |01| AWAL BARU
3 |02| APARTEMEN
4 |03| DISOSIATIF
5 |04| DUPA
6 |05| PAKU DAN RAMBUT
7 |06| SILUMAN
8 |07| TANIA
9 |08| MARAH
10 |09| PERTANYAAN
11 |10| AIRA
12 |11| BAYANGAN
13 |12| BERSYUKUR
14 |13| PENJAHAT
15 |14| JASAD
16 |15| MENGERIKAN
17 |16| JENDELA
18 |17| SAKIT
19 |18| NANGIS
20 |19| MANTRA
21 |20| KEKUATAN BESAR
22 |21| TAK SADARKAN DIRI
23 |22| KEHILANGAN KENDALI
24 |23| HANS
25 |24| INGIN TAHU
26 |25| MANIPULASI
27 |26| POSESIF
28 |27| MANJA
29 |28| KALAJENGKING
30 |29| KEMBALI
31 |30| PENYESALAN
32 |31| GUGUP
33 |32| MUSIK
34 |33| KECELAKAAN
35 |34| MENURUN
36 |35| MENYESAL
37 |36| KEPUTUSAN
38 |37| MAAF
39 |38| RENGGANG
40 |39| SEMBUH
41 |40| GELAP
42 |41| MIMPI
43 |42| MASALAH
44 |43| KANGEN
45 |44| BIMBANG
46 |45| BAHAYA
47 |46| BODOH
48 |47| MATI
49 |48| LUKA
50 |49| TAWARAN
51 |50| MENERIMA
52 |51| CERITA
53 |52| DAPUR
54 |53| BANDARA
55 |54| PERISAI
56 |55| DARAH
57 |56| MENDERITA
58 |57| SENJATA
59 |58| HAI
60 |59| KEJADIAN
61 |60| ILMU HITAM
62 |61| NIKAH
63 |62| RESTU
64 |63| NASIB JOMBLO
65 |64| JAWABAN
66 |65| CERITA
67 |66| TERBONGKAR
68 |67| SAKIT
69 |68| TENANG
70 |69| BERSEMU
71 |70| ANAK KECIL
72 |71| PANAS
73 |72| BERUBAH-UBAH
74 |73| BAPER
75 |74| KEYLA
76 |75| UNDANGAN
77 |76| MARAH
78 PENGUMUMAN
79 |77| 5 MENIT
80 |78| TIDAK ADA
81 |79| TEROR MENGERIKAN
82 |80| PENYEMPURNA
83 |81| MUAL
84 |82| MENGERIKAN
85 |83| DANSA
86 |84| KISAH
87 |85| PERGI
88 |86| TENANG
89 |87| QIARA
90 |88| HARMONIS
91 |89| BUKTI
92 |90| PERGI
93 |91| PAPA
94 |92| KEPERCAYAAN
95 |93| GAGAK
96 |94| BUNTU
97 |95| MENGINGAT
98 |96| MAAF
99 |97| TANGISAN
100 |98| MENJEMPUT
101 |99| GUA
102 |100| KAGET
103 |101| HANTU
104 |102| MINUM
105 |103| DI JODOHKAN
106 |104| MARGA
107 |105| SAYANG
108 |106| MATA
109 |107| MUSUH
110 |108| PERIH
111 |109| PENGHIANAT
112 |110| MUSUH
113 |111| TENANG
114 |112| BOLEH
115 |113| PERTAMA
116 |114| HABIS
117 |115| FIRASAT
118 |116| SHILA
119 |117| MENDENGARKAN
120 |118| MELAWAN
121 |119| BUCIN
122 |120| SENTUHAN
123 |121| MEMAKAN
124 |122| NODA
125 |123| KEMBALI
126 |124| MENGHANCURKAN
127 |125| KERTAS
128 |126| USANG
129 |127| KELOMPOK
130 |128| BERSAMAAN
131 |129| KAGET
132 |130| KUPU-KUPU
133 TERBIT
134 |131| HATI-HATI
135 |132| DIA MILIKKU
136 |133| PUSING
137 |134| TAWA
138 |135| DARAH
139 |136| POSSESSIVE
140 |137| ERGA
141 |138| KESALAHAN
142 |139| MARAH
143 |140| BASI
144 |141| KEHIDUPAN
145 |142| MARAH BESAR
146 |143| PENGANTIN
147 |144| IRINA
148 |145| RAJA
149 |146| DI PAKSA
150 |147| JANJI
151 |148| TESTPACK
152 |149| GAUN
153 |150| LEON
154 |151| ULANG TAHUN
155 |152| WILL YOU MARRY ME
156 |153| ARGUMEN
157 |154| SINAR
158 |155| SERAM
159 |156| SAKIT
160 |157| MERONA
161 |158| BIBIR
Episodes

Updated 161 Episodes

1
PERKENALAN
2
|01| AWAL BARU
3
|02| APARTEMEN
4
|03| DISOSIATIF
5
|04| DUPA
6
|05| PAKU DAN RAMBUT
7
|06| SILUMAN
8
|07| TANIA
9
|08| MARAH
10
|09| PERTANYAAN
11
|10| AIRA
12
|11| BAYANGAN
13
|12| BERSYUKUR
14
|13| PENJAHAT
15
|14| JASAD
16
|15| MENGERIKAN
17
|16| JENDELA
18
|17| SAKIT
19
|18| NANGIS
20
|19| MANTRA
21
|20| KEKUATAN BESAR
22
|21| TAK SADARKAN DIRI
23
|22| KEHILANGAN KENDALI
24
|23| HANS
25
|24| INGIN TAHU
26
|25| MANIPULASI
27
|26| POSESIF
28
|27| MANJA
29
|28| KALAJENGKING
30
|29| KEMBALI
31
|30| PENYESALAN
32
|31| GUGUP
33
|32| MUSIK
34
|33| KECELAKAAN
35
|34| MENURUN
36
|35| MENYESAL
37
|36| KEPUTUSAN
38
|37| MAAF
39
|38| RENGGANG
40
|39| SEMBUH
41
|40| GELAP
42
|41| MIMPI
43
|42| MASALAH
44
|43| KANGEN
45
|44| BIMBANG
46
|45| BAHAYA
47
|46| BODOH
48
|47| MATI
49
|48| LUKA
50
|49| TAWARAN
51
|50| MENERIMA
52
|51| CERITA
53
|52| DAPUR
54
|53| BANDARA
55
|54| PERISAI
56
|55| DARAH
57
|56| MENDERITA
58
|57| SENJATA
59
|58| HAI
60
|59| KEJADIAN
61
|60| ILMU HITAM
62
|61| NIKAH
63
|62| RESTU
64
|63| NASIB JOMBLO
65
|64| JAWABAN
66
|65| CERITA
67
|66| TERBONGKAR
68
|67| SAKIT
69
|68| TENANG
70
|69| BERSEMU
71
|70| ANAK KECIL
72
|71| PANAS
73
|72| BERUBAH-UBAH
74
|73| BAPER
75
|74| KEYLA
76
|75| UNDANGAN
77
|76| MARAH
78
PENGUMUMAN
79
|77| 5 MENIT
80
|78| TIDAK ADA
81
|79| TEROR MENGERIKAN
82
|80| PENYEMPURNA
83
|81| MUAL
84
|82| MENGERIKAN
85
|83| DANSA
86
|84| KISAH
87
|85| PERGI
88
|86| TENANG
89
|87| QIARA
90
|88| HARMONIS
91
|89| BUKTI
92
|90| PERGI
93
|91| PAPA
94
|92| KEPERCAYAAN
95
|93| GAGAK
96
|94| BUNTU
97
|95| MENGINGAT
98
|96| MAAF
99
|97| TANGISAN
100
|98| MENJEMPUT
101
|99| GUA
102
|100| KAGET
103
|101| HANTU
104
|102| MINUM
105
|103| DI JODOHKAN
106
|104| MARGA
107
|105| SAYANG
108
|106| MATA
109
|107| MUSUH
110
|108| PERIH
111
|109| PENGHIANAT
112
|110| MUSUH
113
|111| TENANG
114
|112| BOLEH
115
|113| PERTAMA
116
|114| HABIS
117
|115| FIRASAT
118
|116| SHILA
119
|117| MENDENGARKAN
120
|118| MELAWAN
121
|119| BUCIN
122
|120| SENTUHAN
123
|121| MEMAKAN
124
|122| NODA
125
|123| KEMBALI
126
|124| MENGHANCURKAN
127
|125| KERTAS
128
|126| USANG
129
|127| KELOMPOK
130
|128| BERSAMAAN
131
|129| KAGET
132
|130| KUPU-KUPU
133
TERBIT
134
|131| HATI-HATI
135
|132| DIA MILIKKU
136
|133| PUSING
137
|134| TAWA
138
|135| DARAH
139
|136| POSSESSIVE
140
|137| ERGA
141
|138| KESALAHAN
142
|139| MARAH
143
|140| BASI
144
|141| KEHIDUPAN
145
|142| MARAH BESAR
146
|143| PENGANTIN
147
|144| IRINA
148
|145| RAJA
149
|146| DI PAKSA
150
|147| JANJI
151
|148| TESTPACK
152
|149| GAUN
153
|150| LEON
154
|151| ULANG TAHUN
155
|152| WILL YOU MARRY ME
156
|153| ARGUMEN
157
|154| SINAR
158
|155| SERAM
159
|156| SAKIT
160
|157| MERONA
161
|158| BIBIR

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!