Setelah sarapan tadi, Echa, Bara, Ivy, Azka dan Aira bersiap-siap untuk pergi ke apartemen. Aira memohon sekaligus memaksa bunda An agar mengizinkan dirinya ikut kepada Echa dan Bara.
"Ma, Aira mau ikut ya." Ucap Aira yang sudah reda dari tangisannya.
"Jangan. Kamu disini aja." Ujar Bunda An.
"Ma.. sebentar aja, besok pulang." Ucap Aira.
"Yaudah terserah Aira aja." Ujar Bunda An.
"Yey!!" Teriak Aira antusias.
"Kalian pake mobil yang di garasi, udah lama gak di pake." Ucap Bunda An sambil menatap kearah Bara dan Azka.
"Kuncinya?" Tanya Bara.
"Di kamar Mama, di laci yang kedua." Jawab Bunda An.
"Dua-duanya ada disana?" Tanya Bara.
"Iya, ada disana." Jawab Bunda An.
Bara yang mendapat perkataan seperti itu langsung melangkahkan kakinya menuju kamar Bunda An untuk mengambil dua kunci mobil.
"Aira mau sama Kak Vivi ya." Ucap Aira sambil memeluk Ivy.
"Aira gak mau sama Kak Caca?" Tanya Echa.
"Nanti kan pulang bakalan sama Kak Caca, sekarang Aira mau sama Kak Vivi, Aira jarang banget sama Kak Vivi sama Kak Azka." Jawab Aira.
"Yaudah Aira sama Kak Vivi ya." Ucap Ivy sambil mengelus lembut kepala Aira.
"Jangan nakal disana." Ucap Bunda An.
"Gak bakalan Ma." Ujar Aira.
"Ayo." Ajak Bara sambil memberikan satu kunci mobil kepada Azka.
Mereka semua melangkahkan kakinya keluar setelah pamit kepada Bunda An.
"Caca pamit ya bunda." Ucap Echa sambil mencium punggung tangan Bunda An.
"Iya, bunda titip Aira sama Bara ya." Ujar Bunda An sambil mengelus lembut kepala Echa.
"Iya bunda, bunda jaga kesehatan ya." Ucap Echa sambil tersenyum manis.
"Kak Caca ayo." Teriak Aira yang sedang menunggu Azka dan Bara mengeluarkan mobilnya.
"Caca pergi dulu bunda." Ucap Echa yang dibalas anggukkan oleh Bunda An. Setelah mendapat jawaban dari Bunda An, Echa langsung melangkahkan kakinya menyusul Ivy dan Aira yang sedang menunggu Bara dan Azka.
Tak lama kemudian Bara dan Azka keluar dari garasi, Ivy dan Aira langsung masuk kedalam mobil mewah berwarna putih. Sedangkan Echa langsung masuk kedalam mobil mewah berwarna hitam.
"Nanti kerumah Caca dulu." Ucap Echa yang sedang kesusahan memakai sabuk pengaman.
"Iya," Ucap Bara sambil membantu Echa menarik sabuk pengaman yang tidak bisa di tarik.
Echa melihat wajah Bara yang beberapa centi di hadapannya, tampan. Itu yang saat ini ada di pikiran Echa.
Bara yang di tatap seperti itu oleh Echa kembali menatap kearah Echa.
Ketika Bara menatapnya, Echa langsung terpaku pada mata coklat indah milik Bara. Masih sama seperti dulu. Teduh, indah, menenangkan.
Bara memasangkan sabuk pengaman tersebut tanpa mengalihkan pandangannya dari Echa. Mereka sama-sama kembali jatuh begitu dalam, padahal hampir setiap hari mereka selalu bertemu.
Tin....
Suara klakson mobil milik Azka mampu membuat Bara dan Echa terlonjak kaget setengah mati.
Bara kembali pada posisi duduk sambil menetralkan degup jantungnya. Echa pun menetralkan jantungnya ketika Azka tak segan-segan membunyikan klakson mobil dengan sangat kencang.
"Duluan." Ucap Bara sambil menatap kearah mobil Azka.
"Bilang dari tadi." Ujar Azka. Bara kembali menutup jendela mobilnya itu sambil menatap kearah Echa yang sama kaget seperti dirinya.
Azka yang mendapat perkataan seperti itu dari bara langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan standar.
"Gak apa-apa kan?" Tanya Bara yang melihat kearah Echa.
"Gak apa-apa." Jawab Echa sambil tersenyum manis.
Bara yang mendapat perkataan seperti itu langsung menyalakan mobil dan melajukan nya dengan kecepatan standar mengikuti Azka yang berada di depan.
Tidak ada percakapan apapun didalam mobil Echa dan Bara, mereka sama-sama bungkam karena kejadian saling tatap tadi.
Tiba-tiba saja ada suara Azka menggema di mobil Echa dan Bara, memecah keheningan di dalamnya.
"Bar, mau pilih jalan mana?" Tanya Azka yang suaranya menggema di dalam mobil, Echa tidak tahu kenapa bisa saling terhubung seperti ini.
"Jalan yang kemarin aja biar deket." Jawab Bara.
"Tapi itu jalanan sepi, gak bakalan apa-apa kan?" Tanya Azka.
"Enggak." Jawab Bara tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan.
Tidak ada lagi jawaban dari Azka, Echa memejamkan matanya sambil menyandarkan kepala di sandaran kursi mobil.
Namun tiba-tiba saja Azka memberhentikan mobilnya tanpa aba-aba, hingga membuat Bara mau tak mau mengerem dadakan.
"Kenapa kak?" Tanya Echa yang kini membuka matanya.
Di depan sana, Bara melihat banyak sekali motor yang berjajar, menghalangi jalan Azka dan dirinya.
"Siapa ka?" Tanya Bara sambil memijit salah satu tombol yang dekat dengan kunci mobil.
"Gak tau, tapi kayaknya mereka emang ngajak berantem, gak ngasih jalan." Jawab Azka.
"Biar gue aja yang keluar." Ucap Bara.
Echa yang mendengar itu langsung menatap kearah Bara.
"Hati-hati." Ucap Echa khawatir, dia melihat banyak sekali motor yang berjajar menghalangi jalan mereka.
"Kunci dari dalem, Apapun yang terjadi, Jangan pernah buka pintunya." Ujar Bara menatap kearah Echa. Echa yang mendapat perkataan seperti itu hanya menganggukkan kepalanya, melihat Bara keluar dari mobil.
"Ca.." panggil Ivy yang suaranya terdengar menggema di dalam mobil.
"Iya Vi, kenapa?" Tanya Echa.
"Kak Caca. Aira takut." Jawab Aira dengan suara yang mulai bergetar.
"Kak Azka keluar juga?" Tanya Echa.
"Iya, mereka semua bawa senjata tajam." Jawab Ivy.
"Serius?!" Tanya Echa kaget saat mendengar ucapan dari Ivy sambil memegang pintu mobil yang ingin Echa buka, namun dia urungkan karena mengingat perkataan Bara.
"Aaa!! Kak Azka!" Teriak Aira.
Echa yang mendengar teriakan itu langsung tidak enak hati, dia harus berpikir jernih. Polisi.
Dia langsung mengetik nomor polisi di layar ponselnya. Tak lama kemudian telponnya langsung tersambung dengan polisi, Echa memberitahu nama jalan yang sedang terjadi keributan ini.
Polisi itu langsung memutuskan sambungan ketika mendapat alamat yang Echa sebutkan.
"Ca.. sembunyi." Ucap Ivy.
Echa yang baru saja menelpon polisi itu langsung melihat kearah depan, banyak sekali pemuda sedang melihat mobil yang di tumpangi oleh Ivy dan mungkin sekarang giliran Echa.
Dia bersembunyi di bawah kursi mobil sambil menutupi tubuhnya dengan tas milik Bara yang berwarna hitam. Tangannya gemetar, kakinya las, bibirnya kelu, hatinya tidak karuan ketika mendengar pintu tersebut ingin di buka oleh seseorang.
Untung saja mobil ini memiliki tingkat keamanan yang tinggi, kaca anti peluru dan kaca gelap untuk meminimalisir terjadinya kejahatan, contohnya seperti saat ini.
"Sayup-sayup Echa mendengar suara tangisan dari Aira yang sedang berusaha Ivy tenangkan agar tidak terdengar oleh orang-orang yang berada di luar.
Ada beberapa dari pemuda itu mencoba untuk membobol pintu mobil yang sedang Echa tumpangi.
Namun tiba-tiba saja suara sirine dari polisi mampu membuat Echa sedikit tenang, sedangkan para pemuda yang mengerumuni mobil Echa langsung lari kocar kacir menuju motornya.
Echa yang melihat itu langsung keluar dari persembunyiannya sambil melangkahkan kaki keluar untuk melihat keadaan Bara dan Azka. Bahkan Ivy pun melakukan hal yang sama, sedangkan Aira di suruh agar tetap berada di dalam mobil.
Echa melihat keadaan Bara yang tidak sebaik tadi, wajahnya yang lebam-lebam, darah di sudut bibir, pelipis, hidung bahkan ada beberapa luka goresan di tangannya.
Bara tidak terlalu parah seperti Azka yang tangan dan kakinya banyak luka-luka.
"Kalian tidak apa-apa?" Tanya seorang polisi menghampiri Echa dan Ivy.
"Tidak apa-apa." Jawab Echa dan Ivy kompak ketika salah satu polisi turun dari motornya sedangkan polisi yang lain mengejar komplotan penjahat itu.
"Apa kalian tawuran?" Tanya polisi tersebut.
"Tidak, kami hanya lewat saja tapi mereka tidak memberi akses jalan untuk kami padahal kami sudah bicara baik-baik tapi mereka yang memulainya terlebih dahulu." Ucap Ivy dengan sorot mata tanpa kebohongan.
"Baiklah kalian bisa pergi, obati diri kalian." Ucap polisi tersebut sambil melangkahkan kaki menuju ke motornya dan berlalu pergi meninggalkan Echa, Bara, Ivy dan Azka.
"Biar Caca aja yang nyetir." Ucap Echa sambil membantu Bara untuk berjalan masuk kedalam mobil.
"Kakak aja." Ujar Bara.
"Enggak. Dengerin Caca sekali ini aja. Biar Caca yang nyetir." Ucap Echa dengan nada tegas sambil mendudukkan Bara di kursi yang tadi Echa tempati.
Setelah mendudukkan Bara, Echa langsung duduk di kursi pengemudi.
"Vi.. bawa kerumah Caca." Ucap Echa sambil melajukan mobilnya dengan kecepatan yang lumayan tinggi.
...----------------...
Disisi lain, Ivy melakukan hal yang sama seperti Echa, dia yang menyetir mobil, melajukan mobil dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Sedangkan Aira berada di kursi belakang bersama dengan Azka yang berada di atas pangkuannya.
"Kak Azka.." panggil Aira sambil membersihkan darah yang ada di wajah Azka dengan tisu.
"Kakak gak apa-apa." ucap Azka sambil tersenyum melihat Aira yang telaten membersihkan lukanya.
"Aira takut.." ujar Aira dengan tangan gemetar.
"Kakak gak apa-apa, jangan takut, ini udah biasa." Ucap Azka.
Ivy yang melihat keadaan Azka dari pantulan kaca itu matanya mulai berkaca-kaca.
"Kakak kenapa keluar sih?!" Ucap Ivy dengan nada kesal sekaligus khawatir.
"Kalau gak keluar Bara gimana? Masa biarin Bara sendiri yang ngelawan mereka banyakan kayak tadi." Ujar Azka.
Situasi tadi memang sangat membingungkan sekaligus menakutkan, jika saja semua para penjahat tadi tertangkap oleh polisi, Ivy ingin komplotan penjahat itu di penjara selama-lamanya.
Echa dan Ivy sangat lihai dan mulus dalam menjalankan mobil, mereka semua pernah kursus mengemudi ketika duduk di bangku 12 SMA.
...----------------...
Sedangkan di mobil Bara dan Echa. sesekali Echa melihat kearah Bara yang sedang membersihkan darah dengan tisu yang ada di mobil.
"Kakak sih, kenapa gak puter balik aja?" Tanya Echa yang geram.
"Kirain kakak mereka baik." Jawab Bara yang kini menyandarkan kepala sambil memejamkan matanya.
"Sakit?" Tanya Echa dengan tatapan khawatir.
"Enggak." Jawab Bara.
30 menit telah berlalu, kini Echa dan Ivy telah masuk kedalam pekarangan rumah Echa.
"Ayo." Ajak Echa yang membantu Bara untuk keluar dari mobil.
Mereka melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah Echa, mendudukkan Bara dan Azka di sofa.
"Bi.." panggil Echa yang sedang mencari kotak P3K di sekitar ruang tamu.
"Kenapa Ca?" Tanya Bi Neni yang belum melihat keadaan Bara dan Azka.
"Ya ampun! Kalian kenapa bisa kayak gini?" Ucap Bi Neni kaget saat melihat keadaan Bara dan Azka.
"Bibi bawain air anget dulu biar enak di bilasnya." Ucap Bi Neni yang melangkahkan kakinya menuju dapur untuk membawa air hangat.
"Bibi.." teriak Aira yang mengikuti Bi Neni.
"Sini Nak.." sahut Bi Neni yang mendengar teriakan Aira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Nouriel Huda Alakmal
masih setia bAca karyamu thor
2022-07-05
2
maniak cogan
kak bara sama echa sampe di buat kaget sama kak azka parah emang😤😤
semangat terus thor buat seterusnya💪💪
2021-06-29
12
Sasa🐙
huaaaaa 😋
2021-06-28
2