Setelah mengobati Echa, Bara langsung pergi ke kamar Echa dan membenarkan posisi ranjang milik kekasihnya itu. Setelah di rasa posisi ranjangnya tidak membuat Echa terjatuh Bara langsung merebahkan tubuhnya.
Maklum saja jika Bara banyak tertidur satu hari ini, kemarin Bara ada beberapa tugas kampus yang harus di segera di kerjakan.
Sedangkan Echa menunggu Hanin datang ke apartemen miliknya. Tak lama kemudian Hanin datang ke apartemen Echa bersama dengan Nathan.
"Bara gak kesini?" Tanya Nathan yang melihat Echa sedang duduk di sofa.
"Ada di kamar." Jawab Echa sambil melihat kearah Hanin dan Nathan.
"Boleh ke kamarnya?" Tanya Nathan meminta Izin kepada Echa untuk ke kamar miliknya.
"Boleh." Jawab Echa. Nathan yang mendapat jawaban seperti itu langsung melangkahkan kakinya menuju kamar Echa untuk menemui Bara yang sedang tertidur.
"Ada apa Ca?" Tanya Hanin yang sudah duduk di samping sofa Echa.
Echa menceritakan semuanya kepada Hanin, tentang dirinya yang melihat asap dari apartemen Tania, Tania yang tergeletak di lantai dengan pisau di genggaman tangannya dan dirinya yang menginjak paku di apartemen milik Tania.
"Pakunya mana?" Tanya Hanin.
"Nih." Jawab Echa sambil memberikan tisu yang berisi paku dan rambut yang tadi Hans temukan.
Hanin yang melihat itu langsung membukanya dan menyimpan di atas meja, untuk melihat apa itu benda kiriman atau hanya kebetulan saja.
Hanin memejamkan mata, menghela nafasnya sambil melihat kearah paku dan tisu yang berada di atas meja.
Tiba-tiba saja, Echa melihat ada asap hitam yang keluar dari paku, bahkan rambut yang ada di sebelah paku itu hangus terbakar, padahal sama sekali tidak ada api.
"Kiriman," ucap Hanin yang melihat ada asap keluar dari paku tersebut.
Asap yang keluar sekarang berbeda dengan asap yang Echa lihat ketika di apartemen Tania.
"Kiriman? Tapi Caca gak liat apa-apa." Tanya Echa.
"Kiriman juga bisa berupa media paku atau rambut dari si korban, kemungkinan Tania kena santet, entah alasannya kenapa tapi Hanin bisa ngerasain iri dari hati si pengirim." Jawab Hanin.
"Pengirim nya udah pro biar si sosoknya ini gak keliatan sama Caca tapi, nyimpennya apik banget sampai Caca gak bisa liat dan Hanin juga gak bisa ngerasain energi dari sosok itu." Sambung Hanin.
"Emang ada ya yang kayak gitu?" Tanya Echa.
"Ada, kemungkinan aja keadaan Tania sekarang gara-gara sosok itu yang buat dirinya seolah-olah bingung. Sedangkan menurut medis atau psikolog keadaan ini bakalan di sebut kepribadian ganda atau disosiatif." Jawab Hanin.
"Baru juga mau tinggal disini udah ada yang kayak gini," ucap Echa sambil menghela nafasnya panjang.
"Udah biarin aja, selama sosok itu gak ganggu kita ya udah biarin aja," ucap Hanin.
"Tapi kasian kan Tania, dia gak tau apa-apa tapi malah di kirim kayak gini." Ujar Echa.
"Kita juga kan gak tau Tania gimana dulunya, apa pernah nyakitin orang atau gimana, gak mungkin di kasih kayak gini kalau Tania gak berbuat salah." Ucap Hanin.
"Iya juga sih," Ujar Echa.
"Nanti kita liat kedepannya, kalau makin parah kita cari kebenarannya dari Tania, apalagi Tania bisa berubah-ubah, kita gak bakalan bisa ngambil info yang valid." Ucap Hanin.
"Terus ini darah Caca gak bakalan kenapa-kenapa kan?" Tanya Echa yang melihat ada darah di ujung paku tersebut.
"Gak bakalan kenapa-kenapa kok, Hanin udah buang energi negatifnya." Jawab Hanin.
"Gimana Shila?" Tanya Hanin sambil menatap kearah Echa.
"Masih gak mau damai sama masa lalunya." Jawab Echa.
"Hantu yang satu itu emang susah di bilangin tapi di sisi lain Hanin juga gak ikhlas kalau suatu saat Shila harus pergi." Ucap Hanin sambil menghela nafasnya.
"Mau gimana pun, kalau hantu itu selesai sama urusan di dunia ya pasti harus pergi, mereka cuman lagi beresin masalah di dunia." Ujar Echa.
"Iya, tapi Shila selalu bantu kita dalam masalah apapun dan ketika Shila harus pergi kita cari solusi ke siapa lagi?" Tanya Hanin.
Beberapa kali Echa, Hanin, Shiren dan Ivy mencoba untuk menyatukan Shila dengan Ibunya tetap saja Shila masih teguh pada pendiriannya.
Dia tetap tidak memaafkan ibunya itu, Shila masih belum bisa menerima semua penjelasan dari ibunya. Padahal itu demi kebaikan Shila.
"Ya itu konsekuensi kita." Jawab Echa sambil menghela nafasnya.
Jujur saja, Echa juga tidak ingin Shila pergi tapi suatu saat hal itu pasti akan terjadi dimana Shila akan berdamai dengan masa lalunya dan pergi ke tempat sesungguhnya.
"Udah lah gimana nanti aja," ucap Hanin. Echa menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
Keheningan mengisi apartemen Echa. Bahkan suara Nathan dan Bara yang tadinya berisik sekarang sudah tidak terdengar lagi, mungkin mereka tertidur.
"Nin" panggil Echa sambil melihat keatas kamarnya untuk mengecek apa Bara benar tidur atau tidak.
"Kenapa?" Tanya Hanin bingung yang juga melihat ke kamar Echa.
"Gak apa-apa, Caca cuman mau curhat dikit." Jawab Echa sambil menatap Hanin.
"Biasanya juga langsung ngomong kenapa sekarang harus sembunyi-sembunyi kayak gini?" Tanya Hanin.
Echa menceritakan tentang Hans. Pegawai apartemen yang sudah dua kali bertemu dengan dirinya, bahkan secara terang-terangan Hans menatap kearah Echa dengan tatapan berbeda. Seperti memiliki perasaan lebih, padahal Echa tidak melakukan apapun.
"Udah fiks itu suka." Ucap Hanin yang sedari tadi mendengar cerita Echa.
"Kenapa gak bilang aja kalau Caca udah punya kak Bara?" Tanya Hanin.
"Caca mau bilang tapi selalu ada aja halangan ya." Jawab Echa.
"Udah nanti jangan di ladenin lagi, Hanin gak mau ada perdebatan antara Caca sama Kak Bara." Ucap Hanin.
"Caca gak lakuin apa-apa, Caca diem, Caca juga ketus tapi tetep aja responnya baik jadi gak tega kalau di jahatin." Ujar Echa.
"Salah satu kelemahan Caca, gak tegaan sama orang sedangkan orang seenaknya sama Caca." Ucap Hanin.
"Ya.. Caca juga gak tau kenapa punya sifat kayak gitu, siapa juga yang mau punya sifat kayak gitu, udah bawaan dari sananya," Ujar Echa.
Namun di tengaj-tengaj pembicaraan mereka berdua tiba-tiba saja ada suara seperti orang sedang merangkak cepat dari atas apartemen Echa.
"Apaan tuh?!" Tanya Hanin kaget.
"Cuman lewat doang." Jawab Echa yang merasakan sosok kurus hanya terlihat tulang, rambut sebahu berwarna abu-abu, mata melotot dan jari-jari yang panjang.
"Kaget banget ya ampun." Ucap Hanin sambil mengelus dadanya.
"Serem sih," ujar Echa yang sekilas melihat bayangan sosok tersebut.
"Udah ah jangan di bahas lagi, Ini udah malem." Ucap Hanin yang melihat jam sudah menunjukkan pukul 19.25
"Mau tidur disini?" Tanya Echa.
"Kayaknya engga deh." Jawab Hanin.
"Tapi Kak Nathan udah tidur di atas." Ucap Echa.
"Caca aja yang tidur di apartemen Hanin, biarin Kak Nathan sama Kak Bara disini." Ujar Hanin.
"Tapi kalau kak Bara nyariin gimana? Tadi aja baru di tinggal sebentar udah gak bersahabat mukanya." Ucap Echa.
"Gak bakalan, Kak Bara pasti tau Caca di apartemen Hanin." Ujar Hanin.
"Yaudah ayo." Ajak Echa sambil berdiri dari duduknya.
Namun dia tidak menyadari bahwa telapak kakinya masih terasa sakit.
"Awww.." ringgis Echa yang langsung duduk kembali di sofa karena kakinya kembali linu.
"Hanin lupa Caca luka, sakit lagi?" Tanya Hanin.
"Sakit lagi." Jawab Echa yang sbil.melihat perban yang ada di telapak kakinya itu mengeluarkan darah.
"Kenapa?" Tanya Bara yang sedang turun dari tangga dan mengucek matanya itu.
"Tadi Caca berdiri, terus berdarah lagi kakinya." Jawab Hanin yang melihat Bara tiba-tiba saja bangun.
"Makannya jangan kemana-mana, sakit lagi kan kakinya." Ucap Bara sambil melangkahkan kakinya menuju Echa untuk melihat lukanya yang kembali berdarah.
Padahal hanya luka kecil saja tapi kenapa darahnya bisa keluar terus?
"Caca lupa," Ujar Echa yang melihat Bara sedang membuka perban di kakinya itu.
"Hanin bangunin dulu Kak Nathan." Ucap Hanin sambil melangkahkan kakinya ke kamar Echa namun di cegah oleh Bara.
"Jangan, dia gak tidur semalaman abis ngerjain tugas, Hanin di sini, biar Caca yang tidur di apartemen kakak." Ujar Bara.
"Eh, gak apa-apa Ca?" Tanya Hanin sambil menatap kearah Echa.
"Gak apa-apa, kasian juga Kak Nathan kalau harus di bangunin lagi, nanti bakalan susah tidur." Jawab Echa.
"Ya udah deh Hanin disini, pinjem apartemen nya." Ucap Hanin.
"Iya," Ujar Echa yang melihat Bara sudah selesai Menganti perban miliknya dengan yang baru.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Wahyu Patuman
ngeri ngeri sedaaapppp...
2022-06-10
0
Coretan Kertas_11
tega GK tega ca.. Dengan Lo baik dan GK trus terang itu sama aj Lo bikin dia jadi berharap kedepannya dan itu juga bisa jadi bumerang buat Lo dn hubungan Lo. . GK belajar dr kasus ayu seblm nya.... lanjutin klo mau kayak seblum nya....
2022-04-17
0
Coretan Kertas_11
setiap pertemuan pasti ada perpisahan.. dan ketika perpisahan itu tiba, ikhlas adalah jalannya..
2022-04-17
0