Setelah keadaan yang canggung dan mengerikan di dalam lift tadi kini Echa sudah berada di dalam apartemen miliknya.
Terlihat luas untuk ukuran apartemen, elegan, klasik, nyaman untuk di pakai sendiri dan tidak terlalu begitu mencolok.
Echa melihat sekeliling apartemen tersebut, sedangkan Bara langsung duduk di sofa sambil memainkan ponselnya.
Tidak ada masalah dengan apartemen miliknya ini, tidak ada hantu, energi negatif apapun di apartemen yang akan Echa tinggali ini. Mungkin Roslyn sudah membersihkan dari hal jahat.
Namun Echa harus memindahkan tempat tidurnya itu, jika saja tidak di pindahkan dirinya akan terjatuh kebawah.
"Nanti aja lah pindahinnya." ucap Echa dalam hati.
Echa turun dari tangga sambil menghampiri Bara yang sedang memainkan ponselnya itu.
"Kak.." panggil Echa.
"Apa?" tanya Bara yang tidak mengalihkan pandangan dari layar ponselnya.
"Caca mau ke apartemen Hanin, kakak mau ikut? atau disini?" tanya Echa.
"Disini aja," jawab Bara.
"Caca pergi dulu," ucap Echa sambil melangkahkan kakinya keluar dari apartemen miliknya meninggalkan Bara sendirian.
Echa melangkah menuju ke apartemen yang ada di samping apartemen miliknya.
"Nin.." panggil Echa sambil membuka pintu apartemen yang tidak terkunci. Echa langsung di suguhkan dengan nuansa soft, menenangkan dan minimalis.
"siapa?" tanya Hanin yang mungkin sedang berada di kamar.
"Caca," jawab Echa melangkahkan kakinya masuk kedalam apartemen milik Hanin sambil menutup pintu.
"Sama siapa kesini Ca?" tanya Hanin yang masih berada di dalam kamar.
"Sama kak Bara," jawab Echa sambil menaiki anak tangga untuk menghampiri Hanin.
"Kak Nathan kemana?" tanya Echa yang melihat Hanin sedang melihat kamarnya.
"Gak tau, tadi keluar." jawab Hanin.
"Yang lain udah kesini?" tanya Echa.
"Belum kayaknya." jawab Hanin.
"Btw, Kak Tiara mau nikah?" tanya Echa sambil merebahkan tubuhnya di kasur Hanin.
"Iya, Hanin lupa ngasih tau sama Caca, kata Kak Tiara nanti jadi Bridesmaids." jawab Hanin.
"Oh ya? kapan?" tanya Echa.
"Tanggal 5 bulan Agustus." jawab Hanin.
"Serius?! bentar lagi dong?!" tanya Echa kaget saat mendengar jawaban dari Hanin.
"Iya, sekarang tanggal 20 Juli kan? berarti sekitar 2 mingguan lagi." jawab Hanin.
"Kenapa Caca gak tau?" tanya Echa.
"Hanin aja baru di kasih tau kemarin," jawab Hanin.
"Kak Tiara nya udah kesini?" tanya Echa.
"Udah," jawab Hanin.
"Ya udah Caca mau ke apartemen Kak Tiara, mau ikut?" tanya Echa sambil bangun dari tidurnya itu.
"Ikut." jawab Hanin yang mengikuti Echa turun dari kamarnya.
Mereka berdua melangkahkan kakinya keluar dari apartemen Hanin untuk menuju apartemen Mutiara yang lumayan jauh.
Saat Echa dan Hanin melewati apartemen demi apartemen orang lain suasananya terkesan mencekam padahal ini masih siang.
"Kok aneh ya Ca?" tanya Hanin yang merasakan keanehan di sekitar nya.
"Tapi gak ada apa-apa kok Nin." jawab Echa.
Sampai tiba saat nya di apartemen nomor 33, Echa dan Hanin mendengar ada suara teriakan dari dalam apartemen tersebut. suara nya terdengar begitu jelas.
Echa dan Hanin langsung mengetuk pintu apartemen nomor 33 itu. Namun tidak ada suara teriakan lagi, kini di ganti dengan suara hantaman begitu keras.
DUGH..
"Permisi" ucap Hanin sambil mengetuk pintu.
"Apa di sana baik-baik saja?" tanya Echa yang mendengar hantaman keras itu.
"Tolong.." teriak seseorang dari dalam yang sepertinya langsung di bungkam oleh tangan orang lain.
"Telpon resepsionisnya Ca." ucap Hanin yang mendengar suara minta tolong dari dalam apartemen tersebut.
Echa menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dia langsung mengeluarkan ponsel miliknya dan menelpon resepsionis.
"Halo, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya resepsionis yang sedang di telpon.
"Saya mendengar suara teriakan minta tolong dari apartemen nomor 33." jawab Echa yang sedang berada dalam sambungan telpon bersama resepsionis.
"Baik kami akan segera kesana, jangan lakukan apapun, kami tidak ingin kalian kenapa-kenapa." ucap Resepsionis tersebut yang kemudian mematikan sambungan telponnya.
Teriakan semakin terdengar begitu nyaring, bahkan terdengar seperti teriakan kesakitan. Echa dan Hanin tidak bisa berbuat apa-apa sebelum pegawai di apartemen datang kearah mereka.
Tak lama kemudian 3 orang pegawai apartemen datang menghampiri Echa dan Hanin, 2 orang pria dan 1 orang wanita memakai seragam pegawai apartemen.
Namun di saat 3 pegawai itu datang, sudah tidak ada suara teriakan lagi.
Satu orang pegawai pria tampan berkulit putih, tinggi, bertubuh tegap menghampiri kearah Echa. sedangkan 2 pegawai lain sedang mencoba membuka pintu apartemen tersebut.
"Siapa namamu?" tanya pegawai tersebut sambil mengulurkan tangannya.
"Echa kak," jawab Echa sambil menerima uluran tangan pegawai tersebut.
"Saya Hans." ucap pegawai tersebut yang masih belum melepaskan uluran tangannya.
Sedangkan Echa mencoba untuk melepaskan uluran tangan Hans. Tak lama kemudian pintu apartemen tersebut terbuka. Hans langsung melepaskan tangannya dan masuk kedalam apartemen itu dengan cara mengendap-endap.
"Apa kalian baik-baik saja?" tanya pegawai wanita.
"Kami baik-baik saja," jawab Hanin.
"Apa saja yang kalian dengar?" tanya pegawai tersebut yang bernama Adila Nirina di name tag milik pegawai perempuan tersebut.
"Hanya suara teriakan, hantaman, saya tidak tahu pasti suara hantaman itu apa dan suara minta tolong." jawab Hanin.
Di tengah-temgah pembicaraan itu, tiba-tiba saja pegawai apartemen yang bernama Hans dan pegawai yang tidak di kenali namanya itu membawa seorang pria bertubuh kekar dan bengis keluar dari apartemen tersebut.
"Didalam ada seorang perempuan." ucap Hans kepada Adila.
Namun sebelum melangkah pergi Hans menatap kearah Echa yang sedang tersenyum kearahnya. Terlihat manis.
Adila yang mendapat perkataan seperti itu langsung masuk kedalam apartemen itu, diikuti Hanin dan Echa di belakangnya.
Echa melihat seorang wanita dengan luka lebam di sekujur tubuhnya bahkan ada luka sayatan di sekitar kakinya meskipun tidak terlalu besar tapi darah menetes ke lantai.
"Apa anda baik-baik saja?" tanya Adila kepada perempuan tersebut.
Perempuan tersebut menggelengkan kepala sebagai jawaban sambil menangis tersedu-sedu. Adila mendekat kearah perempuan tersebut namun segera di tepis kasar.
"Kenapa kau tidak mengangkat telpon dari ku?!" tanya perempuan tersebut.
"Maaf, tapi kami tidak mendapat telpon dari anda." jawab Adila, pegawai apartemen.
"Apa kau puas?!" tanya wanita itu menatap Adila tajam.
"Maaf kan kami atas ketidak nyamanan dan keterlambatan kami." jawab Adila.
"Maaf kak, apa boleh saya obati luka nya dulu?" tanya Echa yang sudah membawa kotak P3K dari laci.
Sedangkan perempuan itu tidak menjawab perkataan Echa, Echa yang tidak mendapat jawaban itu melangkahkan kaki mendekat kearah perempuan yang terlihat depresi tersebut.
Tidak ada penolakan apapun dari perempuan tersebut saat Echa mengobati lukanya.
"Boleh saya tahu nama anda siapa?" tanya Adila.
"Tania Angelisa." jawab perempuan yang sedang di obati oleh Echa.
Seorang gadis cantik blasteran Indo-amerika itu bernama Tania Angelisa.
"Apa kalian yang menolong saya?" tanya Tania yang menatap kearah Hanin dan Echa.
"Iya," jawab mereka berdua kompak sambil tersenyum kearah Tania.
"Terimakasih sudah menolong saya, jika tidak ada kalian mungkin saya sudah mati di sini." ucap Tania.
"Sama-sama." jawab Echa dan Hanin kompak.
"Saya beruntung bertemu dengan orang baik seperti kalian." ucap Tania.
"Apa anda ingin melaporkan nya pada polisi?" tanya Adila.
"Tidak perlu, ini masalah pribadi saya, saya akan selesaikan sendiri." jawab Tania.
"Tapi kak, ini tindak kekerasan." ucap Hanin.
"Tidak apa-apa, ini keputusan saya jadi saya akan menanggung ini sendiri." ujar Tania.
"Baiklah jika itu yang anda inginkan." ucap Adila.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Nabilah Hanum
masalah di awal
2022-07-12
1
Salbiah Usman
hadir kembali di novel ini thoer,,,mgkin angelin itu nabati pemeran antagonisnya ya
2022-06-22
1
Hasnah Siti
yah aku juga pengin lihat bara sama caca nikah ..😍
2022-04-30
1