Setelah menunggu Bara sarapan, Echa, Bara dan Aira pergi kerumah Bunda An untuk mengantarkan Aira sambil membeli obat untuk Echa.
"Permisi," Ucap Bara yang sedang membeli obat untuk Echa.
"Iya, kenapa kak?" Tanya pegawai toko apotek.
"Beli obat ini," Jawab Bara sambil memberikan plastik obat bekas yang Echa berikan padanya.
Pegawai toko tersebut langsung mencari obat yang di maksud oleh Bara dan memberikannya kepada Bara.
"Berapa?" Tanya Bara yang melihat pegawai toko tersebut sedang menatap dirinya terang-terangan.
"Mba.." panggil Bara yang melihat pegawai tersebut tidak merespon perkataannya.
"Eh..iy-a..kenapa kak?" Tanya pegawai tersebut gugup dengan wajah yang memerah malu.
"Berapa?" Tanya Bara yang masih memasang wajah dinginnya.
"30 ribu kak." Jawab pegawai tersebut. Bara yang mendapat perkataan seperti itu langsung memberikan sejumlah uang yang pegawai tadi sebut.
Setelah memberi uang tersebut, Bara langsung melangkahkan kakinya pergi dari apotek, meninggalkan pegawai apotek dengan tatapan kagum padanya.
"Nih.." ucap Bara sambil memberikan kantung plastik yang berisi obat kepada Echa sambil duduk di kursi pengemudi.
"Makasih." Ujar Echa sambil tersenyum manis.
Bara tidak menjawab perkataan Echa, dia melajukan mobil dengan kecepatan standar.
"Kak Caca masih sakit?" Tanya Aira yang sedang duduk di pangkuan Echa.
"Enggak.." jawab Echa sambil mencium kening Aira.
"Kakak ada kelas?" Tanya Echa.
"Ada, nanti siang." Jawab Bara.
"Sama kayak Kak Gavin dong Kak?" Tanya Aira.
"Iya," Jawab Bara.
"Yey! Berarti nanti Kak Caca di rumah Aira dulu kan?" Tanya Aira antusias.
"Enggak dulu ya, Kak Caca punya kerjaan di apartemen," Jawab Echa sambil mengelus kepala Aira.
"Yah.. kak padahal Aira pengen banget main sama Kak Caca." Ucap Aira sambil.mengerucutkan bibirnya.
"Nanti kalau udah beres semuanya, Kak Caca bakalan kerumah Aira lagi." Ujar Echa.
"Yaudah deh, Aira ngalah dulu.." Ucap Aira sambil tersenyum dan memeluk Echa.
30 menit telah berlalu, Kini mereka sudah sampai di rumah Bunda An.
"Mama!!" Teriak Aira yang baru masuk kedalam rumah.
"Kenapa sayang? Mama disini.." sahut bunda An dari arah ruang tamu.
Aira berlari menuju Bunda An tanpa melepaskan genggamannya pada tangan Echa.
"Ra.. jangan lari.." ucap Bara yang melihat Echa sedang memegang perutnya, menahan rasa sakit. Namun Aira tidak memperdulikan perkataan Bara.
"Sayang.. Mama kangen banget.." ujar Bunda An sambil memeluk Aira yang menghambur ke pelukannya.
"Aira juga kangen banget sama Mama." ucap Aira yang kini sudah melepaskan genggam tangannya pada Echa, Sedangkan Echa langsung duduk di sofa sebelah Aira dan Bunda An. Perutnya kembali sakit ketika Aira mengajaknya lari tadi.
"Bara gak bisa lama ma, ada kelas." Ucap Bara sambil merebahkan tubuhnya di sofa kosong.
"Yaudah kamu pergi aja, biarin Caca disini." Ujar Bunda An.
"Tapi Bunda, Caca masih ada kerjaan di apartemen, Caca juga gak bisa lama." Ucap Echa.
"Yah.. kenapa tadi gak di kerjain dulu kerjaannya biar bisa lama disini." Ujar Bunda An sambil menatap kearah Echa.
"Tadi Caca buru-buru, takutnya bunda marah sama Aira." Ucap Echa.
"Yaudah gak apa-apa, kamu beresin dulu kerjaannya, nanti kalau ada waktu luang kesini lagi." Ujar Bunda An sambil tersenyum.
"Iya bunda." Ucap Echa membalas senyuman Bunda An.
"Kamu udah makan sayang?" Tanya Bunda An sambil menatap Aira yang berada di pangkuannya.
"Udah, tadi kak Caca bikinin Aira nasi goreng enak banget, tapi kak Caca malah sakit." Jawab Aira.
"Sakit kenapa?" Tanya Bunda An.
"Sakit perutnya, tadi aja hampir jatuh dari tangga, kalau gak ada Kak Bara bakalan jatuh kelantai." Jelas Aira.
"Bener Ca?" Tanya Bunda An sambil menatap Aira.
"Iya bunda, sakit perut pas datang bulan.. Caca emang suka gitu." Jawab Echa.
"Kurangin makan pedes." Ucap Bunda An.
"Bara gak ngingetin kamu?" Tanya Bunda An.
"Udah kok bunda tapi Caca nya yang gak denger kakak.." jawab Echa.
Namun saat Bunda An ingin membalas perkataan Echa, tiba-tiba saja ponselnya berdering, menandakan ada seseorang yang menelponnya.
"Bentar ya." Ucap Bunda An sambil.menurunkan Aira dari pangkuannya.
"Kak pulang sekarang ya.." Ujar Echa.
"Yah.. Kak Caca nanti aja." Ucap Aira.
Namun saat Echa ingin membalas perkataan Aira, tiba-tiba saja bunda An datang ke ruang tamu.
"Aira ikut mama yu," ucap Bunda An.
"Kemana Ma?" Tanya Aira.
"Ke rumah Gracia," jawab Bunda An.
"Serius ma?!" Tanya Aira antusias.
"Iya, sambil mama ada perlu sama papa nya, sekarang kamu ganti baju dulu gih.." jawab Bunda An, Aira yang mendapat perkataan seperti itu hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Bunda, Caca pulang dulu ya.." Pamit Echa.
"Kenapa sebentar Ca?" Tanya Bunda An.
"Kerjaan di apartemen banyak bunda, apalagi tadi Caca tembus di kasur." Jawab Echa.
"Yaudah sana bersihin takutnya ada apa-apa kalau gak cepet-ceoet di bersihin." Ucap Bunda An.
"Iya bunda. Caca pamit pulang ya.." Ujar Echa sambil mencium punggung tangan Bunda An.
"Ayo Kak.." ajak Echa.
"Iya." ucap Bara sambil berdiri dari duduknya dan mencium punggung tangan Bunda An.
Echa dan Bara melangkahkan kakinya keluar sambil masuk kedalam mobilnya. Setelah dirasa Echa dan dirinya sudah siap, Bara langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan standar.
"Ca.." panggil Bara.
"Apa?" Tanya Echa.
"Jangan deket-deket sama Hans." Jawab Bara yang masih menatap jalanan yang terlihat macet.
"Enggak, Hans nya aja yang terus deketin Caca, padahal Caca udah jauh-jauh." Ucap Echa yang sedang memejamkan matanya.
"Hm.." gumam Bara.
"Kenapa emangnya kak? Hans kan baik, gak jahat." Tanya Echa sambil menatap kearah Bara.
"Kakak gak suka dia deket sama Caca." Jawab Bara sambil menatap kearah Echa.
Apa Caca gak tau Hans punya ilmu hitam? Tanya Bara dalam hati.
"Iya, nanti gak deket-deket." Ucap Echa yang kembali memejamkan matanya, sedangkan Bara kembali menatap jalanan.
25 menit telah berlalu, Echa dan Bara sudah sampai di parkiran apartemen. Mereka berdua turun dari mobil dan melangkahkan kakinya menuju lift.
Namun saat sudah masuk kedalam lift tiba-tiba saja Hans datang bersama dengan satu orang teman prianya yang bernama Fathur, terlihat dari name tag nya.
"Hai Ca.." sapa Hans yang berada di sebelahnya.
"Eh, iya." sahut Echa sambil tersenyum.
"Abis darimana?" Tanya Hans.
"Dari rumah." Jawab Echa seadanya.
"Titip salam buat bunda nya ya.." Ucap Hans.
Sedangkan Bara yang mendengar penuturan tersebut hanya tersenyum tipis, dia belum tahu siapa bunda yang Echa maksud, jika saja bunda An ada disini, Hans bakalan langsung kena semprot dengan omongannya yang pedas saat ini juga.
"Eh, tapi.." ucap Echa yang langsung terpotong oleh Arthur.
"Baru pertama kali ini gue liat Lo baik sama Cewek Hans." Ujar Arthur yang kaget melihat Hans seperti ini.
"Hm." Gumam Hans sambil tersenyum tipis.
Wanita di depannya saat ini, mampu membuat Hans jatuh hati hanya dalam beberapa detik menatap mata dan senyumannya. Wanita yang mengantri pada nya langsung kalah oleh Echa yang mampu membuat Hans terlena dan semoga saja tidak membuat hal yang semena-mena.
Bara yang mendengar penuturan seperti itu langsung memeluk pinggang Echa, sekedar memberi peringatan bahwa Echa hanya miliknya.
Ting.
Echa dan Bara sudah sampai di lantai lima, pintu lift tersebut langsung terbuka.
Hans yang melihat Echa keluar dan melewati dirinya, dia sengaja memegang tangan Echa dan merapalkan beberapa mantra dari mulutnya
"Aww.." ringgis Echa pelan saat Hans sudah melepaskan genggaman tangannya.
"Hati-hati Ca, see you next time. Lain kali kita ngobrol berdua ya." Ucap Hans sambil melambaikan tangannya pada Echa saat Echa keluar dari lift.
"Lo ga liat dia udah punya cowok." Bisik Arthur melihat tangan yang melingkar di pinggang Echa di celah pintu lift yang mulai tertutup.
"Gue bisa lakuin apapun thur. Apapun.." ucap Hans sambil tersenyum sinis.
Sedangkan Echa yang sudah keluar dari lift itu, langsung menatap kearah Bara yang sedang memasang wajah tak bersahabat padanya.
"Kak.." panggil Echa sambil merasakan tangannya yang agak berat sebelah.
"Hm." Gumam Bara.
"Kakak marah?" Tanya Echa.
"Enggak." Jawab Bara singkat tanpa melepaskan tangannya dari pinggang ramping milik Echa.
"Terus kenapa mukanya kayak gitu?" Tanya Echa.
"Gak apa-apa." Jawab Bara yang tetap saja memasang wajah tak bersahabat ya, Echa hanya menghela nafas ketika Bara memasang wajah seperti itu.
"Ke apartemen kakak." Ucap Bara.
"Tapi apartemen Caca belum beres kak." Ujar Echa.
"Nanti bisa di beresin pas kakak ke kampus." Ucap Bara.
"Terserah kakak." Ujar Echa, sambil melihat sekeliling yang tidak ada sosok apapun yang menempel padanya tapi kenapa tangannya bisa berat seperti ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Suzieqaisara Nazarudin
gue penasaran nih ama kemampuan echa,udah gak bisa rasain apa apa ya emang nya,biasanya dia kan bisa tau kalo siapa siapa yg ada ilmu hitamnya..
2022-05-11
0
Coretan Kertas_11
waspada ngapa ca...🙄
2022-04-17
0
Eda Ridha
emang echa g bisa rasain energi negatifnya hans yach... trus udah kena mantra lagi echanya...
2021-12-21
1