Echa melangkahkan kakinya turun dari tangga, sebelum keluar rumah untuk mengecek keadaan apartemen miliknya dia pamit terlebih dahulu kepada Roslyn-ibunya dan Bi Neni-pembatu kesayangan Echa yang sudah bekerja selama 20 tahun di rumahnya.
"Ibu.. Caca pergi dulu." pamit Echa menghampiri Roslyn yang sedang fokus pada layar laptop dengan setumpuk berkas di sampingnya.
"Sama siapa? sendiri?" tanya Roslyn sambil menatap anak semata wayangnya itu sambil membenarkan kacamata yang bertengger di hidungnya.
"Sama kak Bara Bu." jawab Echa.
"Baranya udah datang?" tanya Roslyn yang kembali menatap layar laptopnya.
"Sebentar lagi juga nyampe." jawab Echa.
"Oh iya, soal apartemen kamu gimana? udah di cek belum?" tanya Roslyn.
"Ini mau sekarang." jawab Echa.
3 tahun berlalu, pahit manisnya kehidupan menjadi dewasa, asmara, persahabatan selama di jenjang sekolah menengah atas sudah Echa lewati bersama teman-temannya dengan susah payah.
Beragam macam permasalahan dengan mahluk tak kasat mata pun seolah tak ada henti-hentinya, datang silih berganti. Namun semua itu akan dijadikan pelajaran bagi Echa dan yang lainnya.
Dari hal gaib yang paling kecil hingga hal yang paling mengerikan pernah mereka lewati, bahkan beberapa kali hampir merenggut nyawa. mengerikan? tentu.
Dan saat ini Echa akan tinggal di apartemen dekat dengan kampus bersama dengan teman-temannya. Kampus impian bagi para pelajar yang telah lulus sekolah menengah atas. Bahkan Bara, Nathan, Azka, Gavin, Mutiara dan Alvero kuliah di universitas tersebut.
Universitas populer di Jakarta yang terkenal dengan kepintaran, kecantikan, ketampanan mahasiswanya dan fasilitas yang sangat lengkap yaitu Universitas Starshine.
"Bi neni dimana Bu?" tanya Echa sambil melihat keberadaan bi Neni, namun sejak tadi dia tidak menemukannya.
"Ke pasar." jawab Roslyn.
"Yah.. padahal Caca pengen pamit sama Bi Neni," ucap Echa dengan wajah sedih.
"Emang mau pindah sekarang?" tanya Roslyn.
"Engga sekarang sih tapi kalau apartemen nya enak di pake tidur, ya Caca bakalan tidur di sana," jawab Echa.
Echa dan teman-teman nya itu membeli apartemen di tempat yang sama bahkan apartemen mereka saling berdekatan.
Jadi jika terjadi sesuatu mereka tidak perlu repot jalan ke lantai bawah atau pun kelantai atas. Bahkan Bara dan teman-temannya pun membeli apartemen di sana secara mendadak.
Alasannya mereka ingin membeli apartemen di tempat tersebut karena mereka tidak ingin Echa dan yang lainnya kenapa-kenapa, apalagi semua nya perempuan.
Ting.. tong..
Suara bel rumah Echa berbunyi menandakan ada seseorang yang sedang berdiri di luar rumah nya.
"Caca pamit ya Bu, ibu jaga jaga kesehatan ya, Caca gak mau ibu sampai drop kayak Minggu kemarin, jangan terlalu maksain diri, kalau emang capek istirahat." ucap Echa sambil mencium pipi Roslyn.
"Iya Ca, ibu bakalan jaga kesehatan," ujar Roslyn yang masih menatap layar laptop.
Echa tidak menjawab perkataan ibunya itu, dia langsung melangkahkan kaki menuju ke arah pintu untuk melihat siapa orang yang menekan bel rumahnya.
Pada saat Echa membuka pintu dia melihat seseorang yang selama ini selalu berada di sampingnya, menjadikan dirinya tempat pulang sebenarnya, meskipun banyak masalah di hubungan mereka, apalagi isu tentang orang ketiga, seperti nya Echa sudah kebal dengan semua itu.
Siapa lagi kalau bukan Bara? Pria yang selalu berkata bahwa dirinya bersyukur mendapatkan wanita seperti Echa, entah apa yang istimewa darinya. Tapi Echa berusaha untuk menjadikan dirinya tempat paling nyaman untuk pulang.
"Ibu mana?" tanya Bara.
"Ada di dalem." jawab Echa.
"Oh oke." ucap Bara singkat sambil masuk kedalam rumahnya.
Bara memang sudah biasa seperti itu, dia tidak akan pernah pergi sebelum berpamitan kepada Roslyn jika Roslyn ada di rumah.
Echa tidak mengikuti Bara, dia menunggu Bara di luar, toh hanya pamit saja tidak perlu masuk kedalam lagi.
"Ayo." ajak Bara.
"udah?" tanya Echa.
"Udah." jawab Bara sambil melangkahkan kaki menuju motor sport miliknya diikuti dengan Echa di belakangnya.
Bara melajukan motornya ketika Echa sudah naik keatas motornya, membelah kota Jakarta yang tidak terlalu macet seperti biasanya.
"Kak, yang lain udah berangkat kan?" tanya Echa yang sedang menyimpan kepalanya di pundak Bara dengan tangan yang melingkar di pinggang Bara.
"Udah," jawab Bara.
"Kakak gak ada yang mau di ceritain gitu?" tanya Echa.
"Gak ada." jawab Bara.
"Oh iya kak, soal Kak Tiara yang mau nikah itu serius?" tanya Echa.
"Iya." jawab Bara sambil melihat kearah spion yang menampilkan wajah menggemaskan milik Echa.
"Kapan?" tanya Echa.
"Antara awal dan akhir bulan Agustus." jawab Bara.
"Berarti satu bulan kurang dong?" tanya Echa.
"Hm." gumam Bara.
"Caca mau nikah muda?" tanya Bara tiba-tiba.
Echa yang mendapat pertanyaan seperti itu langsung memerah malu, pertanyaannya soal Alvero dan Mutiara yang akan segera menikah itu bukan berarti dia memberi kode kepada Bara untuk segera di halalkan.
"Eh.. kalau emang Ibu bolehin Caca nikah muda ya ayo." jawab Echa dengan wajah yang memerah. Sedangkan Bara hanya tertawa pelan melihat Echa seperti itu.
"Kenapa ketawa?" tanya Echa.
"Gak apa-apa." jawab Bara yang kini sudah memberhentikan tawanya.
"Gimana kabar Bunda An sama Aira? baik-baik aja kan?" tanya Echa.
"Baik," jawab Bara.
"Caca udah lama gak ketemu sama bunda sama Aira." ucap Echa.
"Nanti pulang dari sana kerumah aja," ujar Bara.
"Tapi kalau apartemennya enak buat di pake tidur Caca minta besok aja ya ke rumahnya, pengen nyobain apartemennya." ucap Echa antusias.
"Iya," ujar Bara sambil mengelus lembut tangan Echa yang berada di perutnya.
Tidak ada percakapan lagi setelah itu, mereka menikmati perjalanan yang hening dengan angin pagi yang lumayan masih segar, tidak banyak polusi karena hampir semua penduduk Jakarta pulang ke kampung halaman.
...----------------...
30 menit berlalu Echa dan Bara sudah sampai di lapangan parkir apartemen nya itu, saat ini di sampingnya ada gedung sangat tinggi, mewah dan elegan.
"Ayo." ajak Bara sambil menggenggam tangan Echa untuk mengikuti dirinya melihat apartemen yang sudah di beli Roslyn untuk Echa.
"Gak mau nunggu yang lain?" tanya Echa yang berjalan di samping Bara.
"Udah nyampe," jawab Bara.
"Kakak tau darimana?" tanya Echa bingung.
"Tadi kakak liat ada motornya." jawab Bara. Echa hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, dia menyeimbangkan langkah kakinya dengan langkah kaki Bara.
Mereka berdua masuk kedalam lift, pada saat masuk kedalam lift Echa sudah di sambut dengan satu sosok berambut panjang, memakai dress berwarna putih dengan darah yang memenuhi dress tersebut.
Echa pura-pura tidak melihat sosok yang berada di pojok lift itu bahkan tidak ada percakapan antara Bara dan Echa di tambah sosok itu menatap kearah Echa dengan kepala miring, suasana di dalam semakin mengerikan.
Ting.
Sampai tiba saatnya ada dua orang pria yang masuk kedalam lift mendekat kearah Echa yang berada di samping kanan Bara.
Sedangkan Bara yang melihat itu langsung Menganti posisi Echa menjadi di samping kirinya, memang tidak ada yang aneh dari dua pria tersebut tapi tetap saja Bara tidak ingin wanitanya dekat dengan pria yang tidak di kenal.
Echa mengerjapkan matanya sambil menatap kearah Bara saat kekasihnya Menganti posisinya, padahal di pojok sana ada sosok yang terus menatap Echa dengan tatapan mengintimidasi.
Echa tidak bisa mengatakan apapun, dia hanya bisa menggenggam tangan Bara dan merapatkan tubuhnya kepada Bara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Nabilah Hanum
masih bertahan dgn sebutan kakak
2022-07-12
1
Càröliné Gie White
Like pertama untukmu thor.. Salam dari Misteri Penunggu Lantai 4..
2022-06-02
1
Your 𝓑𝓪𝓼𝓽𝓪𝓻𝓭
visualnya bkin insekurrrrrr tekukurrr 🥴
2021-11-16
2