Izzy tersenyum lebar memenuhi undangan minum teh yang diterimanya dari ratu Jessica. Kebetulan sekali ia ingin melihat ekspresi wajah dari ratu yang paling dicintai oleh raja.
"Salam Yang Mulia Ratu Jessica Odelia, rembulan dari kekaisaran negara Whiteland," ucap Izzy dengan menurunkan tubuh sembari kedua tangannya mencubit gaun agar mengembang.
Jessica merasa ucapan salam itu, seperti sebuah ejekkan dari Izzy. "Duduklah, Ratu. Kamu begitu sungkan kali ini."
Izzy tersenyum, lalu duduk di kursi kayu berhadapan dengan Jessica. Ya ... ratu Jessi mengajak pesta teh bersama sembari menikmati kebun istana.
"Kenapa kamu tidak jadi ke istana timur?"
Izzy tersenyum. Mata berbinar memandang Jessica. Ada rasa kebanggaan mengetahui ratu di hadapannya sudah tidak disayang oleh raja. Menurut Izzy itu pantas karena Jessi terlalu sombong.
"Awalnya aku memang ingin ke istana timur, tetapi ada kabar burung yang mencegah kami melakukan perjalanan itu. Tidak disangka, saat pulang sudah mendapat kabar yang tidak mengenakkan. Aku kasihan terhadap selir Sara. Bagaimana kalau nanti kita menjenguknya?" tutur Izzy.
Di balik meja, kedua tangan Jessi mengepal kuat hingga buku-buku kukunya memutih. Di kerajaan sudah ada yang mengkhianati dirinya, dan Jessi tidak akan membiarkan hal itu. Mata-mata yang sudah berani membocorkan rencananya harus dihukum mati.
Jessica mengambil sekuncup mawar merah yang terletak di meja. "Bunga mawar ini sangat harum dan indah, tetapi sayang sekali ia belum mekar." Satu per satu Jessi melepas kelopak itu. "Bunga yang tadinya indah itu, ingin bermekaran." Jessica melepas habis kelopaknya hingga tersisa tangkai saja kemudian mengumpulkan semua kelopak itu, dan meremukkannya dengan tangan. "Tapi sayang. Aku akan menghancurkan bunga itu sebelum mekar."
Wajah Izzy berubah serius. "Apa maksudmu berkata seperti itu?"
Jessica tersenyum, "Apa kamu tersinggung? Atau ... merasa takut?"
"Untuk apa aku tersinggung dan merasa takut? Aku hanya bertanya, mengapa kamu berkata seperti itu?"
Jessica menyempatkan diri menyesap teh miliknya. "Kamu masih tidak memahaminya? Aku akan menghancurkan seseorang itu sebelum dia berkembang."
Izzy memandang Jessi dengan kilatan tajam. Bukannya ia tidak mengerti apa yang sang ratu katakan. Izzy tidak akan pernah takut meski Jessica seorang duchees. Mereka sama-sama seorang ratu. Jadi ... untuk apa takut.
"Biar aku katakan sesuatu padamu. Berhati-hatilah pada seseorang yang terlalu banyak diam. Mungkin saja seseorang itu merupakan ular yang mematikan," kata Izzy dengan beranjak dari duduknya. "Maaf, Yang Mulia Ratu. Hari sudah sore dan aku ingin bersiap untuk makan malam bersama raja. Aku sangat senang akhir-akhir ini raja selalu bersamaku." Izzy menekuk kaki dan tersenyum, lalu pergi dengan didampingi dua dayangnya.
Jessica hanya bisa menggerutu dalam hati. Aran marah besar kepadanya dan tidak ingin bersama dalam waktu dekat. Hanya demi nyawa seorang selir, Aran bertindak berlebihan. Itu menurut Jessica, tetapi bagi Aran, menyuruh pengawal melukai seorang wanita, adalah tindakan kejahatan.
...****************...
"Lukanya akan segera membaik. Saya sudah mengoleskan obat, dan beberapa hari lagi akan sembuh," ucap dokter wanita.
Aran berdehem dalam posisi berdiri dengan kedua tangan di belakang. Sedari tadi ia memperhatikan dokter yang mengobati Sara. Namun sebenarnya, adalah Aran yang masih kesal akan perbuatan selirnya.
Setiap hari Aran berkunjung ke kamar Sara untuk memantau perkembangan dari selirnya. Tidak ada percakapan di antara keduanya. Aran hanya melihat dokter mengobati, lalu pergi setelah dokter itu selesai.
"Saya pamit undur diri, Yang Mulia," ucap dokter sembari memberi hormat.
Lagi-lagi Aran hanya menjawab dengan deheman. Pandangan matanya tertuju pada Sara yang berbaring, tetapi tidak berani memandang dirinya.
"Pandang aku," kata Aran.
Sara memejamkan mata dulu setelah itu memandang Aran. Lelaki itu duduk di tepi kasur dan mata keduanya saling bertabrakan.
"Masih mau kabur dariku?" tanya Aran.
"Maaf," jawab Sara, "aku hanya menggunakan kesempatan yang datang."
"Dan kesempatan itu hampir saja merenggut nyawamu."
"Seharusnya kamu biarkan saja aku mati. Setidaknya aku tidak berada di sini," kata Sara.
"Sebenarnya apa yang membuatmu tidak betah di sini? Apakah hanya karena berpisah dari ibu dan kekasihmu? Jika kamu menurut, aku akan menyayangimu."
"Kamu tidak tahu, kan? Hidup di desa sangat menyenangkan. Bebas dari aturan. Kamu bisa ke mana pun tanpa ragu, berlari, bernyanyi," tutur Sara.
"Omong kosong! Termasuk bermesraan bersama kekasihmu di belakang rumah?" Aran meraih tangan Sara. "Aku sangat ingin menghukummu. Menguliti kulitmu yang halus ini. Tapi lihat, kondisimu sangat mengenaskan. Aku merasa kasihan padamu, Sara. Kamu sendiri yang menghancurkan tubuhmu."
Sara terdiam. Ucapan Aran ada benarnya. Luka-luka di tubuhnya tidak pernah kering. Luka itu terus bertambah dan itu karena perbuatannya sendiri.
"Selama sebulan kamu tidak boleh keluar kamar. Tetaplah di sini dan renungkan kesalahanmu," kata Aran, lalu beranjak keluar kamar.
Sara mendengar pintu kamarnya dikunci dari luar. Kamar empuk ini akan menjadi penjara untuknya. Setidaknya Sara masih bersyukur daripada Aran memasukkannya ke dalam penjara bawah tanah.
...****************...
Selama sebulan, Aran tidak berkunjung menemui Sara. Sang raja sibuk dengan tugas negara dan selalu bersama ratu Izzy Bren. Beberapa kali pun Jessica meminta maaf, Aran masih tidak memaafkannya.
Aran datang berkunjung ke kamar Jessica, tetapi hanya untuk bertemu putranya. Dalam satu bulan, Izzy menjadi ratu kesayangan. Selir lain pun mulai mencari perhatian kepadanya.
"Apa hasilnya?" tanya Izzy saat dokter kerajaan memeriksa keadaannya.
"Selamat, Ratu. Anda mendapat pewaris."
"Benarkah?" tanya Izzy tidak percaya. "Mery, Rose, beritahu kabar ini kepada raja."
"Baik, Ratu."
Kebahagian apalagi yang Izzy harapkan sekarang. Raja menyayangi dirinya dan keinginannya untuk mendapatkan anak kini terkabul.
Suara pengawal terdengar yang mengatakan raja akan masuk ke dalam kamar. Izzy dan dokter bersiap menyambut kedatangannya.
"Ratu."
Izzy langsung memeluk Aran. "Aku hamil, Yang Mulia."
Aran melirik dokter. "Benar, Yang Mulia. Ratu Izzy tengah mengandung saat ini."
Aran mengangkat tangan agar dokter pergi meninggalkan mereka berdua. Pintu ditutup setelah dokter pergi, dan Aran membawa istrinya duduk di atas tempat tidur.
"Selamat Ratu. Kerajaan kita akan mendapat satu pewaris lagi," ucap Aran sembari memeluk istrinya. "Hadiah apa yang kamu inginkan?"
"Hadiah dari Yang Mulia, pasti selalu saya terima," jawab Izzy.
"Aku akan buat pesta meriah untuk mengumumkan kabar bahagia ini," kata Aran.
Izzy tersenyum dan memeluk Aran. "Terima kasih, Yang Mulia."
Kabar itu pun menyebar cepat ke istana. Termasuk ke telinga ratu serta selir. Karena Izzy menjadi kesayangan raja, selir lain turut mengucapkan selamat kepadanya.
Namun, kabar ini membuat telinga Jessica memanas. Sedangkan Sara yang mendengar hal itu, tidak memberi komentar apa pun. Kehamilan ratu tidak ada hubungan dengannya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Hasnah Siti
.
2022-03-27
0
Rose_Ni
sara mah santuy aja😁mau ratu hamil kek apa kek..ora urus😎😎😎
2021-12-06
2
Erni
moga sara bisa segera cinta ke raja biar ga tersiksa batinnya
2021-11-27
0