Jeruji besi dibuka oleh pengawal. Aran masuk kemudian melemparkan jubahnya ke hadapan Sara agar wanita itu tidak kedinginnan.
Sara segera membalut tubuhnya dengan jubah bulu tersebut. Rasa hangat menjalar ke tubuhnya karena jubah tebal nan lembut itu.
"Katakan kepada pelayan untuk menyiapkan Sara, karena malam ini juga aku ingin bersamanya," perintah Aran.
"Baik, Yang Mulia," sahut pengawal dengan meletakkan sebelah tangan mereka di bahu kiri tanda penghormatan.
Dengan gagahnya Aran keluar dari dalam jeruji besi, ia melangkah pergi terlebih dulu dengan diikuti oleh salah satu pengawal. Sedangkan Sara dikawal oleh pengawal satunya.
Baru saja Sara keluar dari ruang bawah tanah, Dory sudah menunggunya. Wanita itu sangat khawatir mengetahui Sara berada di dalam penjara.
"Sara ... kamu baik-baik saja, kan?" tanya Dory dengan memeriksa tubuh Sara.
"Aku baik-baik saja, Dory," jawab Sara dengan masih menampilkan senyumnya.
"Raja ingin bersamanya, siapkan wanita ini dan sebentar lagi aku akan menjemputnya," kata pengawal.
Dory mengangguk. "Baik."
Sara dibawa ke dalam ruang pemandian, tubuhnya dibersihkan sebersih mungkin karena malam ini ia akan tinggal bersama raja.
"Sara ... aku tidak akan menanyakan kenapa kamu bisa dijebloskan ke dalam penjara, tetapi aku hanya menyarankan untuk mematuhi perintah raja," ucap Dory.
"Termasuk dengan menjadi wanita penghiburnya? Raja lalim itu memiliki empat puluh selir dan dua orang istri, tapi pria itu malah menculik wanita yang sudah bertunangan," kecam Sara.
Dory menghela napas panjang, ia tidak mengerti dengan pemikirin Sara yang menolak untuk bersama raja. Banyak gadis dari seluruh negeri menginginkan raja, bahkan dari negara lain para wanita juga menginginkannya. Mengharap cinta dan sentuhan raja, bahkan mereka rela menjadi selir hanya untuk bisa menjadi kekasih seorang Aran.
"Ayo ... kita harus cepat berkemas," ucap Dory.
Sara bersama Dory bergegas masuk ke dalam kamar. Sudah ada Esme dan Lily yang telah menyiapkan gaun serta perhiasan untuk Sara.
"Sara ... kamu baik-baik saja?" tanya Esme.
"Iya, aku baik," jawab Sara.
Di antara dayang Sara, hanya Lily yang punya sifat pendiam. Wanita itu tidak banyak bicara, tetapi ia selalu mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya.
"Gaun mana yang ingin kamu kenakan?" tanya Esme.
"Hitam ... aku ingin mengenakan gaun berwarna hitam," jawab Sara.
"Sara ... gaun berwarna hitam tidak cocok untuk menemui raja," ujar Esme.
"Cocok ... tentu saja sangat cocok untukku dan gaun itu mewakili hatiku," tutur Sara.
"Berikan saja gaunnya, Esme," perintah Dory.
"Gaun berwarna hitam sama saja Sara akan pergi dalam acara berkabung dan pastinya raja tidak akan menyukainya," jelas Esme.
"Aku memang akan pergi ke pemakaman," sahut Sara.
"Sara," tegur Dory. "Sudahlah ... Lily tolong kamu ambilkan gaun hitam serta perhiasan permata."
"Aku tidak mau memakai perhiasan, bukannya nanti akan dibuang juga," sela Sara.
Dory menghela napas panjang. "Terserah kamu saja."
Lily memberikan gaun berwarna hitam polos kepada Sara dan segera Sara memakai gaun yang sangat kontras dengan kulitnya yang putih.
Rambut panjang Sara terurai dan hanya ada bando bunga dari bahan perak tipis yang ia kenakan sebagai pelengkapan penampilannya malam ini.
Pintu kamar diketuk dan segera Dory membuka pintu. Pengawal raja datang untuk menjemput Sara yang akan bermalam bersama sang raja.
"Sara ... kita harus pergi," ucap Dory.
Sara beranjak dari duduknya, ia keluar dari kamar dengan dikawal oleh penjaga dan juga Dory. Para selir berkasak-kusuk saat Sara lewat di hadapan mereka.
Semuanya tidak percaya jika Sara sudah berada di penjara dan sekarang ia malah dipanggil untuk melayani sang raja. Timbul rasa iri dalam diri mereka, mengapa tidak mereka saja yang dipilih untuk melayani raja Aran. Aroma kebencian mulai ditebar oleh para selir yang kesepian itu, tatapan sinis serta ketidaksukaan di dapat Sara. Namun Sara tidak memperdulikan mereka, ia tetap melangkah dengan anggunnya.
Pintu kamar raja dibuka oleh pengawal yang berjaga di depan pintu. Sara masuk ke dalam dan pintu kembali di tutup oleh dua pengawal yang berjaga di depan.
Sara melangkah menemui Aran yang tengah berada di balkon kamar. "Yang Mulia."
"Makanlah dulu ... malam ini kita akan bersama, jadi kamu perlu tenaga ekstra, kan?" Aran membalik tubuhnya menghadap Sara, namun ia kaget melihat Sara yang memakai gaun berwarna hitam pekat. "Apa kamu ingin berkabung?"
Di negeri Whiteland semua warga akan memakai gaun hitam khusus untuk berkabung saja. Sehari-hari tidak ada yang memakai gaun berwarna hitam.
"Menyerahkan diriku padamu sama saja dengan kematian bagiku," sarkas Sara.
Aran mengepalkan telapak tangannya, wanita yang berdiri di hadapannya ini sangatlah berani menantangnya.
Aran duduk di bantal lebar di depan meja bulat rendah yang di atasnya ada beberapa menu makanan. Sara ikut duduk dan melayani Aran dengan mengambilkan pria itu makanan.
"Silakan, Yang Mulia," sila Sara.
Aran memakan roti dengan daging asap yang diberikan oleh Sara. Wanita itu juga menuangkan air minum untuk sang raja, tidak ada yang bicara selama keduanya makan bersama.
Aran tidak tahu caranya menghadapi Sara, wanita di hadapannya ini susah sekali untuk di ajak bicara baik-baik. Setiap bicara selalu saja ada pertengkaran di antara mereka.
"Minum anggur ini!" perintah Aran sembari memberikan segelas anggur kepada Sara.
"Aku tidak terbiasa meminum minuman seperti itu," tolak Sara.
"Minum ini!" perintah Aran dengan suara keras. "Jika kamu tidak meminumnya, maka ibumu yang akan meminumnya."
"Kamu berani mengancamku," ucap Sara dengan tatapan tajamnya.
"Jika kamu menolak perintahku, maka aku tidak akan segan-segan menyakiti ibu dan juga kekasihmu," ancam Aran.
Sara mengambil paksa gelas yang dipegang Aran, ia meminum habis minuman itu. "Aku sudah meminumnya, kamu puas, kan?"
"Kemarilah," pinta Aran.
Sara bangkit berdiri lalu menghampiri Aran di depannya, ia duduk berlutut di hadapan sang raja. Aran membelai rambut panjang Sara, ia melepas bando yang menghiasi kepala wanita itu.
"Bersandarlah di tubuhku," pinta Aran.
Sara menatap kedua mata Aran, ia masih tidak bergeming dari tempat duduknya, namun Aran sudah mengulurkan tangan kepadanya.
"Masih tidak mau menurut?" tanya Aran.
Sara mengulurkan tangannya yang segera disambut oleh Aran, pria itu mengecup lembut punggung tangannya.
Sara membalik tubuhnya kemudian bersandar di tubuh bidang Aran, pria itu mengelus lembut puncak kepala Sara.
"Tidurlah ... kamu pasti lelah," ucap Aran.
Sara kaget mendengar ucapan Aran, apa pria itu tidak akan menyentuhnya? Kenapa Aran malah menyuruhnya untuk tidur? Begitulah pertanyaan yang berputar di pikiran Sara.
"Jangan kaget ... kita nikmati saja rembulan malam," ucap Aran seraya mengecup pelipis Sara.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Neng Luthfiyah
mudah2an sara luluh, kirain ini cerita sara dinovel jangan salahkan aqu selingkuh🤭
2024-10-16
0
Dennis Yehezkiel
menyesal br baca skrng
2022-01-12
1
Pia Palinrungi
lanjut thor...
2021-12-23
0