Pintu kamar dibuka oleh pengawal istana dan terdengar suara langkah berat dari seseorang yang masuk ke dalam kamar.
Aran masuk dengan pakaian khas bangsawan, sesuai perkataannya ia pergi menemui selir baru itu. Sara sudah bangun sedari tadi, namun ia masih memakai selimut di tubuhnya.
Gaun yang dikenakan Sara tadi malam sudah robek dan ia masih belum mendapat ganti pakaian baru. Sara bangkit dari duduknya di tepi ranjang karena melihat Aran masuk.
Ia melihat telapak tangan kanan Aran yang dibalut perban. Sara tahu pria itu terluka sebab menahan tusuk konde rambutnya semalam.
"Selamat pagi, Yang Mulia Aran Odelia Courtney. Semoga kebahagian serta kejayaan menyertai Yang Mulia," ucap Sara dengan merendahkan tubuhnya memberi perhormatan.
"Rupanya kamu mengakui jika aku, adalah Rajamu," sindir Aran.
"Saat ini Yang Mulia memakai baju bangsawan kerajaan," ucap Sara dengan pandangan ke bawah.
Aran mendekat pada Sara kemudian meraih dagu wanita itu dengan jari telunjuknya sehingga kepala Sara terangkat ke atas.
"Apa semalam aku bukan seorang Raja? Apa kamu akan menghormati diriku hanya karena aku memakai pakaian resmi?" tanya Aran dengan menyentuh hidung bangir Sara dengan hidungnya.
Napas Aran terasa di wajah Sara saking dekatnya, jantung Sara bergolak kencang dan tak menentu. Ini baru ia rasakan saat bersama Aran, ketika bersama Elios tidak ada yang namanya jantung berdetak seperti ini.
Elios dan Sara awalnya hanya teman saja, sahabatnya itu lalu menyatakan cinta dan mengajaknya menikah. Sara menerima permintaan sahabatnya karena memang ia merasa terlindungi bersama Elios.
Sahabatnya itu selalu ada di saat duka dan suka, selalu ada saat Sara mengalami masa-masa sulit bersama ibunya dan karena itu Sara merasa aman dan nyaman bersama Elios.
Sara memalingkan wajahnya dan mundur ke belakang hingga ia terduduk di atas tempat tidur.
"Kamu masih ingin memberontak?" tanya Aran dengan tatapan marah.
"Yang Mulia ... aku bersedia tidur bersamamu, tapi aku mohon ... setelah itu bebaskan aku," kata Sara memberi penawaran.
"Kamu ingin tawar menawar denganku rupanya," ujar Aran.
"Sebagai seorang Raja bukankah kamu harus memenuhi permintaan rakyatmu," ucap Sara.
"Memang benar dan aku tertarik atas permintaanmu. Enam bulan ... aku memberi waktu enam bulan, jadilah teman tidurku selama itu, setelah itu kamu bebas dari sini," tawar Aran.
"Bisakah aku berkirim surat dengan kekasihku?" tanya Sara.
"Berani sekali kamu, huh!" Aran mencekik leher Sara. "Memangnya kamu siapa? Bisa-bisanya meminta hal seperti itu dan kamu kira aku akan tertarik dengan tubuhmu ini?" Aran berkilat marah. "Pengawal," teriaknya.
Para pengawal yang berada di luar masuk ke dalam kamar. " Ya ... Yang Mulia."
"Bawa wanita ini ke dalam penjara bawah tanah. Jangan beri dia makan maupun pakaian, biarkan wanita ini kedinginan," perintah Aran.
Sara menggelengkan kepala dan berlutut di depan Aran. "Maafkan atas kelancangan saya, Yang Mulia. Mohon agar Yang Mulia bisa memaafkan saya."
Dua pengawal memegang lengan tangan Sara lalu membawanya ke dalam penjara istana bawah tanah. Tubuh Sara di dorong masuk ke dalam sel tahanan yang bau dan kotor dan jeruji besi itu di gembok dari luar. Dua pengawal itu pergi dari ruang bawah tanah setelah melaksanakan perintah dari raja.
Sara terduduk dengan menekuk lututnya hingga batas leher, ia menundukkan wajahnya di antara dua lutut. Sara berada dalam kegelapan meski pada saat ini matahari bersinar terang.
Aran melewati sarapan pagi bersama istri pertamanya Jessica, tidak seperti biasanya Aran makan dalam diam tanpa mengeluarkan satu kata pun.
Aran selalu bicara saat makan bersama para istrinya agar mereka terlihat akrab. Namun ia akan diam ketika makan bersama para bangsawan.
"Aku dengar kamu memenjarakan wanita itu," ujar Jessica.
"Wah ... mata-matamu sangat cepat dalam memberi informasi," sindir Aran.
"Semuanya juga sudah tahu jika wanita itu berada di dalam sel bawah tanah," kilah Jessica.
"Jessica ... jangan ikut campur masalahku. Jika kamu takut posisimu terancam, maka percayalah ... itu tidak akan pernah terjadi. Aku hanya mencintaimu," ungkap Aran sesungguhnya.
"Aku percaya perkataanmu, tapi aku tidak percaya hati dan tatapan matamu," ujar Jessica. "Katakan Aran ... hal apa dari wanita itu yang menarik perhatianmu."
"Jessi ... bukankah hal biasa jika seorang raja memiliki banyak wanita dan kamu lebih beruntung lagi karena aku mencintaimu," tutur Aran.
"Aku merasa cepat atau lambat kamu akan berpaling dariku," lirih Jessi.
"Sikap curigamu inilah yang akan membuatku menjauh, Jes. Jangan salahkan aku, jika aku akan berpaling darimu," kecam Aran.
"Maafkan aku," ucap Jessica takut.
Aran menghela. "Kemarilah ... kita nikmati saja pemandangan pagi ini."
Aran mengulurkan tangannya kepada Jesisca dan tentunya uluran tangan itu disambut baik oleh istrinya. Keduanya berdiri di atas balkon kamar dengan Aran yang memeluk Jessi dari belakang. Keduanya menikmati pemandangan taman bunga dari atas balkon kamar.
"Raja selalu makan bersama dengan jessica, ia tidak pernah makan bersamaku. Raja hanya membutuhkanku sebagai penghangat ranjangnya saja," lirih Izzy tatkala melihat ke arah balkon kamar Jessica. Ia juga berada di taman bersama dayangnya.
"Ratu harus bersabar ... nanti ada saatnya Ratu bisa makan bersama dengan raja Aran," sahut Rose menghibur.
"Aku tahu kamu hanya menghiburku, raja dan ratu Jessica saling mencintai, itu sebabnya raja selalu bersamanya," ujar Izzy.
"Anda beruntung, Ratu. Anda terpilih untuk menjadi istri dari sang raja," hibur wanita itu.
"Kamu benar dan aku patut bersyukur," ucap Izzy.
******
Sara menggigil di balik jeruji besi, perutnya kelaparan karena tidak makan seharian. Malam ini hari tengah hujan dan ia tidak memakai apa pun dan hanya selimut saja yang menjadi pelindung tubuhnya.
"Dingin sekali," rintih Sara.
Air hujan menetes dari dinding-dinding, air hujan mengenang dan membuat lantai menjadi basah. Suara hewan kecil dengan ekor panjang berlarian ke sana ke mari. Sepertinya hewan-hewan itu mencari makanan untuk mengganjal perut mereka.
"Pergi sana," teriak Sara geli karena hewan-hewan itu mendekatinya.
"Tolong ... keluarkan aku dari sini," rintih Sara. "Ibu, Elios ... tolong aku."
Dengan sisa tenaganya, ia mengayunkan kakinya untuk mengusir hewan-hewan itu.
"Ini sangat dingin dan aku tidak sanggup," lirih Sara.
Hujan semakin lebat dan tempias air hujan dengan deras masuk ke celah dinding dan membuat lantai semen menjadi semakin basah.
"Bagaimana?" tanya suara bariton yang terdengar di telinga Sara.
Sara menelengkan kepalanya mendengar suara bariton itu. Aran datang bersama dua orang pengawalnya.
"Kamu kedinginan? Aku akan membebaskanmu dari sini, jika kamu bersedia bersamaku," tawar Aran.
Sara memalingkan wajahnya ke arah lain dan itu semakin membuat Aran tertantang untuk menaklukkan Sara.
"Aku akan membebaskanmu dan sebagai gantinya, ibumu yang akan masuk ke dalam sel bawah tanah," desis Aran.
Mata Sara melotot mendengar apa yang diucapkan Aran. "Kejam sekali, kamu!"
"Putuskan sekarang, ya atau tidak?" kesal Aran.
"Aku bersedia," jawab Sara.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
himawatidewi satyawira
pencitraan dong lan..biar terlihat akrab
2023-10-18
0
Zamie Assyakur
,kejam sekali kau aran
2023-04-28
0
Pia Palinrungi
tdk ada pilihan yan thor...
2021-12-23
0