Sara tidak dapat menahan rasa kantuk yang mendera. Lelah saat dipenjara menjadi penyebabnya, apalagi dengan kehangatan yang Aran berikan.
Sepasang mata dengan bulu panjang nan lentik itu mulai tertutup. Aran mengusap pelan puncak kepala Sara dan ia lihat selirnya sudah tertidur.
"Wanita keras kepala! Sekarang dia tidur," ucap Aran.
Perlahan Aran mengendong Sara masuk ke dalam kamar. Perlahan ia baringkan Sara di atas tempat tidur berlapis kain sutera. Aran ikut berbaring di samping Sara dengan mata memandang lekat akan kecantikan wanita itu.
"Kamu benar-benar sangat cantik. Liar, keras kepala, tetapi penuh pesona. Aku merasa tertantang untuk mendapatkanmu, dan terpaksa memisahkan dirimu dengan pria yang kamu cintai."
Aran mengecup pipi Sara. Ia belai bibir kemerahan itu dengan lembut. Aran tidak berani untuk menyentuhnya meski Sara sudah menjadi miliknya.
"Aku akan menunggu sampai kamu sendiri yang memberikannya kepadaku," bisik Aran di telinga Sara.
Aran melepas jubah yang ia kenakan, lalu menganti dengan pakaian tidur berbahan sutera. Perlahan Aran membuka gaun yang Sara kenakan, tetapi hal itu membuat sang putri terbangun.
"Kamu mau apa?!" Sara bergegas bangun, lalu menutupi tubuhnya dengan menyilangkan kedua tangan.
"Kamu akan sesak tidur dengan gaun itu. Aku mencoba untuk membukanya," kata Aran.
"Maafkan saya, Yang Mulia. Saya bisa sendiri." Sara turun dari tempat tidur. Ia mencuri lirik ke arah Aran. Mata sang raja memperhatikan Sara yang ingin melepas gaunnya.
"Apa perlu kubantu?" tanya Aran.
"Saya bisa sendiri." Sara menurunkan gaun yang ia kenakan. Kebetulan malam ini ia tidak mengenakan korset. Sara membalik diri menghadap Aran. Raja itu mengulurkan tangan menyambut Sara.
"Tidur saja. Aku tidak akan memaksamu untuk melakukannya," kata Aran.
Sara berbaring di samping Aran. Ia langsung memejamkan mata dan tidak ingin melihat pria berstatus kepala negara itu. Aran tersenyum memandang Sara yang takut padanya. Melihat kulit mulus selirnya, Aran merasa terbakar. Apalagi Sara hanya mengenakan gaun dalaman saja.
Aran memeluk Sara dan berhasil membuat wanita itu membuka mata. Dengan beraninya Sara mendorong tubuh Aran dan menjauh dari pria itu.
"Aku tidak pernah diperlakukan seperti ini!" murka Aran.
"Lalu kenapa kamu membawa penduduk rendahan sepertiku?! Apa selir di dalam istana ini masih kurang?" Sara berkata tidak kalah kerasnya.
Raut wajah Aran menggelap karena amarah. Baru saja berbaikan, mereka sudah bertengkar lagi. Aran menarik tangan Sara, mencengkeramnya hingga membuat wanita itu meringis kesakitan.
"Jika kamu masih bersikap keras kepala, aku tidak akan segan untuk menghabisi orang terdekatmu," desis Aran. "Pengawal!"
Prajurit yang berjaga di depan pintu masuk setelah mendengar perintah dari sang raja. Dua pengawal memberi hormat, dan menjaga pandangan mata mereka.
"Penggal kepala ibu dari gadis ini!" ucap Aran.
"Tidakkk!" teriak Sara.
"Laksanakan, Yang Mulia."
"Kumohon jangan! Aku akan menuruti perintahmu," kata Sara.
Aran memandang Sara. "Yakin akan kata-katamu itu?"
Sara mengangguk, "Aku bersedia menjadi selirmu."
Aran tersenyum sinis, "Tetapi ibumu harus menerima hukuman sedikit."
Sara mengeleng, "Biar aku yang mengantikannya. Kumohon untuk tidak menyentuh ibuku."
Aran beralih pada pengawalnya. "Abaikan perintahku tadi. Keluarlah."
"Undur diri, Yang Mulia."
Aran melepas cengkeramannya dari tangan Sara. Ia mengembuskan napas kasar. "Kenapa kamu begitu takut padaku? Apa aku ini monster? Aku hanya ingin memelukmu."
Sara membalik diri membelakangi Aran. "Maafkan aku, Yang Mulia."
Aran menyelimuti Sara. Ia berbaring di samping selir pembangkang itu. Sang raja tidak menyentuhnya, dan ikut membelakangi Sara. Baru kali ini Aran mendapati seorang wanita yang menolaknya. Bukannya senang dengan mendapat kasih sayang, ini malah menolak. Aran berpikir, seperti apa rupa dari tunangan Sara? Apa dia lebih tampan darinya? Aran juga tidak mengerti, mengapa bisa tertarik pada gadis seperti Sara.
...****************...
Sara membuka mata perlahan. Di sampingnya sudah tidak ada sang raja kejam itu. Sara bangun, meraih gaun yang tergeletak di lantai, lalu memakainya.
Pintu kamar terbuka, dan berhasil membuat Sara kaget. Dory masuk bersama pengawal yang menjaga kamar sang raja.
"Dory!"
"Ayo bangun," kata Dory.
"Di mana raja?" tanya Sara.
"Pagi-pagi raja pergi latihan pedang. Ayo kita keluar."
Sara bergegas keluar kamar bersama Dory. Di luar ada Esme dan Lily yang menunggu. Keempatnya berjalan menuju harem.
Pintu harem dibuka. Puluhan pasang mata menatap Sara yang baru masuk ke dalam bersama Dory dan kedua pelayannya.
Seorang selir menghampiri Sara. "Hai, aku Mary. Bagaimana dengan malammu bersama raja? Apa menyenangkan?"
"Mary ... jangan menganggu Sara," ucap Dory.
"Ya ampun Dory! Kami tahu kalau kamu dekat dengan selir kesayangan raja. Apa kamu mendekati Sara karena ingin kenaikan pangkat? Kamu ingin mengantikan nyonya Lukina?" kata Mary.
"Tutup mulutmu!" ucap Dory. "Aku hanya diperintahkan untuk mengurus Sara sementara waktu. Setelah dia paham akan tugasnya, maka aku akan kembali pada tugasku selanjutnya."
Dory, adalah dayang yang ditugaskan untuk mengatur para selir. Ia memang ditugaskan untuk mengajarkan Sara tentang hal mengenai istana.
"Sara ... jadikan aku dayangmu," ucap Mary.
"Jangan bertengkar! Mary ... aku sama sepertimu. Sama-sama seorang selir. Kita bisa berteman kalau kamu mau," ucap Sara.
"Apa aku bisa berkunjung ke kamarmu?"
Sara mengangguk, "Iya."
Dory lekas membawa Sara pergi dari hadapan para selir. Keempatnya masuk ke dalam kamar. Esme membawa baskom perak berisi air untuk Sara mencuci muka.
"Silakan, Tuan Putri," ucap Esme.
Dahi Sara berkerut. "Kenapa kamu memanggilku Tuan Putri?"
"Karena kamu kesayangan raja," jawab Esme.
"Kami tidak mungkin memanggilmu selir," sahut Lily.
"Panggil saja aku sesuka kalian," ucap Sara.
Sara membasuh wajahnya dengan air yang tersedia, lalu Lily memberinya handuk kain untuk mengeringkan wajah.
"Sara, jangan terlalu dekat dengan selir Mary," kata Dory.
"Kenapa?"
"Dia dekat dengan siapa saja termasuk ratu Jessica," sahut Dory.
"Lantas ... apa yang salah?"
"Nanti kamu akan tahu. Aku akan meminta pelayan dapur untuk membuatkanmu sarapan. Para selir sudah makan bersama di bawah," kata Dory.
"Tunggu, apa Esme dan Lily bukan pelayan?"
"Apa maksudmu? Kami ini dayang," sahut Esme.
"Begini ... Esme dan Lily juga selir dulunya, tetapi mereka dijadikan dayang untuk para selir atau ratu, sedangkan pelayan terdiri dari kelas terendah yang mengerjakan pekerjaan kasar," ucap Dory.
"Jadi Esme dan Lily, adalah dayangku?"
"Esme dan Lily, adalah dayangmu. Hayul dan veronica, adalah dayang dari ratu Jesicca, sedangkan Meri dan Rose pelayan dari ratu Izzy Bren," ucap Dory menjelaskan.
"Apa semua mendapatkan dayang?"
"Tidak ... hanya yang beruntung saja yang mendapatkan dayang," jawab Dory.
Bersambung
Dukung Author dengan vote, like dan koment.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
💖 sweet love 🌺
bener sih vibes nya kyk cerita film nya kerajaan turki
2024-12-23
0
Neng Luthfiyah
ceritamu menarik semua thor😁
2024-10-16
0
Zamie Assyakur
keren... imajinasi mu bagus sekali 👍👍👍👍👍
2023-04-28
0