"Aku akan memanggilmu nanti malam," kata Aran.
Sara menekuk kaki lagi. "Saya ingin mendengar keputusan Yang Mulia."
Aran bangun dari duduknya, melangkah mendekat kepada Sara, lalu mengangkat dagu dari selir hingga mata keduanya saling bertabrakan.
"Malam ini aku akan bersamamu." Aran memberi kecupan di kening, lalu pergi bersama para pengawal setianya.
Sara dapat bernapas lega. Sedari tadi ia menahan sesak di dada. Perutnya seakan melilit berhadapan langsung dengan Aran saat meminta pria itu untuk bersamanya malam nanti.
Sara mengikuti saran Dory. Mungkin dengan menyerahkan dirinya, ia bisa bertemu Elios serta ibu kandungnya. Meski hanya satu kali pertemuan untuk yang terakhir kalinya.
Esme dan Lily menghampiri Sara dan mengajaknya kembali ke harem. Mereka harus mempersiapkan Sara untuk menghibur sang raja malam nanti.
"Kamu baik saja-saja?" tanya Esme.
Sara mengangguk, "Iya, aku baik-baik saja. Siapkan saja pakaianku untuk nanti malam."
"Gaun apa yang ingin kamu pakai?" tanya Lily.
"Apa saja asal bisa menyenangkan raja."
Utusan sang raja datang dengan membawa sebuah kotak. Selir lain terheran-heran melihat pengawal itu. Dory yang berada di sana segera datang menghampiri.
"Ada apa?" tanya Dory.
"Siapkan selir Sara malam ini." Pengawal memberikan kotak itu kepada Dory. "Suruh dia memakai hadiah dari sang raja. Jika sudah waktunya, kami akan datang menjemput."
Dory mengangguk, "Baiklah."
Pintu kamar diketuk. Lily datang membuka dan mempersilakan Dory masuk. Sara melirik kotak yang wanita itu letakkan di atas dipan.
"Hadiah untukmu, Putri," ucap Dory.
"Aku akan memakainya." Tanpa Dory katakan apa isinya, Sara sudah tahu jika itu hadiah dari Aran. Ya, siapa lagi di istana yang baik hati memberinya hadiah? Pastinya raja kejam itu.
Dory keluar dari kamar. Esme dan Lily mengeluarkan isi dari barang pemberian Aran. Gaun berwarna putih gading serta perhiasan dari batu ruby. Keduanya mengagumi kedua barang itu, tetapi bagi Sara, barang-barang itu seakan menjeratnya ke lubang penderitaan.
...****************...
Utusan dari sang raja datang menjemput. Sara sudah mengenakan pakaian dan juga perhiasan yang diberikan untuknya. Esme dan Lily juga mendandaninya dengan sangat cantik. Malam ini penampilan Sara benar-benar berbeda. Selir lain yang melihat kecantikan dan keanggunan Sara, berbisik-bisik satu sama lain.
Dua pengawal serta dayang mendampingi Sara menuju kamar raja. Langkahnya tegap, pandangan matanya ke depan. Tidak ada keraguan di hati Sara karena ia sudah memutuskan apa yang terbaik untuk hidupnya.
Pintu kamar dibuka dan Sara dipersilakan masuk ke dalam. Di sana Aran sudah menunggu dalam posisi membelakangi. Ini sama saat pertama kali Sara bertemu dengan raja.
Suara pintu ditutup. Sara menarik napas panjang kemudian mengembuskannya perlahan. Ia menekuk kaki dengan kedua tangan memegang gaun, lalu mengucapkan salam.
Aran memutar tubuh menghadap Sara. "Bangunlah."
Sara berdiri tegak memandang Aran. Tidak dipungkiri Sara memang sangat cantik. Rambutnya seindah musim gugur disanggul. Mata hijaunya pekat dengan bulu mata nan lentik.
"Untuk pertama kalinya aku memenuhi undangan selir," kata Aran. "Aku sudah berdiri di hadapanmu, tidak, kah, kita percepat saja malam ini?"
"Maaf, Yang Mulia. Saya ingin meminta sesuatu."
"Jangan terlalu formal."
Sara menelan saliva sebelum bicara. "Aku ingin membuat kesepakatan."
Kening Aran berkerut. "Kesepakatan?"
"Aku bersedia menjadi selirmu. Tidak akan membantah apa pun keinginananmu, tetapi izinkan aku untuk bertemu ibu dan juga tunanganku."
"Apa?!"
"Untuk terakhir kalinya. Aku akan membayar semua itu dengan hidupku," ucap Sara.
"Tanpa aku kabulkan permintaanmu itu, hidupmu sudah menjadi milikku," kata Aran.
Sara melepas perhiasan yang ia kenakan. Membuka gaun hingga tubuh polosnya terpampang nyata di hadapan Aran. Sara mendekat, meraih pakaian yang dikenakan sang raja kemudian membukanya.
Tangan Sara terulur, mengusap tubuh bidang Aran. Ia memegang pundak sang raja, menjinjit hingga bibir mereka bersentuhan.
"Aku akan kabulkan permintaanmu jika pelayananmu bagus," ucap Aran.
Tubuh keduanya terjatuh di atas tempat tidur. Sara melupakan siapa pria di hadapannya. Ia menuruti naluri saat berhubungan bersama Aran. Sang raja menuntunnya, dan Sara sama sekali tidak menolak hal-hal yang diminta oleh sang raja.
Aran menyugar rambutnya ke belakang. Ia bangun dengan mengambil air minum di meja. Dengan sekali teguk, air di dalam gelas menjadi kosong.
"Kamu masih punya tenaga?" tanya Aran.
Sara mengangguk, "Masih, Yang Mulia."
"Keinginanmu kuat juga. Aku kabulkan permintaanmu. Aku memberimu satu kesempatan untuk bertemu kekasih dan juga ibumu."
Sara bangun dengan membalut tubuh polosnya dengan selimut. "Terima kasih, Yang Mulia."
"Hanya sekali dan untuk terakhir kalinya. Besok, aku akan menyuruh pengawal mengantarmu, tetapi jangan berusaha untuk kabur dariku," ucap Aran.
"Terima kasih, Yang Mulia."
Aran menyeringai, "Sekarang ... kita lanjutkan lagi kegiatan kita. Aku ingin sepanjang malam menghunjammu."
Meski saat jijik akan ucapan dari sang raja, Sara harus melayani Aran. Tidak peduli tubuhnya merasa sakit. Sara harus kuat karena permintaannya sudah dikabulkan oleh Aran.
...****************...
Pagi harinya Sara mengguyur seluruh tubuhnya dengan air dingin. Menggosok tubuh dengan sabut mandi hingga kulitnya memerah. Setiap inci dari dirinya sudah terjamah oleh Aran.
"Kenapa kamu menangis, Sara? Bukankah ini keinginanmu. Jangan bersedih. Ibumu akan sedih karena itu," Sara bicara dengan dirinya sendiri.
Siang ini ia akan pergi menemui ibunya. Sara tidak boleh menangis. Ibunya tidak boleh mengetahui penderitaan yang anaknya derita.
"Lily, Esme, aku sudah selesai," seru Sara.
Kedua dayang masuk ke dalam kamar mandi. Sara bangun dari dalam bak kayu dengan melilitkan handuk di tubuhnya.
Untuk kali ini, Sara ingin berhias sendiri. Ia juga memakai gaun dengan pilihannya sendiri. Sara mengenakan gaun merah maroon. Rambutnya digerai dengan bagian tengah dikucir kecil.
"Kamu sangat cantik, Sara. Seperti bunga desa," ucap Esme.
"Elios sangat menyukai penampilanku yang seperti ini. Dia bilang aku sangat cantik bagai dewi Afrodit." Sara terkekeh dengan ucapannya sendiri. Tunangannya itu memang selalu memuji kecantikannya.
"Wajar, sih. Raja saja tertarik padamu," sahut Esme.
Tiga pengawal masuk ke dalam harem. Suara teriakan Dory terdengar yang memanggil semuanya untuk berkumpul karena ada satu pengumuman dari sang raja.
Semuanya berkumpul dengan berdiri sejajar termasuk Sara. Pengawal membuka gulungan kertas, lalu membaca isinya.
"Pengumuman dari Kaisar Aran Odelia Courtney. Dengan ini mengangkat selir Sara menjadi selir tingkat satu dan diberi gelar bangsawan Viscount." Pengawal menggulung kembali surat pengumuman itu. Ketiganya memberi hormat kepada Sara. "Selamat Viscountess Sara."
Dengan ini, Sara tidak akan lagi tinggal di harem. Ia akan punya kamar tersendiri dan raja bisa kapan saja menemuinya untuk bermalam bersama.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Mama VinKa
Aran termehek2 sama Sara
2022-05-27
0
Ash Salman
kereern Thor aku baru baca dr novel si culun lgsg ksni jadi penasaran Ama semua novelnya Thor
2022-01-23
0
Dennis Yehezkiel
sara naik pangkat
2022-01-12
0