Sara mondar-mandir di dalam kamar. Cemas, gugup, takut dan juga tidak sabar untuk segera pergi. Sudah tengah malam dan belum ada utusan dari ratu Jessica yang akan menjemputnya.
Sara sudah mengatakan kepada dua dayangnya agar membiarkannya tidur sendiri demi melancarkan aksi kaburnya malam ini. Pintu kamar diketuk dan membuat Sara kaget.
Ia mendekatkan telinganya ke pintu. Tidak biasanya ada yang mengetuk pintu sebab di depan kamar ada pengawal yang berjaga. Pintu terbuka dan Sara beringsut mundur.
Seorang pria berseragam kerajaan berdiri di hadapannya, dan Sara melihat dua pengawal yang berjaga sudah tergeletak. Entah apa yang dilakukan oleh pria itu hingga bisa melumpuhkan dua orang pria utusan raja.
"Tuan Putri, saya utusan dari ratu. Ayo, kita pergi dari sini," ucap pengawal itu.
Sara mengangguk dan segera mengenakan jubah di tubuhnya. Keduanya berjalan cepat keluar dari rumah singgah raja. Sara melihat di sekelilingnya. Pengawal yang diutus untuk menjaga rumah, tergeletak tidak sadarkan diri.
"Ayo, cepat naik," ucap pria itu.
Sara naik ke dalam kereta kuda dengan dibantu pria itu. Jantungnya benar-benar berdegup kencang. Sara tidak sangka jika aksi larinya ini sangatlah mudah. Mungkin saja ratu Jessica sudah merencanakan ini semua.
Kereta kuda mulai berjalan menyusuri jalan hutan. Sara dapat bernapas lega akhirnya bisa juga bebas dan tanpa terasa matanya menitikkan air mata. Saat sampai di desanya nanti, Sara akan mengajak ibu dan tunangannya pergi dari negara Whiteland.
Suara burung malam terdengar. Membuat suasana semakin mencekam. Sara tidak berani untuk melihat ke arah luar dan menutupi jendela dengan tirai.
Kereta kuda berhenti. Pengawal yang bertugas sebagai kusir turun dan mengetuk pintu. Sara membuka tirai dan menanyakan perihal berhentinya pria itu menarik kereta.
"Kenapa perjalanannya terhenti? Ini masih di dalam hutan."
"Kita akan naik kuda biasa. Saya sudah menyiapkan kuda di seberang jalan sana," ucap pria itu.
Sara membuka pintu, lalu turun dari kereta. Pria itu melepaskan kuda penarik kereta ke dalam hutan, lalu meraih tangan Sara agar berjalan mengikuti dirinya.
Suasana hutan membuat siapa saja merinding. Bulan sedang terang dan mempermudah keduanya berjalan. Pengawal itu menghentikan langkah kakinya dan membuat Sara heran.
"Kenapa berhenti lagi?" tanya Sara.
"Tugas saya hanya untuk menyenangkan Tuan Putri."
"Apa maksudmu?"
Pengawal itu menarik tangan Sara hingga tubuh mereka berdekatan. Sara meronta dengan mengigit tangan pria itu dan berlari saat si pria melepas pegangannya.
"Sial!"
Si pria menarik jubah yang Sara pakai dan berhasil membuat wanita itu terjatuh ke tanah. Tubuh Sara diseret masuk ke dalam hutan, dan ia terus meronta.
"Lepaskan aku!"
Pria itu tertawa, "Kapan lagi aku bisa merasakan tubuh dari selir raja."
Sara mencakar lengan dari sang pria dan berhasil membuatnya marah. Pria itu mengumpat dan menendang punggung Sara.
"Aku akan menghabisimu setelah permainan kita selesai."
Sara kembali ditendang. Wajahnya dipukuli dengan brutal. Pria itu terengah-engah setelah melampiaskan kemarahannya.
"Kalau kamu menuruti kemauanku, kamu sendiri akan merasakan kenikmatan yang kuberikan," ucap pria itu sembari melepas jubah yang Sara kenakan.
"To-tolong ampuni aku. Jangan lakukan apa pun," pinta Sara.
Pria itu tertawa terbahak-bahak. "Justru kalau aku tidak menodaimu, maka nyawaku yang akan melayang."
Sara memejamkan mata saat pakaiannya dirobek. Ia pasrah dengan apa yang menimpanya. Mungkin takdir memang menginginkan nasibnya mengenaskan.
"Selir raja memang cantik. Aku tidak sabar untuk mencicipimu." Belum sempat membuka pakaian, tubuh pria itu tiba-tiba menegang. Ia menelengkan kepalanya ke bahu, dan ada sebuah anak panah tertancap di sana.
Beberapa langkah orang terdengar mendekat dengan membawa obor. Pengawal itu bangkit dan ingin kabur, tetapi kakinya kembali tertusuk anak panah lagi.
"Tolong ampuni saya," ucap si pria.
Tubuh Sara yang penuh luka ditutupi jubah. Seorang pria menatapnya dengan sorot mata kemarahan, lalu beralih pada pria yang sudah ditangkap.
"Saya hanya disuruh, Yang Mulia," ucap pria itu.
Aran mengangguk. Kepala dari pria itu ditekuk. Dalam sedetik saja tubuh dan kepala dari pengawal sudah terpisah oleh algojo.
"Panggil dokter untuk datang ke kamarku," kata Aran.
"Baik, Yang Mulia."
Aran mengangkat tubuh Sara. Membawa wanita malang itu masuk ke dalam kereta kuda. Nasib baik masih menghampiri Sara dan untungnya Aran datang tepat waktu sebelum perlecehan itu terjadi.
"Kamu masih saja keras kepala, Sara. Lihatlah ... jika aku tidak datang tepat waktu, entah apa yang terjadi," kata Aran.
...****************...
Ratu Jessica kaget saat pintu kamarnya didobrak. Aran masuk dengan wajah amarahnya. Jessica tidak percaya jika Aran berada di istana, bukankah suaminya itu berada di istana timur bersama ratu Izzy Bren?
"Salam, Yang Mulia."
"Keterlaluan kamu, Ratu! Beraninya kamu melakukan tindakan keji seperti itu?" murka Aran.
"Yang Mulia, apa maksud Anda?"
"Kamu masih berpura-pura bodoh! Kamu menyuruh orang untuk menodai selirku! Jika saja ratu Izzy tidak membatalkan perjalanannya, entah apa yang akan terjadi pada Sara."
Jessica berlutut di hadapan Aran. "Yang Mulia, maafkan hamba."
"Aku kecewa kepadamu. Kecewa!" ucap Aran, lalu keluar dari kamar.
Aran sungguh kecewa akan sikap wanita yang ia cintai. Jessica, adalah ratu utama. Wanita itu masih saja cemburu pada selir rendahan. Kasih sayang Aran tidak akan luntur hanya karena ia menyukai Sara.
"Yang Mulia!" seru Jessica yang berlari mengejar Aran, tetapi dihalangi oleh pengawal.
Di satu sisi seorang wanita sangat senang menerima hadiah pemberian dari sang ratu. Nyonya Lukina mendapatkan sekantung uang senilai seratus koin emas dari Izzy berkat informasi yang wanita itu berikan.
"Terima kasih atas hadiahnya, Yang Mulia Ratu," ucap Nyonya Lukina.
"Informasimu sangat akurat, Nyonya. Aku rela tidak jadi pergi ke istana timur, tetapi sebagai gantinya aku akan selalu bersama raja Aran," kata Izzy.
Detik-detik saat Izzy ingin berangkat ke istana, Lukina memberinya informasi yang sangat berharga. Izzy lalu merencanakan agar mereka tidak ke istana timur, tetapi hanya berjalan menikmati suasana hutan.
Saat itu, Izzy mengirim pengawal suruhannya untuk mengatakan kepada Aran jika Jessica berkunjung ke rumah singgah dan merencanakan aksi kabur Sara.
"Saya hanya tidak sengaja mendengar," kata Lukina.
Izzy tertawa, "Selir Sara terluka dan tidak akan bisa melayani raja. Lalu ratu Jessica yang pasti tidak akan dikunjungi karena kesalahannya, dan yang paling diuntungkan, adalah aku."
"Semoga Ratu segera diberi keturunan seorang pangeran," kata Lukina.
"Terima kasih, Nyonya."
Izzy tersenyum akan rencana Jessica yang menguntungkan dirinya. Dalam satu kali tepuk. Dua lalat tewas dalam genggaman.
Bersambung
Dukung Author dengan vote, like dan koment.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Neng Luthfiyah
sara doank yg gk mau memperebutkan raja😄
2024-10-16
0
Mama VinKa
Ratunya saling sikut menyikut,,kepingin jd yg pertama,tp Sara malah kepingin kabur dr raja
2022-05-27
1
Dennis Yehezkiel
ikuti
2022-01-12
0