Suami Pilihan Bunda
SMA Dharma Bakti
Jihan bersama ketiga sahabat nya sedang berjalan beriringan menuju parkiran sekolah, sudah waktu nya para pelajar istirahat untuk melanjutkan pelajaran dihari esok.
"Ji lo pulang lewat jalan mana? Pake apa? Taksi kah?" tanya Adiba beruntun, kepada Jihan yang fokus pada ponsel-nya tanpa menggubris pertanyaan dari Adiba.
"Cih! Orang nanya juga malah dikacangin" sungut Adiba berdecih kesal, Ersa dan Cia cekikikan mendengar suara Adiba yang dianggap angin oleh Jihan.
"Yang sabar ya Diba, ini ujian hidup lo harus punya kesabaran ekstra dalam menghadapi seorang Jihan Safithri" ujar Ersa mengusap pundak kanan Adiba yang tertutup kerudung.
"Lo gak nyadar apa? Jihan pake headset mana dengar suara lo kali" timpal Cia dan dibalas Adiba gelengan polos sambil menatap cengo Jihan.
"Lha kapan dia pakai headset? Gue liat dia cuma mainin hp gitu doang, gue nggak tau kalau dia pake headset, kalau gini mah gue rugi" keluh Adiba mengerucutkan bibir kesal.
"Rugi apaan lo? Ngeluarin duit aja nggak! lo bilang rugi, aneh" cibir Cia memutar bola mata malas menatap Adiba yang cengengesan sambil menggaruk ubun kepala yang tertutup kerudung.
"Kan gue rugi dong! Ngeluarin suara gue yang merdu ini," balas Adiba asal, Ersa yang sedari tadi menjadi pendengar hanya bisa terkekeh pelan dengan sikap para sahabat nya.
"Iya merdu, merusak dunia" sembur Cia jengah, Adiba mengerucut bibir kesal sambil bersedikap dada membuat Jihan yang awal fokus pada ponsel kini teralihkan ke samping menatap heran kepada ke-tiga sahabat-nya yang tertawa tanpa mengajak diri-nya.
"Lagi ngomongin apa sih? Seru banget deh kayak nya sampe ketawa ketawa kayak orang gila hahaha," tanya Jihan sambil melepas headset yang ada didalam kerudung nya lalu tertawa kecil.
"Enak aja lo kali yang kayak orang gila, gue mah ogah!" tolak Adiba tak terima dipanggil orang gila, sedangkan Cia dan Ersa menatap Jihan datar yang masih setia tertawa kecil.
"Sorry sorry, udah nggak usah natap Gue kayak gitu, entar jadi suka lho," balas Jihan mencubit hidung Cia yang berada disamping nya, gemas.
"Sakit Ji, ish Loe mah" ringis Cia memukul tangan Jihan yang mencubit hidung nya hingga tak bisa bernapas dan memerah, Jihan pun melepas cubitan itu dengan tawa kecil yang menampilkan gigi ginsul.
"Lo pada ngomongin apa? Kok Gue nggak diajak sih" protes Jihan mengerucut bibir setelah tawa kecil-nya berhenti, Ersa yang berada paling pinggir dan sedari tadi hanya diam itu menatap gemas kearah Jihan.
"Udah jangan kayak bebek, kalau mau jadi bebek sana ke sawah, manyun dah manyun" ejek Adiba membuat Jihan bertambah kesal.
"Ish lo ya Diba! Sini lo Gue bikin bibir lo manyun seumur hidup" sungut Jihan berlari mengejar Adiba yang sudah lari menghindari amukan Jihan sebelum itu Adiba memeletkan lidah sambil menatap Jihan kebelakang lalu kembali berlari.
Ersa dan Cia tersenyum kecil melihat tingkah Jihan dan Adiba yang seperti musuh saat bersama tapi rindu saat berpisah, sikap dan sifat mereka yang berbeda-beda tapi tetap selalu bersama membuat persahabat mereka tetap terjalin dengan baik.
Jihan mengejar Adiba yang hendak berlindung dibelakang tubuh satpam sekolah yang sedang berjaga di pos sekolah, dan terjadi lha yang seperti anak kecil.
Adiba menengok ke kanan, Jihan ke kiri, dan seterus nya seperti itu membuat satpam sekolah merasa kesal sendiri karena ulah dua gadis berkerudung yang nakal.
"Aduh! Non Jihan, Non Adiba, bisa berhenti nggak? Bapak pusing ini liat kalian yang muterin Bapak gini terus. Kalian teh udah besar jangan kayak anak kecil lagi atuh Non Jihan, Non Adiba" keluh Pak Satya merasa pusing karena tubuh nya ikut berputar.
Jihan dan Adiba spontan berhenti. "Maaf Pak Satya," seru Jihan dan Adiba bersamaan menunduk.
"Iya Non nggak papa atuh, tapi ya Non kalau bisa jangan kayak gini atuh Non, pusing Bapak jadi-nya" ucap Pak Satya menenangkan dua gadis dari keluarga konglomengrat terbesar.
"Hehe.. Diba tuh Pak yang duluan bikin Jihan kesel" adu Jihan mengerucutkan bibir didepan Pak Satya berniat agar Pak Satya membela-nya.
"Aduh Non Diba jangan bikin Non Jihan kesal atuh, kasihan di Non juga nanti di kejar-kejar kayak tadi" ucap Pak Satya tak membela siapapun, dia hanya menjadi penengah agar Jihan dan Adiba akur.
"Iya juga sih Pak, ya udah deh Gue minta maaf ya Ji" Adiba mengulurkan tangan kanan kepada Jihan berniat bersalaman pertanda perminataan maaf.
Jihan menerima uluran itu lalu tersenyum manis kepada Adiba membuat mata sedikit tertutup seperti bulan sabit, "Iya Gue juga minta maaf walau Gue nggak tau Gue salah apa, tapi Gue tetap minta maaf karena Gue kan anak baik" sahut Jihan sedikit menyombongkan diri.
"Yee.. Perasaan lo aja kali yang nggak pernah ngerasa lo buat salah, padahal lo banyak banget salah" cibir Adiba hendak melepas uluran itu karena merasa tangan nya sudah berkeringat tapi Jihan tak berniat melepas uluran itu, dia malah mengerat kan genggaman.
Tanpa terpikir oleh Adiba, ternyata Jihan langsung menarik tangan nya dan menaruh di jidat Adiba seperti anak mencium tangan orang tua.
"Gue lebih tua dua minggu dari lo" ucap Jihan singkat lalu melepas tautan tangan antara Adiba dengan diri nya lalu berbalik menuju Ersa dan Cia yang masih setia terdiam menonton dari jarak sekitar tiga meter.
"Sialan lo Ji!" umpat Adiba bertambah kesal, padahal baru saja mereka baikan sekarang sudah bertengkar lagi karena ulah Jihan.
___
SMA Merdeka
Barra bersama anggota lainnya sedang bersiap diwarung Mpok Mina yang berada di dekat sekolah mereka.
"Az Loe udah siap?" tanya Barra kepada sang sahabat yang dijawab anggukan oleh Azkan singkat tanpa suara.
"Loe nggak nanyain yang lain apa? Kita juga pengen kali di tanya gitu, Loe kalau nanya Azkan jawaban nya irit, kalau nanya sama kita-kita pasti jawaban nya panjang kali lebar" sungut Denis mendapat sorakan dari teman-teman nya mereka yang bersiap dengan kayu dan barang-barang lain untuk tawuran.
"Gue udah liat kalian itu udah siap, kalau Azkan sulit" ucap Barra singkat dan datar, Denis cengengesan sambil menggaruk tengkuk-nya yang tidak gatal.
"Apa yang sulit? Loe bisa liat fostur Azkan tetep gitu doang, nggak kurus nggak juga gemuk, ya.. Cocok lha buat di ajak main di sawah" sahut Adnan berotak setengah mesum.
Tuk
Azkan menjitak kepala Adnan yang berotak mesum itu. "Ya Allah tolong kembali kan Adnan seperti sedia kala Ya Allah" keluh Azkan menatap keatas meminta permohonan pada yang maha kuasa dengan raut dibuat se-sedih mungkin.
"Nggak cocok Loe, Az muka kayak gitu," cibir Denis tanpa sadar memperlihatkan raut jijik.
Azkan menatap datar Denis, ingin rasa nya Azkan menebas kepala Denis tapi dia urung kan karena suara bariton Barra yang berat dan cukup menyeramkan tanpa ada lembut sama sekali.
"Udah nggak usah ladenin, Nggak penting!" relai Barra membuat Azkan dan Denis bungkam, sedangkan Adnan bersama teman-teman anggota nya tertawa tanpa suara.
"Kita siapin motor masing-masing! Bentar lagi gangster sebelah datang" suruh Barra menaiki motor sport berwarna hitam pekat dan memakai helm full face berwarna yang sama dengan motor sport nya.
"Siap Ketua!" seru para anggota serempak langsung menurut menghidupkan motor sport masing-masing yang membuat warung Mpok Mina penuh dengan kebisingan.
"Aduh gini deh nasip, punya warung dekat sama sekolah SMA Merdeka" gumam Mpok Mina menutup telinga merasa terlalu berisik karena motor sport mereka, dan warung Mpok Mina yang dijadikan Bscamp untuk kumpul.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Selviana
mampir juga di novel aku yaitu DIREKTUR TAMPA MENCINTAI ANAK YATIM PINTU.
2021-06-19
2