Jihan baru saja keluar dari mobil ferrari yang dikemudikan oleh sopir nya yang biasa nya mengantar-jemput ke sekolah, memasuki rumah utama sekitar jam empat sore setelah tadi berada dirumah Diba karena ada urusan bersama Cia Ersa dan Adiba.
"Assalamu'alaikum, Jihan pulang" seru Jihan masuk ke dalam rumah tanpa mengetuk pintu utama yang terbuka lebar, dan tak menyadari ada tamu di ruang tamu bersama Bunda.
"Wa'allaikumsallam," sahut Bunda bersama tamu yang menatap lekat kepada Jihan yang masih berdiri di ambang dinding ruang tamu.
Deg
Jihan dan tamu itu saling pandang untuk beberapa detik seperti saling mengenal tapi mencoba mengingat kapan dan dimana bertemu nya mereka.
'Kok kayak pernah ketemu sama ni cowok ya? Tapi dimana? Kok Gue bisa lupa gini sih!' batin Jihan bersikeras mencoba mengingat.
Bunda yang memperhatikan Jihan dan tamu nya yang saling tatap itu langsung membuyarkan lamunan dan mengalihkan pandangan kedua anak remaja yang ada di hadapan nya.
"Ehem.. Jihan sini dulu sayang, duduk samping Bunda" panggil Bunda lembut dan membuat pandangan kedua nya teralihkan. Jihan mengangguk pelan dan menurut untuk duduk di samping Bunda karena masih dalam mode bingung.
"Jihan kenalin ini Barra, Barra kenalin ini Jihan anak Bunda," ucap Bunda mengenalkan dua anak remaja yang masih saling tatap bingung. Yups, tamu yang bersama Bunda dan Jihan sekarang adalah Barra.
"Jihan"
"Barra"
Ucapan itu mereka berdua ucapkan bersamaan saling mengenalkan diri kepada satu sama lain dengan rasa canggung yang melanda, saat berhasil mengingat kejadian dimana pertemuan pertama antara Jihan dan Barra.
"Kalian sudah saling kenal?" tanya Bunda menatap heran kepada Jihan dan Barra secara bergantian.
Kedua nya tak menjawab karena masih bingung, mereka sudah bertemu sepuluh hari yang lalu tapi belum saling kenal nama jadi mereka hanya diam saling pandang.
"Em.. Bunda, Barra langsung aja pulang ya" ucap Barra tiba-tiba ingin pamit tapi tatapan nya tak lepas dari Jihan begitu pun sebalik nya.
"Lho kok cepat banget sih? Bunda kan pengen kamu ikut makan malam bersama keluarga Bunda" protes Bunda tak ingin Barra pulang terlalu cepat, dia merasa nyaman saat mengobrol bersama Barra sama seperti Jihan biasa yang membuat tertawa.
Barra menampilkan raut seperti berpikir, sampai akhir nya Ayah Jihan datang dan duduk di samping Barra lalu mengatakan yang membuat Barra tak bisa menolak lagi.
"Sudah lha nak, lebih baik kamu terima ajakan Bunda Jihan, sebagai rasa balas budi kami karena kamu telah menyelematkan harta dan nyawa kami tadi," bujuk Ayah membuat Barra akhir nya mengangguk pasrah.
"Balas budi?" beo Jihan masih paham arah pembicaraan yang dibicara kan Ayah, Bunda, dan Barra cowok melindungi nya sepuluh hari yang lalu dari cowok brengsek.
"Ah iya Bunda lupa cerita sama kamu, kenapa bisa Bunda Ayah ketemu Barra itu karena.."
- Flashback On
Ayah Bunda sedang berada di perjalanan pulang setelah dari acara pernikahan sejak jam delpan pagi hingga jam tiga sore baru pulang, karena sang pemilik acara tak membiarkan Bunda Ayah untuk pulang.
Ditengah perjalanan pulang, mobil avanza berwarna abu-abu itu diberhenti secara sengaja oleh lima orang yang berpakaian serba hitam dengan postur tubuh besar dan mengendarai tiga motor besar dengan suara bising.
Dengan terpaksa Ayah memberhentikan mobil nya di pinggir jalan agar tidak menganggu pengendara lain yang berlalu lalang.
Lima orang yang bisa disebut preman itu mengetuk kaca mobil cukup keras membuat Bunda ketakutan, sedangkan Ayah mencoba untuk menenangkan Bunda.
"Keluar!" bentak salah satu preman yang diketahui adalah ketua dari empat preman lain yang memasang tampang menyeramkan.
Ayah tak bergeming, beliau masih berada di dalam mobil dengan jantung yang berpacu sama hal nya dengan Bunda yang memegang erat tangan kiri Ayah agar tidak keluar.
"Keluar dengan cara sendiri atau keluar dengan cara kita?" tawar preman di depan dasbor menunjuk Ayah dan Bunda secara bergantian tanpa beban.
Saat Ayah hendak keluar, Bunda menarik tangan Ayah agar tetap berada dalam mobil dengan tangan gemetar dan tampang ketakutan yang sangat jelas di wajah Bunda, Bunda menggeleng lirih dengan napas memburu.
"Bunda tetap di mobil aja ok? Biar Ayah yang keluar" ucap Ayah dengan lembut mencoba menenangkan istri tercinta yang keringat dingin.
"A-ayah juga ga boleh keluar! Ayah tetap sama B-bunda apapun yang terjadi," tolak Bunda terbata-bata dengan mata berkaca-kaca. Ayah menghela napas pelan lalu menggeleng pelan.
"Bunda, Ayah ga bakal pergi dari Bunda, Ayah cuma keluar biar kita bisa melanjutkan perjalanan pulang" bujuk Ayah mencoba meyakinkan Bunda agar tidak menahan Ayah lagi.
"K-kalo Ayah keluar, Bunda ju juga keluar!" seru Bunda tak ingin ditinggal keluar oleh Ayah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments