Sepuluh hari telah berlalu setelah kejadian dimana tawuran itu berlangsung begitu mengerikan di ingatan Jihan, ditambah hari berikut nya dia mendengar bahwa murid yang tawuran itu adalah anak SMA sebelah yang pemilik nya sama dengan SMA yang Jihan tempuh.
Jihan jadi lebih pendiam bahkan sering melamun karena memikirkan tentang tawuran itu, tiap malam dia akan bermimpi tentang tawuran itu lagi terus menerus tapi dia tak terbangun sama sekali hanya sesekali itupun karena haus, Jihan masih bisa mengendalikan emosi nya agar tidak refleks terbangun mengganggu orang lain yang tidur.
Kini, tepat nya di balkon kamar Jihan sedangkan melamun dan memangku laptop berwarna silver di paha, dan roti lapis yang diberi selai nanas di dalam nya dan secangkir coklat hangat penyejuk tubuh dikala pagi hari.
Jihan sedari tadi mencoba mencari tau siapa murid-murid dari SMA sebelah yang ikut dalam tawuran minggu lalu, mengorek lebih dalam identitas para murid nakal yang sering tawuran atau balapan tanpa ada penjagaan.
Kenapa identitas mereka semua ditutup rapat? Apa yang hanya boleh lihat identitas mereka anak dari SMA sebelah yang kata Cia itu? Tapi kenapa? Apa salah nya kalau ada yang ingin tau bagaimana interaksi di SMA sebelah? Padahal pemilik nya sama tapi tetap ditutup, apa identitas para murid SMA DB juga yah? Arrgh pusing sendiri Gue. Batin Jihan frustasi.
Tok tok
Jihan tersadar dari lamunan nya saat mendengar ketukan pintu kamar nya, segera beranjak untuk membuka pintu, dan pasti nya Jihan sudah bisa tau siapa sang pengetuk.
Kreitt
"Eh Bun? Ada apa?" tanya Jihan to the point. Yup, sang pengetuk itu adalah Bunda Jihan bersama sang Ayah yang hanya mengekori di belakang.
"Mau ikut Ayah Bunda ga?" tawar Bunda Jihan tersenyum hangat kepada putri semata wayang nya. Jihan mengernyit alis bingung.
"Ayah Bunda mau kemana?" tanya Jihan masih dalam mode bingung, otak nya belum terkoneksi dengan baik akibat otak nya sudah terlalu banyak menguras tenaga saat mencoba mengorek identitas murid SMA sebelah.
Jihan tak sadar kalau Bunda dan Ayah berpakaian rapi seperti hendak ke acara, dengan Bunda yang memakai pakaian gamis berwarna merah muda ditambah kerudung syar'i yang berhias bros mengkilap, sedangkan Ayah berpakaian merah tak muda tak juga tua dipadukan dengan celana jeans hitam.
"Mau ke kuburan, ya mau ke acara pernikahan teman kolega Ayah lha" jawab Bunda Jihan rada ngawur di awal lalu menjawab dengan nada agak kesal karena lemot nya otak Jihan.
"Emang kalo mau ke kuburan harus pake high heels gitu Bun? Ga cape kah nanti jalan di pinggir pemakaman? Takut m-takut malah ke ceplung masuk ke tanah gegara tinggi nya kek jarum jahit punya Oma deh lancip bener," tanya Jihan polos dan menanggapi jawaban ngawur Bunda.
"Ih kamu ini ya.. Jangan bikin Bunda kesel pagi-pagi, kamu mau ikut ga ke acara?" tanya Bunda sekali lagi dengan nada agak ketus bahkan sampai bersedikap dada dengan alis seperti angry beart yang menyatu.
"Hahaha.. Peace Bun, engga deh Bun Jihan males ke acara pernikahan, Jihan mau ke rumah Diba aja" jawab Jihan cengir kuda menampilkan deretan gigi putih nya yang terawat.
"Tumben akur sama Diba, biasa nya juga kalau ketemu udah kayak tom and jerry yang berantem mulu," cibir Bunda Jihan santai. Jihan mendegus sebal.
"Nah bagus kalo gitu, akur sama Diba kan lebih bagus daripada berantem ga jelas" celetuk Ayah Jihan ikut nimbrung setelah tadi hanya menjadi pendengar setia.
"Ayah.. Kalo Jihan sama Diba ga akur kasian author nya ga dapat garis besar yang tepat buat ngisi kerecehan cerita ini, kalo datar aja terus Jihan sama Diba akur udah pasti ga bakal seru," jelas Jihan panjang lebar mendramatis. Bunda dan Ayah terkekeh pelan sambil geleng-geleng kepala.
"Ya udah deh terserah kamu. Kamu pakai sopir ke rumah Diba?" tanya Bunda mengalihkan pembicaraan.
"Iya Bun, em.. Ayah Bunda ga pake sopir kan ke acara pernikahan temen kolega Ayah nya?" jawab plus tanya Jihan hati-hati.
"Engga, nanti Ayah yang nyetir, Bunda duduk manis aja di sebelah Ayah," jawab Ayah agak malas saat melihat senyum penuh kemenangan di raut sang istri.
"Sabar Yah, ini ujian punya sopir cuma dua itupun yang satu lagi pulkam" seru Jihan memeluk Ayah nya yang berada di samping Bunda. Bunda cemberut karena dilewati oleh putri cantik nya.
"Ish.. Kok cuma Ayah doang yang dipeluk? Bunda engga?" tanya Bunda ketus dengan lucu membuat Jihan dan Ayah saling pandang lalu tergelak masih dengan posisi saling berpelukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments