Sama hal nya di ruang kerja, Ayah Elan sedang berbincang serius tentang bisnis kantor bersama Barra yang ternyata adalah CEO muda dari perusahaan Fthn Group.
"Wah kalau gitu sih, bisa dong Ayah kerja sama dengan perusahaan kamu" ucap Ayah Elan menaik turun kan alis menggoda. Barra tersenyum tipis sekilas.
"Bisa Yah, kalau putri Ayah itu buat Barra" balas Barra ngawur berniat hanya menggoda Ayah Elan. Ayah Elan tertawa kecil mendengar godaan Barra yang akan terjadi.
"Emang kamu mau sama putri Ayah yang mana? Ayah punya banyak putri loh" ucap Ayah Elan membuat Barra mengernyit alis bingung.
"Bukannya cuma Jihan ya Yah putri Ayah?" tanya Barra dengan tampang kebingungan.
"Iya, dia putri Ayah" jawab Ayah Elan singkat dengan mangut-mangut.
"Terus? Kata Ayah tadi Ayah punya banyak putri" tanya Barra mulai keheranan.
"Jihan itu putri kandung Ayah, yang Ayah bilang punya banyak putri itu, maksud nya putri angkat yang sedang menerus kan studi nya di luar kota dan luar negeri" jelas Ayah Elan detail. Barra mangut-mangut paham.
"Ayah punya anak angkat berapa?" tanya Barra.
"Tiga, hanya beda beberapa bulan mereka," jawab Ayah Elan singkat.
"Ayah dapat dari panti asuhan kah?" tanya Barra hati-hati.
"Ga, Ayah dapat di tengah jalan. Saat umur mereka masih lima tahun dan Jihan baru beberapa minggu, yang tertua nama nya Ellena, yang tengah Rediva, yang terakhir Adinda" jelas Ayah Elan
"Kenapa Ayah mau angkat mereka kalau boleh tau, maaf kalau Barra lancang Yah" tanya Barra dengan hati-hati agar tidak menyinggung perasaan Ayah Elan.
"Ga papa kok kamu harus tau agar tidak heran kalau mereka bertiga pulang ke indonesia, kenapa Ayah mau angkat mereka ya? Hm.. Karena mereka bertiga anak dari sahabat Ayah dan Bunda yang sudah meninggal secara bersamaan karena kecerobohan seseorang yang sudah mengintai sejak lama" jelas Ayah Elan, tapi yang Barra fokus kan itu ada pada kalimat awal yang membuat nya terheran-heran.
"Barra paham sekarang, tapi yang masih Barra heran itu maksud Ayah tadi harus tau agar tidak heran kalau mereka bertiga pulang ke indonesia itu apa ya Yah?" tanya Barra dengan tampang heran.
Ayah Elan tersenyum sebelum menjawab pertanyaan Barra.
"Mak-" ucap Ayah Elan terhenti karena melihat pintu ruang kerja terbuka dan menampak kan Bunda Lifah dengan tampang binar.
Kriett
"Ayah!" seru Bunda Lifah bahagia diikuti Jihan di belakang dengan menunduk dengan wajah merah tanpa blush on.
"Ya kenapa Bun?" tanya Ayah Elan menghentikan perbincangan dengan Barra untuk menatap Bunda Lifah yang berdiri dengan tersenyum bahagia.
"Terima!" jawab Bunda Lifah dengan antusias.
Ayah Elan terpaku mendengar seruan Bunda Lifah yang sangat ambigu bagi Barra tapi untuk Jihan dia menunduk malu dengan wajah merah se merah tomat.
Barra menatap Jihan yang berada di belakang punggung Bunda Lifah dengan tatapan heran.
Ini kenapa sih?. Batin Barra terheran heran.
"Ayah udah ngomong belum?" tanya Bunda Lifah semangat. Ayah Elan menggeleng pelan dengan cengir kuda.
"Ih! Kenapa sih Yah? Kok belum sih? Bunda aja cepet kok ngomong nya" protes Bunda Lifah bersedikap dada. Ayah Elan menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.
"Ngomong yang lain dulu Bun biar ada basa-basi nya" elak Ayah Elan cengengesan.
"Lambat!" cibir Bunda Lifah dengan garang.
"Biar Bunda aja deh yang ngomong!" lanjut Bunda Lifah dengan tampang cemberut. Ayah Elan cengengesan menanggapi ucapan Bunda Lifah yang terdengar kesal.
"Barra!" panggil Bunda Lifah dengan nada serius.
"I-iya Bun" sahut Barra dengan gugup.
Pasal nya Bunda Lifah menatap tajam Barra dan nada bicara yang berbeda dan lebih tegas.
"Kamu mau ga Bunda jodohin sama Jihan?" tanya Bunda Lifah tanpa basa basi dengan tegas. Barra terdiam sejenak tak percaya dengan ucapan Bunda Lifah yang seperti komandan yang tak bisa di bantah.
Deg
Woi! maksud nya apa? gue dijodohin sama Jihan gitu? yaoloh kenapa ga dari tadi! gue sih mau mau aja malah dengan senang hati gue terima dah awokawoks, jodoh emang ga kemana ya kan?. Batin Barra bersorak bahagia
Barra menjawab dengan anggukan sekali. Mendapat respon baik dan bahagia membuat Bunda Lifah berjingkrak kesenangan bersama Ayah yang tertawa bahagia, sedangkan Jihan tertunduk malu dengan jantung berdebar sama seperti Barra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments