Hari ini, dimana acara yang paling di tunggu dan di nanti oleh kedua nya, walau hanya kerabat terdekat dan tetangga yang datang tapi tak apa karena ini hanya akad yang akan menjadi kan mereka resmi.
Di hari minggu yang mana minggu kali ini lebih istimewa di banding hari minggu yang lalu yang weekend bersama keluarga dan sahabat.
Shubuh-shubuh MUA sudah datang bersama dengan WO yang di siap kan oleh Ayah Elan. Bunda Lifah yang paling semangat dalam mendekor rumah nya untuk pertama kali nya rumah itu akan mengadakan acara akad.
Di kamar tamu, Jihan bersama dengan ketiga sahabat nya yang memang sudah di beri tau walau sehari sebelum acara yang membuat ketiga tak percaya bahkan bilang ini hanya bercanda yang ternyata benar.
"Ji, beneran lo nikah muda?" tanya Adiba masih tak percaya dengan ucapan Jihan semalam yang seperti bercanda karena hanya lewat daring bersama Cia dan Ersa.
"Kalo gue boong ngapain gue di rias gini?" tanya Jihan dengan tampang kesal dari pantulan cermin.
"Ya sapa tau aja lo cuma nge-prank dan di rias biar lebih dapet feel gitu" cetus Cia yang paling tak percaya, dia hampir tak bisa tidur semalam karena memikir kan tentang ucapan Jihan yang sangat enteng.
"Nah bener tuh, dan ini bukan MUA beneran tapi MUA bayaran, bener ga lo? Ga mempan tau ga lo nge-prank kita-kita!" tuduh Adiba membenarkan cetusan Cia. Jihan memutar bola mata malas.
"Au ah! Ngomong ma kalian sampe lebaran nyamuk pun ga bakal berenti" keluh Jihan dengan kedua alis menyatu sejenak lalu kembali tenang agar perias tak kesusahan dengan tampang Jihan.
"Mbak, jangan terlalu tebal blush on nya nanti kalo aku malu terus muka aku kayak kepiting rebus malah terlalu banget nanti" ucap Jihan dengan polos nya. Perias itu tersenyum hangat sambil mengangguk.
"Pasti kok dek, adek tuh udah cantik tanpa polesan apapun" puji perias setelah make up. Jihan tersenyum tipis menanggapi.
"Bunda dari dulu ga pernah ajarin aku pake make up yang tebal, bahkan untuk pake bedak pun itu belajar dari mereka (menunjuk Cia, Ersa, dan Adiba dengan lirikan mata dari pantulan kaca) kalo pake bedak itu juga pake bedak buat bayi,, hehehe" jelas Jihan cengengesan.
"Mungkin Bunda-nya adek punya alasan biar adek ga terlalu menor dalam make up, atau mungkin karena biar di acara seperti ini adek terlihat seperti putri cantik yang sangat cantik layak nya bidadari untuk pangeran yang sebentar lagi akan resmi menjadi raja-nya adek" ucap perias itu panjang lebar dan sedikit memuji kecantikan Jihan. Jihan tersipu malu.
___
"Saya terima nikah dan kawin nya Jihan Safithri Karisma binti Elan Dwi Irfana dengan mas 700 gram dan seperangkat alat sholat di bayar TUNAI!!"
"Bagaimana para saksi? SAH?"
"SAH!!"
Suara Barra yang lantang, tegas dan penuh percaya diri itu terdengar sampai ke telinga Jihan yang berada di kamar tamu, di lantai atas sebelah kamar Jihan yang telah di rubah bentuk nya menjadi kamar pengantin.
Para tamu undangan spontan mengucapkan hamdallah setelah terdengar kata SAH, Barra yang awal nya sangat gugup dengan keringat dingin dan penuh ketegangan kini bisa bernapas lega.
Begitu juga Jihan yang jantung nya berdegub kencang langsung sumringah bahagia, ini untuk pertama kali nya bagi kedua nya yang sama-sama seperti sekarang.
Bunda Lifah datang dengan senyum yang tak pernah pudar untuk hari ini, bahagia nya tak bisa di bendung lagi, mencium kedua pipi Jihan secara bergantian dengan air mata berurai, bukan air mata kesedihan tapi air mata kebahagiaan.
Bunda membawa Jihan keluar dari tempat persembunyian di temani ketiga sahabat nya yang penasaran dengan wajah sang mempelai laki-laki yang terdengar tegas.
Turun dari tangga ke tangga dengan perlahan dengan kebaya putih dan jilbab pasmina berwarna sama yang hampir tak nampak karena warna kulit Jihan yang sudah putih.
Ketiga saudara angkat Jihan pun sudah berada di tengah-tengah tamu yang berdatangan dan terfokus kan pada Jihan sang ratu sehari yang akan menjadi yang paling tercantik di acara ini.
Ellena, Rediva, dan Adinda sumringah melihat sang adik angkat yang begitu cantik yang sebenarnya tanpa polesan MUA pun sudah pasti cantik.
Barra tak berkedip menatap Jihan yang berjalan ke arah nya dengan senyum indah dan manis tanpa paksaan, Kakek dan Nenek yang juga hadir itu memperhatikan tingkah cucu semata wayang mereka yang kagum dengan kecantikan gadis yang sudah resmi menjadi milik nya itu dengan geleng-geleng kepala.
"Cucu kamu itu Kek" cetus Nenek Naira berbisik di samping Kakek Irfani yang geleng-geleng kepala. Kakek Irfani terkekeh lalu merangkul pundak Nenek Naira mesra.
Walau sudah berumur hampir 70 an tapi jiwa muda nya tak pernah lepas dari Kakek Irfani yang mudah akrab, sedangkan Nenek Naira yang berumur 60 an itu memiliki sifat dingin dan datar.
Barra menurun kan sifat dari Nenek Naira yang dingin dan datar sama seperti Papa Ukkay yang dingin dan cuek walau seorang tentara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments