Melangkah mendekati mobil avanza abu-abu itu karena rasa penasaran, mengintip sedikit dan terlihat Ayah yang di pukuli dengan keempat preman tanpa pikir panjang Barra langsung berlari untuk membantu Ayah Elan dengan kantong kresek yg sudah jatuh ke aspal dan tiga telur yg dia beli pun pecah.
Bugh
Barra meninju sebelah pipi preman yang mendekat ke arah Ayah Elan dengan sekali tinju preman itu tersungkur, "Hah?! Cuma segitu doang kemampuan Loe?" tanya Barra berdecih meremehkan preman yg tersungkur.
"Siapa Loe? Ganggu tugas Gue aja! Sana Loe minggir! Ini bukan urusan Loe bocah SMA!" bentak preman yang tersungkur itu sambil mencoba berdiri dan memegangi bibir pinggir nya yg mengeluarkan darah.
"Siapa Gue, emang Gue siapa?" tanya Barra balik menunjuk diri nya sendiri dengan tatapan tajam mengarah pada preman itu.
"Loe ngincar harta kan? Iya kan?!" bentak Barra balik, tebakan nya tepat membuat preman itu tersenyum miring meremehkan.
"Loe ga ada urusan nya bocah! Mending Loe masuk ke rumah Loe sana! Main game kayak anak SMA lain!" usir preman dengan melambai kan tangan di udara seperti mengusir.
Barra tak menanggapi usiran dari preman dia hanya tersenyum devil yg jarang dia keluarkan, membuat preman itu ketakutan tapi sebisa mungkin dia menutup rasa itu agar tidak dianggap penakut.
"Nak, lebih baik kamu menjauh, saya tidak mau kamu kenapa-napa" celetuk Ayah Elan memegang pundak kanan Barra dengan lembut dengan satu tangan memegang perut yang masih nyeri.
"Ga papa Om, harus nya Om saja yang istirahat biar saya yang urus mereka," tolak Barra halus menatap ke samping kanan dengan senyum kecil, dia merindu kan kasih sayang dari seorang Papa tapi sayang nya Orang Tua Barra telah meninggal dunia sejak umur Barra 7 tahun.
"Tapi-" lirih Ayah Elan karena Barra yang langsung menuntun nya untuk ke trotoar jalan dan tersenyum sekilas lalu kembali ke empat preman yang masih setia menunggu dengan tampang polos.
Bugh
Bugh
Bugh
Bugh
Tendangan beruntun dilayangkan oleh Barra, karena posisi ke empat preman itu sejajar jadi memudah kan Barra untuk menendang, ke empat preman yang tak siap mendapat serangan refleks terjatuh serempak ke aspal.
Sementara di tempat Bunda, preman bernama Herman yang berrambut panjang itu masih saling tarik menarik hingga akhir nya Bunda menghentikan pergerakan tarik menarik.
"Mas stop dulu deh! Cape saya tau" gerutu Bunda Lifah dengan napas ngos-ngosan, Herman pun sama bahkan sampai terduduk di aspal sambil mengikat rambut nya yang panjang dengan karet gelang.
"Sama, saya juga, makanya lebih situ beriin tas nya ke saya" sahut Herman seraya berdiri membersihkan bagian belakang yang kotor terkena pasir.
"Enak saja, tas ini kan punya saya kenapa Mas pengen banget sih ambil yang punya orang?" kesal Bunda Lifah mengibas ngibas kan tas nya takut ada debu, eakk! :v.
"Lha mana saya, saya kan-" seru Herman langsung dipotong oleh Bunda Lifah.
"Babu kodok!" timpal Bunda Lifah dengan kesal menyambung seruan Herman dengan tampang kesal.
Herman seketika naik pitam, baru kali ini Herman dibuat heran oleh seorang ibu-ibu yang barbar dan gaul seperti Nyonya Lifah.
- Flashback Of -
"Sampai akhir nya Barra ngebasmi empat preman itu terus nolongin Bunda yang lagi debat sama preman yang rambut nya melebihi rambut kamu, Ji" jelas Bunda Lifah sewot.
Jihan yang mendengar cerita dari Bunda nya hanya bisa menanhan tawa sekuat tenaga agar tidak menertawakan si Bunda yang barbar.
'Buah jatuh ga jauh dari pohon nya, ternyata Gue punya sifat barbar dari Bunda Gue sendiri awokawoks' batin Jihan cekikikan.
"Terus gimana sama keadaan preman berrambut panjang itu, Bun?" tanya Jihan dengan suara serak karena tawa nya tertahan di tenggorokan.
"Paling lagi nangis, kan rambut nya sampai ditarik sama Barra waktu preman itu mau nyerang Bunda," jawab Bunda membayang kan keadaan preman bernama Herman yang rambut nya kena tarik oleh Barra.
"Ohh.. Ya udah Bun, Jihan ke kamar bentar mau naruh tas dulu sama ganti baju" pamit Jihan sudah tak kuat menahan tawa.
"Iya, kamu sudah sholat Ashar belum?" tanya Bunda Lifah mengingatkan Jihan untuk sholat, dan Jihan menggeleng polos yang langsung mendapat sentilan pelan di kening Jihan dan pelaku nya sudah pasti Bunda Lifah.
"Kenapa tadi waktu tempat Diba ga sholat? Apa harus tiap waktu Bunda ingatin kamu buat sholat?" tanya Bunda Lifah nyerocos dengan mode ibu-ibu komplek, tanpa ada lembut-lembut nya di depan Barra.
"Lupa Bunda," cicit Jihan menggigit bibir dalam dan menunduk merasa malu di marahi di depan tamu yang sedari tadi menatap pergerakan nya. Yup, Barra hanya fokus menatap Jihan tanpa mengalihkan pandangan nya seperti memperhatikan mangsa saja, pikir Jihan merasa risih.
"Ya sudah sana sholat dulu! Setelah itu kita makan malam bersama Barra di luar" ucap Bunda Lifah dengan nada lembut saat menyebut nama Barra.
Jihan mencebik bibir kesal, 'Anak nya Bunda siapa sih? Aku atau si Barra api ini? Baru ketemu udah kek mantu ae akrab bat, eh apaan kok malah mantu-mantu sih?' batin Jihan memprotes.
"Iye Bunda, bawel deh" semprot Jihan langsung berlari menaiki tangga menghindari amukan dari Bunda Lifah yang seperti macan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Neneng cinta
cieeee,,,mantu.....😍
2023-05-18
0