Keesokan Harinya
Barra terbangun karena suara adzan shubuh berkumandang di masjid dekat komplek apartemen, dengan nyawa yang belum terkumpul sepenuh nya Barra melangkah menuju kamar nya yang letak nya berada di lantai 2, sejak tadi malam Barra langsung terlelap di sofa tanpa berganti baju bahkan untuk cuci muka.
Melangkah kan kaki dengan pelan saat menaiki tangga dengan mata setengah terbuka harus membuat nya berpegangan pada tembok agar tidak jatuh.
Membuka pintu kamar yang berwarna coklat susu paling ujung dengan kepala tertempel di pintu seperti orang mabuk pada umum nya.
"Kok Gue tidur si sofa yak? Ah tau lha! Bomat" gumam Barra sebelum masuk ke kamar pribadi nya dengan kesadaran mulai pulih sepenuh nya.
Keadaan kamar pribadi Barra yang gelap dengan gorden jendela yang masih terbuka membuat kamar Barra yang berwarna abu-abu bertambah gelap karena matahari yang masih malu-malu menampak kan sinar nya.
Menghidupkan lampu lalu berjalan mendekati gorden jendela yang berwarna putih polos dan menutup nya karena masih gelap.
Masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci muka sekaligus ber-wudhu. Lalu keluar dari kamar mandi dengan wajah lebih fresh dari sebelum masuk ke kamar mandi.
Melaksanakan sholat shubuh di apartemen sendirian, karena sekarang Barra sedang dalam mode on mager keluar apart.
Selesai sholat, Barra kembali merebahkan tubuh nya di ranjang king size empuk dengan sprei berwarna putih dan selimut yang tertata rapi berwarna abu-abu.
Walau Barra terlihat urak-urakan tapi Barra tetap memperhatikan kebersihan dan kerapian kamar pribadi nya, menatap langit-langit kamar dengan tangan kanan menjadi bantal dan tangan kiri yang berada di atas perut rata yang tertutup kaos oblong berwarna hijau daun.
Kita baru ketemu tapi kenapa muka Loe itu selalu terbayang bahkan Gue sampe kebawa mimpi, aih kalo aja bukan adzan shubuh tadi mungkin Gue nggak bakal bangun dah. Batin Barra memikirkan muka gadis cantik berhijab yang dilindungi saat tawuran semalam.
"Seragam nya tu cewek kek seragam murid SMA Dharma Bakti dah, sama bener tapi masa iya sih? Kok Gue nggak tau kalo ada siswi kek gitu di SMA DB" gumam Barra mengingat seragam yang dipakai oleh Jihan itu seperti tak asing.
"Kapan lagi yak SMA Merdeka berkunjung ke SMA Dharma Bakti, jadi nggak sabar Gue pengen tau. But, kunjungan apa dong ya bisa diterima sama Pak Yanto?" sambung Barra berpikir.
SMA Merdeka sering berkunjung ke SMA Dharma Bakti karena mungkin ada rapat dewan guru antara dua sekolah yang pemilik nya memang sama atau mungkin rapat untuk menggelar lomba dan pertandingan antara dua sekolah yang menjadi idola para murid SMP yang hendak lulus dan menuju ke tingkat yang lebih tinggi.
Tersadar dengan monolog yg tak pernah dia ucapkan itu buru-buru Barra menggeleng kepala pelan menepis pikiran yang baru pertama kali Barra pikirkan selama 18 tahun dia hidup di dunia ini.
"Gue ngomong apa tadi? Haduhh.. Kenapa coba Gue sampe ngomong kek gini? Bukan Gue banget ini mah! Mana Barra yang asli woy! Balikin Barra yang asli" ucap Barra terduduk di ranjang menatap pantulan kaca yang langsung menghadap ke arah nya.
"Kok Gue jadi lebay gini sih? Ada apa dengan Gue? Kenapa juga Gue ngelindungi tu cewek?" Barra yang terlalu lebay, atau author yang nulis terlalu lebay? 'v.
Barra melirik jam dinding yang ada di dekat televisi kamar pribadi nya. Barra memang memiliki televisi yang ditancap di dinding kamar pribadi agar memudah kan nya untuk menonton televisi saat sedang malas-malasan untuk keluar dari kamar.
"Baru jam 4 shubuh, Gue lanjut tidur atau siap-siap buat berangkat sekolah ya? Eh tumben bat Gue mikir buat siap-siap berangkat sekolah kan biasa nya juga domat Gue awokawoks" gumam Barra diakhiri tawa ngakak sendiri.
Hening beberapa menit di kamar pribadi yang lampu nya mulai redup, Barra memakai lampu otomatis untuk mematikan lampu saat matahari mulai muncul, walau hanya saat matahari terbit lampu itu akan redup tapi saat matahari tenggelam harus diketik.
"Lama bat dah perasaan, udah lha Gue siap-siap dulu aja dah sekalian ke rumah utama jenguk Nenek Kakek sebelum sekolah, biar bisa sarapan bareng Nenek Kakek," ucap Barra bermonolog sebelum bangkit dari ranjang untuk mematikan lampu yang hanya sedikit meredup tapi tidak mati.
___
Jihan baru saja selesai membersih kan badan nya, lalu berjalan menuju almari untuk mengambil mukena dan sajaddah untuk melaksanakan sholat shubuh.
Selesai sholat, Jihan masih terduduk di lantai beralas sajaddah lembut bergambar ka'bah yang selalu bersih tanpa debu atau ada kotoran lain yang menempel.
Kejadian semalam setelah pulang sekolah itu masih teringat jelas di otak Jihan, tapi yang paling Jihan ingat adalah wajah pemuda berparas tampan tajam dengan rahang yang tegas.
Gue kenapa? Ada dengan Gue? Sejak kemarin Gue ngerasa jantung Gue dag dig dug mulu, apalagi sejak ngeliat muka tu cowok yang nolongin Gue dari cowok brengsek yg satu nya. Batin Jihan terheran-heran.
Menepis pikiran aneh yang bersarang di kepala Jihan, lalu berdiri untuk melipat dan menaruh mukena serta sajaddah di tempat awal yaitu almari yang berada di samping nakas tempat al-qur'an.
Menghela napas pelan mencoba menenangkan kembali pikiran nya dan melupakan kejadian kemarin yang terlihat sangat mengerikan diingatan Jihan.
Menuruni tangga demi tangga menuju dapur untuk membuat sarapan yang akan dia bawa ke sekolah, Jihan lebih sering membawa bekal makanan dari rumah dibanding membeli di luar, alasan nya karena belum tentu makanan luar itu higienis.
Membuat beberapa sandiwich tanpa menyadari kehadiran Bunda yang tersenyum hangat sambil bersandar di dinding memperhatikan Jihan yang fokus pada sandiwich yang sedang dia olah.
"Pagi anak Bunda yg cantik, udah siapin sandwich aja nih, padahal Bunda mau bikinin nasi goreng lho," celetuk Bunda tiba-tiba membuat Jihan tersentak kaget bahkan hampir salah memotong buah stroberi.
"Ih Bunda kok ngagetin sih, hampir aja kepotong jari Jihan" protes Jihan mengelus dada sedangkan Bunda cengengesan tanpa dosa.
"Maaf sayang, kamu juga sih terlalu fokus sama sandwich nya jadi nggak nyadar kalau Bunda udah dari tadi merhatiin kamu bikin sarapan," ucap Bunda mendekati Jihan yang membelakangi nya.
"Bunda tadi bilang apa? Mau bikin nasi goreng?" tanya Jihan menoleh sekilas ke samping lalu fokus membuat sandwich lagi.
"Iya, kenapa? Kamu mau juga hm? Kan kamu udah bikin sandwich itu, masa mau kamu makan sendiri sih? Memang nya muat sama perut kecil kamu ini?" tanya Bunda balik dengan sedikit menggoda dan menggelitik perut rata Jihan yang tertutup seragam sekolah dan kerudung putih yang panjang nya menutupi perut.
"Jihan nggak mungkin bisa makan sendirian Bunda, pengen sih makan sendiri tapi pasti bakal sulit" jawab Jihan tak merespon gelitikan kecil yang diberikan oleh Bunda.
"Kenapa memang nya?" tanya Bunda menaikkan sebelah alis tinggi menatap Jihan dari samping yang sibuk menaruh sandwich di toperware berbentuk kotak persegi empat.
"Kan ada 3 nyamuk Bunda yg pasti bakal minta makanan Jihan" jawab Jihan ngakak diikuti Bunda yang terkekeh dan sudah paham maksud 3 nyamuk yang dimaksud oleh Jihan tentu nya, Adiba Cia dan Ersa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Neneng cinta
sama suka pada pandangan pertama ini mah....😁
2023-05-18
0
Tatin Tin
ceritanya bagus
baca aja dulu ah
biar tw ceritanya
2022-06-03
0