BAB 15

Jihan dan Barra masih melakukan drama hingga keluar dari supermarket karena cewek genit itu masih mengintai mereka.

Huhh! Kapan selesai nya coba drama ini? Jihan ingin cepat-cepat ke rumah Adiba, sedangkan Barra ingin bebas dari cewek genit yang dari tadi mengikuti mereka.

Bahkan sekarang cewek genit itu mulai melangkah lebih cepat agar sejajar dengan Jihan dan Barra, sesampai di samping Jihan dan Barra cewek itu berbisik genit pada Barra yang berada di samping kiri nya cewek itu.

"Hai ganteng" sapa cewek genit berbisik mengedipkan mata sebelah pada Barra. Barra bergidik ngeri ditambah jijik.

"Apa ganteng ganteng?! Genit banget sih jadi cewek" semprot Jihan memulai drama baru yang membuat Barra bernapas lega karena tangan nya bisa handal melakukan isyarat minta tolong.

"Lo tuh! Dasar j*lang" sungut cewek genit bernama Sessa. Teman satu sekolah dengan Barra di SMA Merdeka hanya beda kelas dengan Barra.

"Cih! Gue bukan j*lang ya! Loe aja kali yang j*lang" sembur Jihan berdecih, emosi Jihan mulai tak bisa di kondisi kan apalagi menyangkut harga diri.

"J*lang teriak j*lang" cibir Sessa bersedikap dada.

"Heh! Ngaca diri dulu dong sebelum ngomong itu ke Gue! Yang j*lang siapa? Gue? Ya ga lah! Gue ga kayak Loe.. PELAKOR?!" sungut Jihan menekan terakhir.

Sessa yang tak terima di perebut laki orang langsung bergerak ke samping Jihan dan membuat Jihan di apit oleh Sessa dan Barra.

Barra hanya menjadi pendengar dan terdiam cukup lama ada perasaan aneh saat Jihan menyebut Sessa perebut laki orang.

'Pelakor? Wih! Gue ngerasa kek punya istri! Kalo Loe emang jodoh Gue Ji, bakal Gue korbanin dan lakukan apapun itu biar bisa sama Loe' batin Barra mantap.

"Loe sebut Gue apa tadi? PELAKOR? Dasar Loe cewek gathel banget jadi orang! Ngapain Loe deket banget sama calon pacar Gue?" ucap Sessa tak terima.

"Cih! Baru calon pacar lah Gue? Calon imam!" ucap Jihan tanpa sadar membuat Barra semakin memantap hati nya untuk mengorbankan dan mendapatkan Jihan.

"Loe tuh-" ucap Sessa dipotong oleh Bara yang mulai jengah mendengar perdebatan di depan supermarket dan menjadi tontonan banyak orang.

"Stop! Ses lebih baik Loe minggat dari hadapan Gue! Gue ga mau liat wajah apel busuk Loe itu" usir Barra dengan kata-kata pedas.

"Beb! Kok kamu gitu sih? Kok malah aku yang di usir? Harus nya kamu usir dia ini bukan aku! Buat apa pake kerudung kalo akhlak nya ga ada" cibir Sessa bersedikap dada. Jihan mengepal kuat tangan nya membuat Barra meringis dia juga masih memegang tangan kanan Jihan jadi dia terkena kepalan maut itu.

Shh sakit ***. Batin Barra meringis.

Kepalan tangan itu terasa aneh saat Jihan mengepal kuat tangan kanan nya sedangkan tangan kiri biasa saja.

Melirik ke tangan kanan nya dan terlihat tangan Barra masih memegang nya bahkan ikut mengepal akibat kesakitan.

"Eh? Maaf" cicit Jihan merenggangkan kepalan tapi tak melepas karena Barra masih memegang erat. Barra mengangguk dengan tersenyum tipis tanda baik-baik saja.

"Loe apain tangan calpac Gue hah?!" bentak Sessa emosi melihat tangan Barra dan Jihan masih bertaut erat.

"Calpac apaan?" tanya Jihan polos.

"Calon pacar" jawab Sessa songong. Barra dan Jihan mendelik kesal bersamaan lalu saling pandang lalu kembali menatap Sessa.

"Ogah!" seru Barra dan Jihan mentah-mentah bersamaan, mereka bertos dengan senyum kemenangan.

"Ih gelay!" sambung Jihan lagi memperagakan seperti orang yang jijik dengan sesuatu.

Sessa mendelik sebal, dengan perasaan marah dia pergi meninggalkan Jihan dan Barra yang tertawa kemenangan.

Setelah kepergian Sessa, Jihan mencoba melepas genggaman itu karena drama sudah selesai dan tawa mereka juga sudah berhenti.

"Thanks ya Ji, udah bantuin Gue tadi" ucap Barra sebelum melepas genggaman erat tapi lembut itu. Jihan membalas dengan senyum manis dan anggukan kepala.

"Iya ga papa kok" balas Jihan lembut dan tersenyum. Barra pun ikut tersenyum.

Ting

Nada dering berbunyi di tengah senyuman manis mereka berdua yang langsung mengalihkan pandangan ke ponsel masing-masing dan ternyata yang berbunyi ponsel Jihan.