Barra sudah siap diikuti anggota lain yang siap meluncur meninggalkan warung Mpok Mina menuju lokasi tawuran yang sudah direncana kan oleh gangster lain.
Diperjalanan, Barra sempat melirik ke arah seorang gadis berkerudung dengan seragam yang berbeda dan tas ransel dipundak berjalan kearah yang sama dengan Barra dan anggota lainnya.
Ngapain tu cewek jalan lewat sini? nggak tau apa bakal ada yang tawuran didepan, ahh bodo lha gue biarin aja dia juga yang kena bukan gue kan gue yang mau tawuran. Batin Barra menatap sekilas gadis itu terheran-heran.
Barra melajukan motor sport nya diatas rata-rata membuat gadis itu setengah kaget karena suara berisik motor yang melaju di samping nya, gadis itu juga spontan turun dari aspal agar tidak tertabrak atau terserempet oleh geng motor yang masih belum diketahui oleh gadis itu.
"Sepi banget mana nggak ada temen lagi yang bisa diajak jalan" gadis itu bergumam dengan helaan napas kasar karena dia sudah menolak ajakan sahabat nya yang memberi tumpangan pulang dari sekolah.
"Kalau aja tadi Gue nerima aja ajakan Ersa buat pulang bareng pasti Gue nggak bakal jalan sendiri gini, Cia juga pakek motor bareng Bang Doni gimana muat, Diba? Nggak ngajak sama sekali tu anak!" cerocos Jihan berjalan dengan menghentakan kaki.
"Mang Diman juga pakek acara nganterin Bunda ke mall dulu, jadi gini deh. Ahh! Sial banget Gue hari ini" lanjut Jihan berbicara sendiri bahkan dia tak sadar bahwa diperempatan depan akan terjadi sesuatu.
"Kalau aja ada yang ngasih tumpangan Gue udah Gue terima, tapi harus orang baik sih, mana mau Gue kalau orang nya punya niatan jahat, belum tau aja tu orang kalau berurusan sama Jihan bakal masuk rumah sakit" ceteluk Jihan menyendiri sembari memetik daun di pohon yang rendah lalu memainkan nya.
"Tapi Gue juga bodoh sih! Kenapa Gue nggak nunggu aja di sekolah kan bisa tuh Mang Diman jemput bareng Bunda juga pasti lha," ucap Jihan merutuki diri sendiri.
"Eh tapi, kalau Gue nunggu di sekolah sendiri doang? Ih nggak mau Gue. Lebih baik Gue jalan deh dari sekolah ke rumah, tau lha sampe rumah tiga puluh menit, bodoamat yang penting nggak sendiri"
"Lho? Gue dari tadi ngomong sendiri toh? Kalau ada yang liat pasti Gue dikira orang gila hihi" Jihan cekikikan sendiri karena ulah nya yang begitu absurd.
"Udah lha, nggak ada yang denger gue ngomong juga. Mending Gue dengerin lagu ye kan nggak bosen juga Gue selama diperjalanan. Lha kenapa nggak kepikiran ke situ anjir?!" Jihan mengetuk kening nya pelan.
Saat Jihan hendak memasang headsheet ke telinga nya, terdengar suara orang berkelahi dan bunyi yang seperti kayu balok yang cukup keras.
Bugh
Prakk
Sreett
Bugh
Jihan semakin penasaran tapi dia urungkan karena melihat beberapa orang berlari terbirit-birit ketakutan menghindari sesuatu.
"Eh Pak maaf, didepan ada apa ya kalau boleh tau?" tanya Jihan kepada beberapa Bapak-bapak yang berlari di dekat Jihan berdiri.
"Itu Neng, ada murid SMA yang tawuran" jawab Bapak yang ada di dekat Jihan itu dengan ngos-ngosan.
"Tawuran?" tanya Jihan tak percaya, Bapak itu mengangguk yakin lalu kembali berlari meninggalkan Jihan yang masih terpaku mencerna ucapan Bapak tadi.
Bugh
Prakk
Plakk
Srettk
Bugh
Bugh
Suara perkelahian semakin terdengar jelas di telinga Jihan dan membuyarkan lamunan Jihan, menatap lurus ke depan dan terlihat pelajar SMA yang tawuran menggunakan kayu atau pisau tumpul dan tajam yang mengerikan.
Disaat Jihan hendak lari, ada yang mencekal tangan nya, lalu memutar tubuh nya bersama dengan orang tersebut, terjadi lha putaran singkat yang membuat Jihan dan orang itu terdiam saling tatap.
Orang itu memutar kembali tubuh nya, dan sekarang Jihan berada di belakang bersembunyi dibalik orang itu yang bertubuh tegap tinggi dan kekar.
Bugh
Lalu sebuah tinjuan terbang ke depan dan mengenai hidung orang yang hendak menyerang Jihan, dan terhuyung kebelakang dengan hidung mengeluarkan darah tapi dia tetap bertahan tak jatuh.
"BANGS4T!" umpat orang yang terkena tinjuan itu dan hendak membalas tinjuan dari Barra tapi belum melayangkan sudah diberi tinjuan perut oleh Barra.
"Loe ngumpat didepan cewek! Nggak baik" gertak Barra mencengkram kerah orang itu yang dikenal dengan ketua dari gangster musuh Barra.
"Cih! Dia cewek Loe? Nggak se-level sama Loe Barra" ejek orang itu melirik Jihan dari ata ke bawah melihat penampilan Jihan yang sederhana dari luar.
Bugh
"Jaga omongan Loe Arya! Dia bukan cewek Gue! Gue cuma nolongin dia karena Loe mau mukul dia!" sungut Barra meninju perut orang yang dikenal sebagai Arya itu.
"Ck! Seorang Barra nolongin cewek? Baru kali ini Gue denger soal itu, bakal heboh satu sekolah Loe kalau sampe tau Barra nolongin cewek yang belum dikenal sama sekali" Arya mengibarkan bendera perang kepada Barra, dia juga ikut mencengkram kerah seragam Barra karena tinggi mereka sama tanpa ada bedanya itu membuat mereka saling tatap nyalang dan permusuhan.
Jihan masih terpaku berdiri melihat perkelahian didepan nya, ini kali pertama Jihan melihat orang berkelahi, sekalipun Jihan pernah nonton di TV itupun di TV bukan secara langsung.
Gue harus gimana ini?. Batin Jihan was was.
Bugh
Srett
Brum Brumm
Jihan melihat sekeliling ada yang menggunakan motor dan ada yang berlari dengan kayu balok yang besar dan keras di tangan, ketakutan Jihan semakin bertambah.
Lalu kembali menatap lurus melihat perkelahian Barra dan Arya yang saling tinju satu sama lain tanpa pandang rasa kasihan, jantung Jihan berdetak lebih kencang saat melihat Arya mengeluarkan pisau lipat dari kantong celana nya.
Srett
Pisau lipat hampir mengenai perut Barra tapi Barra sudah menebak lebih dulu pergerakan Arya, membuat nya memelintir tangan Arya yang memegang pisau lipat ke belakang.
Prakk
Bunyi tangan Arya patah oleh Barra, Jihan yang mendengar suara retakan dari tangan Arya itu seketika menutup mulut ketakutan dengan kedua tangan nya, ponsel yang tadi nya berada di tangan kiri kini sudah berpindah ke tanah.
Barra melirik sedikit Jihan yang ketakutan, lalu mendorong tubuh Arya hingga terhuyung jatuh ke tanah sambil memegang tangan nya yang dipatah kan oleh Barra.
"Ahhh!! Sakit B4NGKE!!" geram Arya memegang tangan yang patah dan miring kiri dan kanan menahan sakit, sedangkan Barra menatap datar diri nya dari atas.
"Seorang Barra dilawan. Ini lha akibat nya jika berurusan sama Barra bakal masuk rumah sakit" bentak Barra tanpa sadar meniru ucapan Jihan saat bermonolog sendiri tadi.
"Loe harus terima akibat Loe, Barra Arrazi" teriak Arya menggeram dengan suara berat menahan sakit, Barra tersenyum smrik karena nama nya disebut dengan panjang dan lengkap walau masih kurang satu marga yang selalu diincar banyak orang.
"Gue tunggu akibat nya, Arya Adhina" sahut Barra membuat suara di perempatan jalan semakin riuh dengan bunyi kayu balok yang mengenai tubuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Malaika langit devina putri A.
semoga Berjodoh ya jihan sama bara
2024-12-24
0
Neneng cinta
menarik,,,buat pengalaman,,,,ambil pelajarannya....
2023-05-18
0