Barra menjawab dengan anggukan sekali. Mendapat respon baik dan bahagia membuat Bunda Lifah berjingkrak kesenangan bersama Ayah yang tertawa bahagia, sedangkan Jihan tertunduk malu dengan jantung berdebar sama seperti Barra.
"Besok setelah kalian pulang sekolah, kita ketemu di kantor Ayah buat fitting baju pengantin" cetus Bunda Lifah dengan semangat empat lima.
"Secepat itu?" sentak Jihan dan Barra kaget.
"Kenapa? Lebih cepat lebih bagus" tanya Bunda Lifah.
'Em.. Tapi kita berdua masih pelajar!!' batin kedua nya berseru.
"Ayah tau kalian memang masih pelajar, tapi kan hanya menikah dulu, setelah lulus SMA nanti baru resepsi pernikahan di adakan besar-besaran, untuk sekarang kita acara nya tertutup saja. Lagi pula, hanya sisa delapan bulan lagi lulus, ya kan?" tutur Ayah Elan panjang lebar.
Jihan dan Barra saling pandang sejenak lalu mengangguk pasrah dengan penuturan Ayah Elan dan Bunda Lifah.
"Tapi Bun, ngapain ke kantor Ayah kalau mau fitting?" tanya Jihan dengan tampang polos.
"Buat ngerjain tugas punya OB sama OG di kantor Ayah kamu!" kesal Bunda Lifah menatap Jihan, baru saja bahagia sudah di hancur kan lagi dan malah membuat emosi.
"Bunda aja deh kalo gitu ke kantor!" tolak Jihan menanggapi kekesalan Bunda Lifah dengan benar. Bunda Lifah menggeram kesal dengan tingkah Jihan yang kadang polos kadang gesrek.
Saat Bunda Lifah hendak membalas ucapan Jihan, Ayah Elan lebih dulu mencela agar tak terjadi perdebatan yang tak ada habis nya di dalam ruang kerja yang seharus nya sunyi malah ramai akibat suara Bunda Lifah yang menggema.
"Ke kantor itu buat kita ngumpul biar bareng ke butik nya nanti, Jihan sayang putri Ayah yang paling cantik" jawab Ayah Elan lembut dan melerai perdebatan yang hampir terjadi.
Jihan mangut-mangut paham dengan wajah tanpa dosa.
Sedangkan Barra hany mendengar kan tanpa berniat menimpali, hati nya sedang tak bisa di deskripsi kan dengan jelas, yang pasti tampang datar nya tak pernah lepas dari wajah nya.
'Kalo ini mimpi tolong jangan bangun kan gue sampe mimpi ini berakhir dengan sendiri nya'
Karena hari sudah mulai gelap, Barra berniat pulang tapi langsung di cegah oleh Bunda Lifah untuk makan malam bersama, dan Barra tak bisa menolak, kini status nya sedikit naik yaitu menjadi calon menantu di keluarga Jihan yang harmonis dan bahagia ini.
Selesai dinner, Barra memutuskan untuk pulang.
Di antar Jihan sampai teras rumah itu pun karena paksaan dari Bunda Lifah yang mengatakan 'sama calon suami ga boleh cuek entar dosa!' itu lah ucapan Bunda Lifah menakut-nakuti.
Kecanggungan melanda di teras depan rumah, kedua nya yang memiliki sifat kurang ahli dalam pembahasan membuat suasana canggung dan di isi dengan angin malam yang menyejuk kan.
"Em.. Gue pulang dulu" pamit Barra gugup. Jihan mengangguk dengan kepala tertunduk malu.
"Orang nya yang ngomong dimana?" tanya Barra sedikit basa-basi sebelum pulang.
"Di situ" jawab Jihan lirih menunjuk tempat berdiri nya Barra sekarang yang erada di hadapan nya.
Barra terkekeh dengan senyum kecil, tangan kanan nya tergerak untuk memegang dagu Jihan dan mendongkak kan kepala Jihan dengan lembut.
Jihan mendongkak dengan perlahan dan terlihat wajah Barra yang lebih dekat dari yang awal, tatapan dingin yang biasa nya terlihat kini tak nampak lagi dan tertutup tatapan penuh dambaan.
"Gue pamit" cetus Barra lembut, hembusan napas berbau mint menerpa wajah Jihan yang sedang di landa blushing.
"Oke, hati-hati" sahut Jihan, Barra menghirup dalam-dalam aroma stroberi yang melekat pada kerudung instan dan pakaian yang di pakai Jihan.
Entah sadar atau tidak Barra melakukan pergerakan selanjut nya yang membuat Bunda Lifah dan Ayah Elan yang mengintip menganga terkejut, sedangkan Jihan tersipu malu karena kening nya mendapat kan hadiah istimewa.
Cup
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Neneng cinta
eeeh..belum halal😁
2023-05-18
0