"Bunda, Ayah ga bakal pergi dari Bunda, Ayah cuma keluar biar kita bisa melanjutkan perjalanan pulang" bujuk Ayah mencoba meyakinkan Bunda agar tidak menahan Ayah lagi.
"K-kalo Ayah keluar, Bunda j-juga keluar!" seru Bunda tak ingin ditinggal keluar oleh Ayah.
"Bunda," gumam Ayah menghela napas pasrah, sifat keras kepala Bunda memang tak bisa di tolak bahkan dengan cara apapun dan alasan tetap bila Bunda ingin itu harus terlaksana atas kemauan nya.
Hingga akhirnya Bunda sedikit sumringah saat mendapat anggukan pelan dari Ayah walau terlihat dari tampang Ayah seperti tak mengatakan boleh hanya saja suami takut istri atau suami sayang istri yang menuruti semua keinginan istri tercinta.
Ayah Bunda keluar bersamaan, seketika tas yang ada di tangan Bunda langsung di rebut paksa oleh preman yang cukup dekat dengan posisi Bunda tapi Bunda tak mau menyerahkan dan ikut menarik tas yang berisi uang beberapa puluh juta, karena sebelum tadi ke acara pernikahan teman kolega sang suami, Ayah Bunda sempat ke ATM untuk menukar uang.
"Jangan!" seru Bunda menarik tali tas nya sekuat tenaga yang Bunda punya saat itu, begitu juga preman yang berrambut panjang ke pinggang.
"Serahin tas nya!" bentak preman ber-rambut panjang.
"Jangan ma- eh situ mas atau mbak sih?" tanya Bunda menghentikan tarikan itu membuat si preman ikut berhenti menarik.
"Emang situ ngira saya apa?" tanya preman itu balik, Bunda yang dengan polos nya menjawab.
"Mbak, kan rambut nya panjang kayak perempuan," jawab Bunda dengan polos, tapi membuat preman itu naik pitam tak terima di kira perempuan.
"Enak aja, ga liat apa ini badan saya tu ga ada sama nya sama perempuan, saya itu laki-laki" sungut preman itu dengan tampang sebal kembali menarik tali tas yang Bunda tarik lagi.
Ayah bersama keempat preman lain melihat perdebatan antara preman berrambut panjang dan Bunda dengan tampang cengo.
'Pengalihan sementara atau memang ga ada niatan buat nanya gitu yah istri ku itu?' batin Ayah Elan heran kepada kepolosan Bunda Alifah, ibu dari Jihan istri dari Ayah Elan.
"Eh kok pada merhatiin si Herman sama Nyonya Lifah sih? Kita fokus woy! Herman biar ngurus Nyonya itu" celetuk salah satu preman membuat Ayah Elan bersama ketiga preman lain mengalihkan pandangan nya dengan tampang cengo.
"Pada cengo semua! Tuan Elan serahkan semua yang anda miliki sekarang!" bentak preman itu membuat ketiga preman tersadar dengan situasi langsung memasang tampang sangar.
Ayah Elan tak bergeming, beliau masih mencoba berpikir bagaimana cara melawan ketuga preman berbadan besar itu tanpa harus melukai diri? Bagaimana tidak, Ayah Elan tak terlalu jago bela diri sudah pasti akan tumbang bila melawan sendiri.
Bugh
Satu tinjuan melayang tepat mengenai perut Ayah Elan secara tiba-tiba dan dilakukan oleh preman yg sedari tadi menggerutu karena hanya dia yg sadar dari tampang cengo dan melakukan yg seharus nya.
Ayah Elan yang belum siap menerima serangan langsung terhuyung mundur ke belakang sambil memegang perut nya yg nyeri akibat pukulan preman yg kuat.
Kemudian Ayah hendak membalas serangan preman itu tapi sebelum itu terjadi, preman yg tadi menyerang Ayah Elan segera menyerang lagi dan lagi hingga Ayah Elan tersungkur jatuh.
Barra yang sedang berjalan dengan sekantong kresek di tangan kiri nya di arah belakang mobil Ayah Bunda karena Barra baru saja dari warung sembako membeli telur dan mie instan karena lapar, dan juga lokasi Ayah Bunda berhenti itu ada di dekat apartemen Barra.
'Ribut kenapa tuh? Kepo ah Gue!' batin Barra berseru.
Melangkah mendekati mobil avanza abu-abu itu karena rasa penasaran, mengintip sedikit dan terlihat Ayah yang di pukuli dengan keempat preman tanpa pikir panjang Barra langsung berlari untuk membantu Ayah Elan dengan kantong kresek yg sudah jatuh ke aspal dan tiga telur yg dia beli pun pecah.
Bugh
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
c
sempat-sempatnya nanya begini😭
2024-02-18
0