Mentari hanya duduk bosan menunggu orang yang sedang membaca majalah Bisnis. gara gara kebosanan ia pun menguap berkali kali. Badan pegal-pegal plus otak sekarang lagi memikirkan nasib Amma di kampung. ditambah punya bos kok manjanya minta di kasih obat tidur. baca majalah saja butuh di temani.....
pengin protes tapi takut di pecat.
Biru sendiri sebenarnya tidak konsen dengan majalahnya, ia menunggu Mentari bersuara tentang masalah Keluarganya. Minta bantuan atau tidak ? Biru sih mau mau saja membantu, tapi yang mau di bantu malah diam saja.
""Kenapa muka mu terlihat murung ? apa ada masalah."" Biru sengaja memancing ke arah arah permasalahan Mentari, Mana tahu gadis rantau itu meluapkan.
Tapi..... Mentari hanya menggeleng. ""Tidak bos !"" kelitnya. ia kembali meneguk cepat air putih. Ia tidak berniat memanfaatkan kebaikan Bosnya. cukup sudah tadi di belikan begitu banyak baju baju bagus dan mahal, jangan sampai ia lebih banyak berhutang. berabe jika pak bos menuntut.
""Ya sudah, tolong di pijitin pundak saya, rasanya pegal Semua habis muter-muter di mall.""
Biru semakin melunjak jadi Bos, Sudah tahu Mentari lagi pusing, ia malah menambahkan kekesalan, Sengaja.
Sabar Mentari !
Ini nih yang di takutkan oleh Mentari, bersentuhan lama lama langsung dengan kulit yang bukan muhrimnya. Biru kan lagi menggunakan baju kaos tanpa lengan, mana seksi pula itu otot beeeh... keras kaya ban dalam mobil yang kebanyakan angin. Takut khilaf Mentari.
Amma, maafkan anakmu ini, boro boro setengah meter berjauhannya, satu senti saja sudah tidak ada jarak. kulit bertemu kulit.
""Kalau pijatannya enak, aku kasih bonus. !""
Ahaaa.... Mendengar iming iming bonus dan kebetulan ia lagi butuh uang pakai banget., Seketika Mentari bersinar lagi, mendadak cerah tuh muka bak lampu beribu ribu watt. Demi hutang Amma di kampung Mentari rela bersentuhan kulit, Ganteng ini..anggap saja Surga plus Neraka baginya.
Mentari berputar ke belakang duduknya Biru dengan antusias.
""Yang ini kan, Bos.!"" Mentari terlihat bersemangat menekan pundak Biru, meremas meremas sekuat tenaga.
"" yang ini."" Modus Biru menggenggam tangan Mentari dan di taruhnya di area yang minta di pijat. Biru menaruh tangan Mentari tepat di otot lengannya yang menonjol keluar. Empuk empuk gimana gitu rasanya? Mentari otak polosnya mulai omes...ini kulit atau perosotan anak TK, licin benar.
Mata Biru terpejam dengan sudut bibir terangkat, enak......? menikmati sentuhan Mentari yang aslinya tidak terasa pijatannya. ia malah seperti di gelitik di elus elus.
""Agak kenceng, Mentari."" Ujar Biru. Tenaga Mentari lembek punya.
Mentari menghela nafas protes. Anak rantau gini amat nasibnya... Ganteng si Ganteng punya bos, tapi rasa rasanya kok Mentari ingin kabur, Bos-nya pintar modus ternyata. Demi Amma di kampung...ingat tuh !!! Yang penting tidak berlebihan..
""Begini, kerasa tidak?."" Mentari mengepalkan tangan, meninju ninju otot lengan Biru.
""Ish, itu mah bukan mijat Mentari, tapi meninju Sam sak."" Biru mendongak ke wajah lelah Mentari. kasian dengan wajah polos yang tertekuk.
""Emang lengan Bos seperti Sam sak kok, keras !"" Jujur Mentari tidak takut menyinggung Bosnya.
Biru terhenyak kagum dengan kepolosan Mentari tanpa di buat buat manis, Gadis deso ini yang pertama kali yang tidak tertarik dengannya dan itu yang ia sukai oleh Biru, Menantang untuk di taklukin.
Kebanyakan kan, wanita di luar sana, manis bibir, ada terselubung di dalam hati.
Mentari kembali memijat dengan benar walaupun tangan lemahnya tidak bertenaga lagi, ia memaksakan....aturan waktu bikin kopi tadi ia menaruh obat tidur saja ke dalamnya, agar Bos manjanya cepat tertidur. tapi ia tidak akan mendapat bonus kalau Biru tertidur.... pasrah saja...
""Cukup."" Lembut Biru. Mentari angkat tangan dari lengan yang masih minta di pijit. pinginnya si Biru.
""Ini bonusnya..."" Tanpa perhitungan, Biru mengeluarkan cek sebesar dua puluh juta yang sudah di siapkan sejak tadi dari saku celananya, Mungkin cukup uang segitu, ia tidak tahu berapa besar hutang Keluarga Mentari. menaruh cek itu ke tangan Mentari. dan dengan cepat beranjak masuk ke kamar.
Mentari mematung menerawang cek tersebut di udara tepat di depan matanya. ""Bonus ku, cuma dapat kertas ? hah ? keterlaluan ! aku pun bisa menulis di secarik kertas yang berjumlah nilai 15 juta. beres tuh hutang Amma kalau debtcalector mau menerima kertas."" Keluh Mentari dengan bodohnya.
Astaga....saking desonya...ia tidak tahu apa itu cek resmi... Mentari menempelkan kertas berharga itu ke jidatnya seraya berjalan menuju kamar.
""Terlalu kamu Bos."" Cibiknya.
...*******...
Subuh pun tiba, Mentari sudah siap siap akan pergi meninggalkan unit, untuk bekerja sampingan tanpa minta ijin dahulu ke Bosnya. ia takut kalau minta izin ia tidak akan di ijinkan.
""Mentari.?"" Biru melihat asistennya keluar dari unit.
Biru memang sengaja bangun subuh, walaupun tidak biasa bahkan ini pertama kalinya bangun subuh. demi kepo, apa Mentari masih dengan keputusannya untuk berkeliling menaruh koran ke tiap pintu unit. ? atau tidak lagi, karena sudah mendapatkan uang darinya.?
""Hemm, masih belum cukup ternyata.?"" Lirih Biru. padahal ia tidak tahu saja kalau uang sebanyak itu sudah bersemayam di tong sampah.
Di lantai satu bagian dalam area Apartemen yang ada swimming pool-nya....
""Bang Sam.!"" Ceria Mentari menyambut dua tumpukan koran yang di serahkan oleh Bang Sam.
""Gue lantai satu sampai lantai empat belas."" Bang Sam mulai membagi tugas, ia memberikan selembaran kertas yang tertuliskan no unit yang berlangganan koran. ""Lo lantai selanjutnya sampai lantai unit Bos Lo."" Lanjutnya.
""Siap."" Mentari membaca no unit yang di lantai 28, ia menemukan no unit bosnya. ""Ternyata Bosku pun berlangganan.!"" Semangat Mentari langsung bergegas.
Mereka pun berpisah, Bang Sam langsung menyebarkan koran di kios kios di lantai satu, Mentari masuk ke lift dan memencet tombol angka 15.
Sesampainya di lantai 15, Mentari langsung bekerja menyelinapkan koran ke pintu pintu unit mengelilingi lorong Apartemen yang memutar luas setiap lantai terdapat seratus lebih unit. Satu demi satu lantai ia pijarkan kakinya menggunakan tangga darurat, bayangkan saja 14 lantai ia keliling di waktu subuh, sumpah... Mentari tarasa betisnya di gelandungi besi baja...nasib rantau tidak selalu indah, butuh perjuangan keras bagi Mentari, namun dengan ikhlas ia melakukan itu demi orang tua di kampung.
""Mentari ? kamu dari mana ? masih pagi sudah menghilang."" Biru bersedakap sengaja menunggu kepulangan Mentari,di ruang tamu. ia berpura-pura tidak tahu, dan pura pura memasang wajah marah. padahal ia kasihan dengan wajah yang masih subuh sudah bercucur keringat.
Mentari yang membuka pintu seketika terkesiap, sampai menjatuhkan koran langganan Bosnya.
""A-aku...Aku...Minta maaf !"" Takut Mentari dengan suara sedikit lirih menunduk kan kepalanya.
Jangan di pecat ya tuhan... doanya di dalam hati.
Melihat wajah Mentari sudah pucat tak bisa mengatakan apa apa, Biru mangambil koran yang di jatuhkan Mentari. dan berkata...
""Ya sudah, sana ! kamu siapakan kebutuhan ku, tidak usah ikut ke kantor hari ini, kamu di rumah saja. wajah mu sangat kelelahan."" ujar Biru sengaja memberi waktu istirahat untuk Mentari.
Mentari salah tangkap maksud baik Biru, ia mengira Bos manjanya marah dan di pecat. Mentari dengan cepat menarik ujung kaos biru yang sudah berbalik ingin meninggalkannya. seketika Biru tertarik kebelakang.
Hampir....Biru hampir terhuyung ke belakang kalau ia tidak di peluk oleh Mentari dengan reflek untuk menahan tubuh kekarnya yang tidak seimbang.
Posisi itu sangat nyaman bagi Biru, ia menang banyak, sudah di peluk dari belakang di tambah dada montok Mentari yang kenyal kenyal menyentuh punggungnya. Sementara Mentari....?
""Ammaaaa...."" Teriaknya kesal mendorong punggung Biru untuk menjauh dari gunung kembarnya.
Bonus Visual....
Sagara Biru Sunjaya.
Mentari.....anaknya Amma😅
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 269 Episodes
Comments
Nacita
ahhhhh biruuuuuu harusnya kau ksih cash sajaaa 😂
2022-07-29
0
Nacita
bau2 duit lgsg semangatttt 😂😂
2022-07-29
0
Nur Adam
cocok visual ny
2022-06-27
0