Merasa sesak duduk seraya memakai suit, Biru melepaskan jasnya dan menggantungkan jas tersebut di gantungan khusus di belakang kursi kebesarannya menyisakan kemaja putih yang menampilkan lengkungan tubuh sispek di mata Mentari yang sedang memperhatikannya. ia pun kembali duduk dan kembali berkutat dengan berkas berkas yang sudah di pisahkan oleh Mentari.
""Mentari."" Panggil Biru di sela kesibukannya.
Mentari gelagapan. ""Aih... ketahuan tidak ya ?"" Gumamnya.
""iya, Bos.."" Sahut Mentari.
""Tolong bikinin kopi di pantry kantor.""
""Baik, bos."" Jawab Mentari berdiri dari tempatnya, Namun sebelum beranjak ia merapikan dulu berkas-berkas yang sudah di susun dari awal tanggal sampai akhir lalu menaruh di meja Biru.
""cekatan juga ni cewek dalam bekerja."" Gumam Biru melirik Mentari dengan ekor matanya. bibirnya pun tersenyum tipis.
Bertanya tanya masalah komposisi kopi hitam kesukaan Biru, sudah ! bertanya letak pantry kantor, Sudah ! Mentari pun keluar dari ruangan bosnya menujuh pantry yang dimaksud.
Saat ingin membuka pintu dapur kantor, Mentari tidak sengaja mendengar obrolan seseorang yang menyebut nyebut namanya, ia pun mengurungkan niatnya menekan knop.
""Ha, kok bisa ya pak Biru mempekerjakan Mentari sebagai asisten? Mentari kan wong deso dari penampilannya saja oga untuk di pandang mata.""
""Eum, benar ! aku saja heran dengan pak Biru. melihat Mentari sebentar saja sudah sakit mataku. Sebenarnya ya.....aku betah di sini hanya ingin tebar pesona ke pak Biru, Namun boro boro di jadikan asisten di lirik saja ogah.""
""Hahaha...Mana mau pak Biru yang tampan manis gula melirik muka asem kaya kamu, mana tepos lagi tuh bokong. Des..Des..mimpi kamu.""
""Yaelah sis, dari pada pak Biru melirik Mentari yang udik itu, mendingan juga ngelirik aku yang lebih cantik dari Mentari.""
Kreek...
Mentari membuka pintu dengan perlahan, Matanya menangkap sosok dua wanita yang terlihat memasang wajah terkejutnya yang sedang menatapnya berdiri di depan pintu, mereka ketahuan membicarakan Mentari dari belakangnya, sekarang ketangkap basah tuh oleh Mentari langsung.
""Eh, ada Mentari toh."" Ujar yang di panggil Des oleh temannya dengan wajah kikuk
Mereka memasang wajah bak orang bodo yang sedang ketahuan sedang mencuri.
""Mentari mau buat kopi."" Timpalnya.
""Iya...kopi sianida, buat orang orang yang suka mencibik orang dari belakang, Mau !"" Tawar Mentari yang sedikit memasang wajah seramnya.
""hehe,, Becandanya bisa aja..ya sudah lanjutkan niat bikin kopinya, kita sudah selesai kok."" Ujar Sis tertawa renyah dan segera menarik tangan Des keluar pantry.
Kepergian wanita yang sok sempurna dari dapur, Mentari terlihat murung, Di tutupnya pintu pantry rapat rapat, sekarang tinggal dirinya yang berada di dapur kantor. di pegangnya dadanya yang terasa sesak sedih, memikirkan ucapan wanita tadi yang ketahuan mencibiknya dari belakang. Mentari memang berasal dari kampung, tapi dirinya tidak pernah menyinggung orang orang kota satu pun apalagi yang bekerja di perusahaan Biru. Tapi kenapa orang orang tidak suka dengannya.?
""Ya Tuhan, aku memang orang deso, tapi apa salah ku sehingga mereka tidak menyukai ku."" Ucap Mentari mengaduh seraya mengusap dadanya, sabar.
Seketika dirinya ingat saat awal ingin pergi merantau. orang orang kampungnya pun pada mencemoohnya kecuali keluarga Jum yang selalu perduli dengan keluarganya.
""Cih...Mentari sok sok kan ingin pergi merantau ke kota besar ! haha.... apa sih yang ia bisa kerjakan di sana ? Tidur saja masih di bawah ketek Ammanya, ini malah lagu laguan pergi merantau.""
Begitu lah salah satu cemoohan yang di dengar olehnya dari orang orang kampung yang memandang keluarganya sebelah mata. dan disini sama saja, ia kembali mendapat cemoohan dari para karyawan karyawan Biru.
Apa salah Mentari yang hanya ingin bekerja keras untuk kelangsungan keluarganya di kampung ? Mentari hanya niat merantau dan menghasilkan uang untuk Amma dan juga hanya ingin melanjutkan kuliahnya nanti, tidak ada maksud lain. Tapi kenapa orang orang tidak menyukainya, apa kah mereka iri kepadanya ? tapi apa yang patut di iri kan darinya, makan aja susah, ia hanya orang miskin bercita cita membahagiakan Ammanya yang sudah tua. tidak ada yang istimewa darinya. pikir Mentari.
Tak ingin berlama lama di pantry dan berujung dapat ketusan dari Biru hanya perihal kopi datangnya telat, Mentari pun bergegas meracik kopi. Di ambilnya cangkir cantik yang tersusun rapi di rak, menuangkan kopi hitam dan memberikan gula yang rendah kalori, Dan dengan hati hati ia pun menuangkan air panas kedalamnya.
""Apa perlu membawa gula cadangan aja kali ya, mana tau pak Bos lebih suka yang lebih manis, makanya wajah pak Bos manis begitu.""
Mentari pun membawa nampan berisi secangkir kopi plus gula berkalori rendah menujuh ke ruangan bosnya.
Mentari membuka pintu ruangan, di lihatnya Biru masih berkutat berkas berkas yang sudah di siapkannya tadi. Seketika dirinya sangat terpesona dengan wajah tampan bosnya itu, ketampanan Biru semakin bertambah di mata Mentari jika memasang wajah seriusnya dalam bekerja. Waaah...Mata Mentari baru normal ternyata, dari kemarin bekerja dengan Biru, ini baru menyadari jika Bosnya itu tampan bak malaikat tak bersayap. aihhh... Mentari sih, kebanyakan bergaul dengan tampan embe embenya di kampung, jadi Biru yang tampan begitu tidak di hiraukan sedari kemarin.
""Oh Tuhan, Betapa Tampannya pria ini......"" Lirih Mentari yang sedikit terbuai suasana indahnya. dengan Secangkir kopi dan sekotak gula di tangannya.
Tes...
Air liur Mentari tanpa sengaja menetes masuk kedalam kopi yang di pegangnya. Astaga, Segitunya Mentari mengagumi ketampanan bosnya itu ! awas saja ke tahuan, Bisa melayang tuh kopi ke wajah mu.
Biru tersadar ada Mentari yang berdiri di depan pintu lengkap secangkir kopi.
""Mentari, Sedang apa kamu bengong di situ.? ayo masuk"" Tanya Biru menyadarkan Mentari dari keterkagumannya. Untung Biru tidak melihat air liur mu masuk ke kopi, Mentari. bisa gahhhwat.
""iya Bos, ini kopinya sudah lengkap dengan cadangan gula, kalau masih kurang manis, bos Bisa memandang wajah saya.!"" ucap Mentari dengan sedikit candaan. Biru tersenyum geli.
Mentari tanpa sadar jika kopi tersebut terkena air liurnya, ia pun segera memberikannya ke Biru yang langsung di raih oleh Bosnya itu dan segera di seruputnya.
""Ah ! panas..panas!.""
Dasar Biru, sudah tahu pesannya kopi panas malah langsung di minum tanpa di tiup terlebih dahulu, bibir seksi Biru merasakan panas. Ia pun mengibaskan tangannya ke arah Bibirnya.
""eeh, Sini bos, sini bos.""Spontan Mentari mendekat, meniup bibir Biru berharap rasa panas itu segera menghilang.
Wajah mereka sangat lah dekat bahkan hampir bersentuhan, Biru yang tadinya hanya merasa kan panas di bagian bibirnya sekarang malah menjalar ke wajahnya, Hembusan nafas Mentari membuat jantungnya berdebar hebat, Sementara Mentari tanpa sadar dengan keadaan terus saja meniup Wajah Biru yang sudah memerah tersipu.
Mentari merasa cemas melihat Bosnya kepanasan akibat kopi yang di buatkannya.
""Bos tidak apa apa ?"" Cemas Mentari dengan polosnya memegang bibir Biru.
Biru semakin berdebar debar tanpa sadar spontan tangannya menangkap lembut tangan Mentari yang berada di bibirnya.
""Aku tidak apa-apa.!"" Ucap Biru dan segera melepas tangan Mentari. "" Sana jauh jauh, gerah nih."" Gugup Biru mengibaskan tangan seperti kegerahan benaran mencari angin dari kibasan tangannya.
""Aih.. kenapa jantungku bersport hebat berada di dekat Mentari."" Lirih Biru berkomat Kamit.
""Baiklah, Maaf atas kesalahan saya yang tidak becus membuat kopi."" Mentari malah mengira kalau Biru marah akibat kopi yang di buatnya terlalu panas. ia pun beranjak ke Meja kerjanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 269 Episodes
Comments
Nacita
gpp biar apet alias nunutur wae alias nempel terus sm kamu s birunya 😂😂😂
2022-07-29
0
Nacita
sirik aja lu kutu kebo...
2022-07-29
0
Totoy Suhaya
aduh mentari ko kamu polos bgt
2022-06-02
0