Mentari yang tidak sengaja menabrak seorang pria muda yang terlihat wow di mata Mentari seketika merapikan Jas mahal itu dengan cara mengusap usapnya seraya berkata...
""Aduh...teako panraki...teako panraki jakek bosi."" Gumamnya.( aduh... jangan sampai rusak... jangan sampai rusak jas hujan.).
Karena tidak tahu suit itu apa, ia menamai setelan suit pria yang berwajah tampan manis seperti brownies lumer itu dengan Jas hujan.
""Eheem.."" Dehem sang pria, menghentikan tangan Mentari dari setelan suit-nya.
""Tidak apa, dan tidak usah berlebihan, saya permisi.!"" Datar pria itu berlalu pergi. Tidak ada suara kasar, marah atau pun suara berat yang keluar dari mulut pria yang terlihat tajir itu. Membuat Mentari terkagum dengan lemah lembut orang tersebut.
""Mentari."" Senggol Bang Sam di lengan mentari. Mentari menyahut lirikan dengan alis terangkat.
""Tampuaan ya...aikee mauuuu."" Bang Sam ileran.
""Ho'oh... Sangat."" Mentari tumben otak polosnya mengerti pria tampan. ""eits, Bang Sam kan laki masa laki sama laki doyan."" kata Mentari dengan bahu bergidik jijik. Bang Sam tersenyum setelah mengusap air liurnya.
""Eheem."" Ada suara deheman lagi.
Mentari dan Bang Sam seketika menoleh ke asal suara yang sangat tidak asing di pendengaran...
""Bu Ros."" Gumamnya bersama dengan senyum ramah menyapa atasannya.
Mereka pun langsung berjalan cepat menuju office OB untuk melakukan absen ID card. lambat satu menit yang tertera di layar maka mop sapu daspen melayang di wajah, itu prinsip ibu supervisor, Bu Ros.
Waktu jam cepat berlalu, Kerjaan Mentari sudah usai untuk hari ini dan Mentari sedang berada di luar ruangan office OB, Bukannya pulang dengan girang membawa amplop coklat berisi kan gaji pertamanya Gadis manis tapi deso itu malah duduk menyenderkan kepalanya seraya menatap gaji pertamanya yang masih di tangan berbalutkan amplop.
Mentari membuka amplop tersebut.
""Ini Bayar kontrakan sama bayar kasbon di pak de."" Mentari memisahkan uang tersebut dan kembali menghitung sisa isi amplop.
""ini buat Amma di kampung."" Mentari memisahkannya lagi sehingga ada dua susunan uang yang berada di depannya.
Mentari mengintip isi amplop, tersisa tiga lembar berwarna biru, ia menghela napas pelan, sedih. buat biaya kuliahnya nanti tidak mendapat jatah, boro boro tersisih buat pendidikan, buat biaya Rantau dua Minggu aja kurang duit segitu di kota besar yang apa apa berduit kan semua. Beda di kampung duit 3 lembar segitu cukup buat beli lauk pauk satu bulan sebab sayur mayur hanya tinggal petik saja di kebun.
Mentari memutar otaknya mencari bagaimana jalan keluarnya, apa kah harus mencari kerjaan lain, kerja sebagai OG tidak cukup membagi bagi gajinya sana sini, Gaji tersebut hanya bisa buat hidup sendiri, Sementara Mentari, ia tidak tega jika tidak mengirimkan uang ke kampung. ngirim uang pun hanya sekedar nyicil hutang keluarga.
""Ternyata susah juga hidup Rantau di kota besar."" Lirihnya.
Tak ingin bersedih lama lama, ia pun memutuskan untuk beranjak meninggalkan Bang Sam yang asyik membagi bagi gajinya ke teman teman di dalam Office... eits, bang Sam bukan membagi percuma, melainkan bayar hutang. Mentari berniat berjalan tanpa arah untuk mencari kerjaan tambahan.
Mentari sudah berada di pinggir jalan yang banyak bersejajar kan pedagang pedagang berkaki lima berasa resto bintang lima, melihat itu, perutnya menjerit jerit ingin di kasih asupan.
""battang dompala."" (perut bodoh.)
Mentari mencibir perutnya yang tidak tahu diri, sudah di isi odading satu biji masih menjerit... Lapar....lapar...lapar.. perut mentari sedang berbahasa Inggris di dalam sana.
Mentari tidak mau sakit hanya karena keinginan perutnya tidak di turuti, ia pun melirik dari kejauhan warung nasi mirip dengan warung pak de.
""Ayo battang, kita nganre kanre uduk lagi."" (ayo perut, kita makan nasi uduk lagi)
Sebab murah, Mentari hanya bisa makan sebungkus nasi uduk tersebut.
""Bu, nasinya satu."" pesannya. lalu mendudukkan pantat sintalnya di kursi plastik berwarna hijau cerah.
""Pakai gorengan nggak, Mbak."" Ujar sang ibu.
Mentari menggeleng. ""Remukannya aja Bu, kalau gratis, tapi kalau di hitung jangan di kasih.""
Astaga Mentari....Padahal mah, mata, mulut, perut sangat kompak meminta gorengan yang lebar lebar, namun Mentari menahan diri, dua ribu perak saja lumayan kan buat irit irit.
Sepiring nasi uduk sudah di hadapan mata dengan remukan gorengan bertaburan layaknya bawang goreng di atasnya, Setelah memanjatkan doa makan, ia segera melahap pelan isi piring itu.
Mentari memperhatikan mobil bagus berhenti di depan warung makan nasi uduk. sepasang kaki bertumpuhan high heels runcing di bagian depan turun dari mobil itu. Mentari menamai runcing sepatu itu sebagai alat penombak ikan di sungai. Turun sudah pamor ibu ibu yang berpenampilan cantik anggun yang sekarang duduk di sampingnya.
""Ibu, pesan dua."" Ucap ibu cantik ke ibu warung.
Pesanan datang, Mentari menelan salivanya saat melirik ke ibu cantik, ibu itu seakan akan kelaparan sehingga makan pun sangat buru buru, Dau piring lagi. Hemmmmmm...Mentari saja geleng geleng di buatnya.
Sang ibu cantik melirik Mentari yang sedang meliriknya juga. Mentari gelagapan sudah ketahuan mencibirnya di dalam hati. Sang ibu menyengir anggun ke Mentari dan di balas senyum manis berbolong lesung pipi oleh Mentari.
""Kenapa dek.? mau nambah, nambah aja biar ibu yang bayar."" Tawar sang ibu.
Mentari menggeleng tahu diri. "" Tidak Bu, saya sudah kenyang."" Tolak Mentari begitu sopan. Sekarang cibiran hati mentari bukan ibu rakus lagi melainkan ibu baik hati sebab sudah baik menawarkan makanan untuknya.
""Oh..ya sudah."" ibu manggut pelan dan kembali dengan makanannya.
Mentari sudah selasai dengan makanannya yang tak tersisa, hanya piring kosong bekas tak bersisa sebiji pun di piring itu.
Mentari mengeluarkan dompet kumelnya dari dalam tas. ""Berapa Bu."" Ucap Mentari ke ibu warung. membuka dompetnya yang hanya tersisa tiga lembar berwarna biru. ibu cantik melirik dompet Mentari dengan Seringainya ada maksud tertentu.
Sang ibu warung sudah menghargai dan dengan cepat Mentari menyodorkan uangnya ke ibu warung.
""Aduh, dompet ku kemana ya.? apa aku di rampok.? bayarnya pakai apa dong ? mana makan dua piring lagi.""
Mentari mendengar dumelan sang ibu cantik sedang gelagapan membuka tas mahalnya mencari cari dompet.
""Biar saya yang bayar ya Bu."" Ucap Mentari pengertian. sang ibu cantik diam diam tersungging manis.
Mentari kembali mengeluarkan uang dari dompet kumelnya, tidak apa lah.. mengeluarkan uang yang tadinya di irit irit untuk sebulan, hitung hitung tanda syukur di gaji pertamanya. toh satu piring tujuh ribu ini, berarti di kali tiga. Mentari hanya mengeluarkan dua puluh ribuan lebih, masih ada sisa.
""Terimakasih lho ya, kalau boleh tahu namanya Siapa ?"" Sang ibu bertanya dengan lembut, tangan mulus nan putihnya pun di sodorkan ke Mentari untuk berkenalan.
""Mentari, Bu cantik."" Sahut Mentari tidak sadar sudah memuji.
Sang ibu cantik tersenyum termakan pujian. "" ibu Vanessa, panggil saja ibu Vane."" Sahutnya dengan suara terdengar Manja manja imut.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 269 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
YG DITABRAK MENTARI PSTI BIRU...
2023-03-03
0
Sulaiman Efendy
MAMANYA BIRU, ISTRI TITAN...
2023-03-03
0
Linda yani
semogga ibu cantik nya baek
2022-07-01
0