Lalu lalang kendaraan saling bersahutan bising menyapa perjalanan Mentari dan Biru menuju ke kantor cabang Sunjaya Grup yang di pimpin oleh Biru sebagai anak dari pemilik perusahaan yang bernama Titan Sunjaya.
Kini Biru duduk di depan kemudi mobil dan Mentari duduk di kabin belakang layaknya majikan yang sedang di sopirin oleh asistennya. ini....yang bos Mentari atau Biru ?. Entahlah, Biru malah pusing....Gara gara itu, Biru mendengus pelan. Harusnya Mamanya mencari paket lengkap seperti pintar menyetir gitu. Ah....Biru ada niat untuk mengajari Mentari untuk mengemudi mobil mewahnya.
""Mentari, ayo pindah ke depan."" Bujuk Biru untuk yang kesekian kalinya.
""Teaja bos ( tidak mau, bos.)"" Tolak Mentari pun yang kesekian kalinya dengan menggunakan bahasa daerah membuat Biru sesekali menggaruk kepalanya yang tidak terasah gatal.
""Aduh, ni cewek berucap apa sih ?"" Pusing Biru dalam hatinya, namun sangat enggan untuk bertanya.
""Mentari, bisa tidak kalau berucap dengan ku jangan menggunakan bahasa planet mu, aku tidak mengerti, Ok..."" Protes Biru terdengar kesal.
Namun anehnya, asisten itu tidak menggubris, Mata Mentari hanya sibuk menyapa pemandangan kota metropolitan. ia lagi memperhatikan Patung bundaran HI yang kadang muncul di layar TV Jum di kampung.
""Waaah...Jum, temanmu ini masuk Tv."" Deso Mentari seraya memperagakan gaya patung tersebut di atas duduknya. Biru tersenyum geli Seketika melihat tingkah deso Mentari.
""Mentari... pindah ke depan."" Pinta Biru lagi dengan suara di bikin lembut, padahal di dalam sana sudah gondok di buatnya hanya gara gara masalah pindah duduk saja. Untung Mentari seorang wanita, jika laki laki maka hancur sudah wajah Mentari di buat babak belur.
""Tidak mau pak Bos, Kita belum muhrim...kata Amma haram hukumnya duduk kurang dari satu meter dengan pria asing."" Mentari berbicara tanpa menoleh ke lawan bicara, dengan santainya gadis deso itu masih asyik melihat keramaian kota seraya duduknya itu lho, mmm... melebarkan jenjang kakinya, syukur Mentari menggunakan celana panjang jika itu rok...bau khas bawa sudah tercium oleh Biru di dalam mobil ber AC itu.
Nah, bahasa ini yang di tunggu tunggu Biru sedari tadi keluar dari ucapan deso Mentari, Seketika Biru mengerti alasan Mentari yang tidak mau duduk berdekatan dan itu ajaran Ammanya di kampung, polos sekali pikir Biru.
Tapi Biru semakin gondok di buat Mentari, Dirinya di anggap pria asing, Cih...Mentari ! Pria berwajah tampan manis itu yang akan memberi mu gaji untuk Amma di kampung.
""Bilangin sama Amma mu yang ada di kampung, Jika anaknya tidak di suruh duduk di depan dekatku sekarang maka Bosnya ini akan memotong gajinya sebesar Lima puluh persen."" Ancam Biru menggoda.
Otak akutansi Mentari On, Namun.....
""Tidak apa-apa kata Amma, Lima puluh persen masih sangat cukup buat Amma di kampung, dua bulan gajian dari pak Bos maka sudah lunas hutang Amma.""
Biru semakin dongkol dengan tolakan Mentari, Ancamannya tidak berlaku, tidak bisa di biarkan, selama ini hanya Vane, Mamanya wanita satu satunya yang membuat dirinya kalah berdebat, tidak dengan wanita lain lagi dan Biru tidak mau ada Vane kedua dalam hidupnya.
Mentari semakin songong atau entah itu sikap polosnya. ia malah curhat hutang Ammanya tanpa sadar dan ia tidak ada maksud. ia hanya menyampaikan yang ada di otak polosnya tanpa mau di pendam.
""Bilangin Amma mu juga, jikalau anaknya masih duduk di belakang maka terpaksa Bosnya itu akan memotong gajinya sebesar sembilan puluh persen."" Biru tersenyum miring meledek Mentari. pasti kali ini ancaman godaannya pasti akan berhasil.
""Tidak masal.....eeeh... jangan dong."" Otak akutansinya merespon hitungan gaji 10 persen tidak cukup untuk membagi hidup antara Amma dan pendidikan, dengan cepat pun Mentari pindah ke depan melalui sela kabin duduk depan.
""Mentari, kurang dari satu meter lho...!"" Biru melirik jarak duduknya dengan jarak duduk Mentari dengan tatapan meledek. ""Amma mu pasti akan memarahimu jika tahu."" Biru tersenyum geli kemenangan.
Entah kenapa? Biru terlalu cepat akrab oleh asisten satu ini, biasanya tidak ada yang bisa membuat seorang Biru cepat bergaul dengan wanita manapun kecuali wanita dalam keluarganya, rupanya....sikap polos deso Mentari membuat ketertarikan seorang Sagara Biru Sunjaya yang terkenal cuek dengan bau bau wanita. dan sampai saat ini seorang Sagara Biru Sunjaya belum ada satu wanita spesial pun yang berhasil mengisi hatinya, alias Biru selalu Jonges.... jomblo ngejes.
""Hemm."" Cemberut Mentari dengan lirikan malas. "" Amma pasti mengerti dengan keadaan terdesak, demi gaji ku tidak terimbas, aku rela melanggar sedikit saja."" belanya sendiri......Amma Mentari di kampung semoga tidak tersedak ludah sendiri akibat di sebut sebut terus oleh anaknya yang merantau.
""Eum, terserah..!""Malas Biru yang sudah sampai di depan lobby memarkirkan mobilnya dengan asal.
Mentari yang melihat Biru sudah turun, seketika dengan cepat ikut turun, Mentari memandang takjub dengan bangunan yang ada di hadapannya. Bangunan pencakar langit yang sepertinya di lapisi kaca di dindingnya sehingga mengeluarkan pantulan sinar saat terkena cahaya matahari.
Biru berjalan masuk di ikuti Mentari dari belakang tanpa banyak tingkah, sepertinya Mentari mengerti pancaran wajah bos Manjanya, Kini wajah tampan nan manis manja itu seketika berubah dingin datar tak berekspresi, Mentari Seketika merasa terserang stroke sendiri melihat ekspresi Bosnya berbeda seratus delapan puluh derajat dari rumah sampai berada di area kantor.
""Kok tiba-tiba merinding sih."" Gumam Mentari memegang tengkuk sendiri seraya berjalan mengekor.
Karyawan yang melihat bosnya memasuki lobby, seketika berbaris rapih menundukkan kepalanya seraya melempar sapaan selamat pagi. Biru sendiri hanya merespon dengan anggukan kepala tipis.
Tak lupa para karyawan terlihat sinis melihat Mentari dari ujung kaki sampai ujung kepala memperhatikan penampilan Mentari yang sangat terlihat lusuh, Mentari menyadari tatapan tidak suka itu.
Pikir Mentari, para karyawan Biru pasti merendahkan dirinya, bagaimana Mentari tidak ilfil sendiri, jika di lihat dari kejauhan saja sudah terlihat jelas sangat tidak enak di pandang.
kemeja polos bekas sekolahnya dulu masih di pakainya, Mentari hanya melepas lambang OSISnya saja di area tertentu di kemeja itu jadi terlihat seperti kemeja polos kerja biasa. Melihat celana kain panjang hitam Mentari....sama saja sudah tidak layak pakai, warnanya sudah tidak pantas di bilang warna hitam melainkan warna abu abu ke hitaman..dan lebih parahnya, mmmm... sepatu mu mentari, Sepatu mu minta makan roti di bagian depan, sampai jempol kakinya keluar sedikit mengintip.
""Mana wajah ceriamu ? kamu kenapa ?."" Tanya Biru menyadari wajah tertekuk Mentari. mereka berdua sekarang berada di dalam khusus CEO.
Mentari menggeleng. "" Tidak apa-apa, Bos."" Bohongnya. ""Maaf.""Merasa salah kurang cekatan bekerja, Mentari meminta maaf seraya menarik tas kerja Biru di tangan Bosnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 269 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
STELAH BERTEMU RADJA NNTI BARU TAU KLO DY KTURUNAN ORG BRADA...
2023-03-03
0
Nacita
ahhhh bos biruuuu tolong belikan mentari baju celana dan sepatuuuu 📣
2022-07-29
2
Nacita
hayo biru gmn tuhhhh 😂😂😂
2022-07-29
0