Kapal laut yang di tumpangi Mentari sudah bersandar di ibu kota, lebih tepatnya di pelabuhan Tanjung Priok.
Semua penumpang berlomba lomba menuruni tangga sampai pada rela berdesakan, Mentari sendiri hanya mengekor penumpang lainnya yang menuju pintu keluar tanpa ada tujuan yang pasti, pikirannya hanya satu kali ini, mencari kontrakan untuk menampung dirinya sebagai perantau di ibu kota.
""Hoeeek..""
Mentari yang tidak tahan dengan bau sampah yang di timbulkan di salah satu sungai di sekitaran jalan menjadi mual sendiri.
""Aih...kata orang orang ibu kota itu sangat indah, ternyata ada sisi jeleknya juga, mana bau lagi, mendingan nyium baunya 'bembe ku'( kambing ku) di kampung."" Mentari mendumel seraya memencet hidungnya.
Mentari terus berjalan di bawah panasnya terik mentari tanpa arah tujuan, ia meneliti gedung pencakar langit satu persatu yang menjulang tinggi.
""Waaah.."" Mata Mentari berbinar mendongak tinggi tinggi tertuju ke gedung apartemen yang menjulang tinggi nan luas lebar bagaikan perut artis gendut yang pemburu makanan atau yang sering berucap MANTUL mantap betul.
""Lompona ballana."" (rumahnya besar sekali)
Mood desanya on, sampai sampai ia tidak berkedip memandang gedung apartemen itu, ia berpikir berapa duit serta berapa banyak anak anak pemilik gedung sampai rela membangun rumah besar seperti itu. apa kah pemilik gedung punya anak 100 orang, iiih..gila, istrinya ada berapa? tidak mungkin satu kan ? bisa bobrok tuh rahim mengandung begitu banyak. atau mungkin istrinya yang banyak melebihi seratus orang ? aduh... di gilirnya bagaimana istri sebanyak begitu ?. Mentari malah berfantasi liar, otak polosnya seketika tercemar gara gara Apartemen yang di sangkanya rumah gueeede.
""Bagaimana sih.?""
Mentari memperhatikan orang yang lagi mendumel tak jauh di depannya.
""Ayo buka lowongan untuk bagian Cleaning servis.""
Mentari mencoba mengartikan kata Cleaning berarti pembersihan dan Service adalah layanan. artinya tukang bersih-bersih yang di bayar.
Nah....Pucuk di cinta ulam pun tiba. Mentari langsung semberiwing mendengar orang yang sedang mendumel ingin mencari orang untuk Cleaning Service atau bersih bersih, apa pun namanya Mentari ingin bekerja yang sudah ada di depan mata.
""Permisi, saya tadi dengar ada lowongan untuk menjadi tukang bersih-bersih, saya mau.""
Mentari begitu antusias, belum di iya kan sudah girang terlebih dahulu.
Dua orang yang sedang membutuhkan rekan yang berdiri di depan Mentari seketika langsung menatap Mentari dari unjung kaki sampai ujung kepala.
""Wong deso."" Kompak dua orang tersebut yang menilai penampilan Mentari.
Ahh... bahasa planet mana lagi itu, Mentari tidak tahu artinya, ternyata bahasa di negaranya begitu unik unik.
""Nama ku Mentari, Bukan Wong deso."" polos Mentari.
Supervisor CS/ OB yang bernamakan Rosliawati serta bawahannya sebagai OB yang bernamakan Safaruddin seketika tertawa mendengar celetuk kan Mentari.
Eeeiits..Mentari menatap teliti orang yang laki laki bernamakan Safaruddin itu dengan tatapan geli. pria namun..... terlihat lemas gemulai alias rada rada ngondek atau banci. rada lho yah...bukan gemulai 100 %
"" Apa kamu punya pengalaman bekerja sebagai OG."" Supervisor bertanya serius.
Mentari menggeleng jujur. boro boro pengalaman bekerja, ini aja hari pertamanya menginjak ibu kota.
""Tapi masalah bersih bersih Mentari sangat bisa."" Mentari menjentikkan kuku, seakan meremehkan pekerjaan bersih bersih itu padahalkan sebagian orang pekerjaan OB adalah paling menguras tenaga serta menimbulkan keringat.
""iih, manis amat sih loe."" Sang Banci mentoel toel gemas pipi berlubang Mentari.
Seketika Mentari merinding geli dan berhenti untuk tersenyum agar sumur di bagian kedua pipinya tidak terlihat.
""Ayo senyum lagi, gue suka lesung pipi loe."" Safaruddin memaksa Mentari untuk melebarkan senyumnya.
""Huss..bang sampah."" Lerai sang supervisor menepuk bahu bawahannya yang gemulai.
Safaruddin mengeram najoong. "" Bang sam, No 'pah'."" protesnya.
""Hihihi.."" Mentari tertawa geli di dalam hatinya, ternyata ada juga orang lucu di antara orang orang yang ia lewati sepanjang perjalanannya dari pelabuhan sampai....... entahlah Mentari tidak tahu daerah ini namanya apa.? yang ia lihat dari kejauhan di sekitar Apartemen terlihat pemukiman kumuh serta ada danau rawah atau sungai atau apapun itu, intinya air keruh serta banyak sampah yang mengambang di ujung pintu air.
""Nama ku Safaruddin, tapi panggil aku Bang Sam No pakai Pah, paham !"" Bang Sam memperkenalkan diri ke Mentari.
""Bang Sam pakai Pah, Bang sampah."" Entah Mentari budak atau sengaja, gadis manis itu malah melunjak.
""iiiiih.."" Bang Sam mengeram najoong lagi. ""Bu Ros."" Tambahnya mengadu ke supervisor nya.
Bu Ros bukannya marah dengan celetukan Mentari malah terlihat tertawa geli menambah ejekan Mentari untuk bang Sam.
""Ok, Mentari ! itu kan namamu.?"" Tanya Bu Ros, aslinya jika sudah di mood kerja, Bu Ros itu orang yang galak dan di segani oleh bawahannya kecuali Bang Sam No 'pah' yang sering melawaki atasannya. Dan Bu Ros akan seketika kembali ke Mood konyolnya walaupun lagi sedang galak.
Mentari mengangguk manis seraya melukis senyuman yang bang Sam tunggu tunggu untuk mengorek sumur dangkal Mentari yang di ciptakan Tuhan untuknya.
""Bang Sam paaaah, jagah tangan mu.?"" Bu Ros mendelik horor, Bang Sam cengengesan.
""Iiiiih..Gemas deh ah, lesung pipi mu itu seperti artis Afganistan."" Bang Sam malah berbicara ngelantur. dan membuat mata Bu Ros bertambah horor menatapnya.
""Sampah..."" Mood galak On. ""ajak Mentari ke office CS kita, kasih seragam dan training lah dia sebelum di lepas di koridor Apartemen."" Ketus Bu Ros.
""Siap laksanakan, tuan putri."" Bang Sam hormat seperti prajurit TNI.
""Ayo."" Bang Sam menggiring Mentari untuk mengikutinya.
Gadis manis itu hanya patuh, hatinya merasa legah, di hari pertama menginjakkan kaki di ibu kota, ia sudah di beri pekerjaan langsung, sungguh nikmatnya jalan yang tuhan berikan kepadanya.
""E e ehh." Mood deso Mentari kembali On saat dirinya berada di dalam lift yang akan mengantarkan mereka ke lantai 29 yakni lantai tempat Office OB berada. Tangannya langsung berpegangan di kepala Bang Sam.
""Bang Sam."" Mentari meminta penjelasan tentang ruangan apa yang ia masuki, Ruangan persegi yang berdinding besi stainless yang bisa tutup buka tersendiri dan bergerak-gerak seperti gempa bumi yang berkekuatan rendah.
""Jangan bilang loe baru tahu yang namanya lift."" Bang Sam menyingkirkan tangan kurang ajar Mentari dari rambut klimisnya. Bang Sam kayanya memakai minyak sayur setengah kilo deh untuk memberi kilatan anti kutu.
""Lift ?"" Ulang Mentari.
""Hadeeeh.. rupanya itu benar."" Bang Sam menepuk jidatnya. ""Loe baru datang dari planet ye."" Bahasa gaul Bang Sam On. Dan lambat laun Mentari akan tertular jika berada di sekitar Bang Sam.
""iye.."" Sementara Mentari menyahut dengan logat buminya.
""Dari mana ? planet mana loe berasal."" Tuh kan Bang Sam bertanya pakai bahasa yang Mentari susah di cerna langsung.
""Dari planet Bumi."" Mentari menyahut dengan mata pelajaran sekolahan.
Lagian Bang Sam sudah tahu gadis deso, pakai bicara ceplos ceplos yang tidak jelas. Mentari hanya Pintar dalam segi pelajaran, bukan segi pergaulan sehari-hari di kota metropolitan.
""haaadeee, kayanya Gue akan mentraining loe bukan hanya masalah pekerjaan deh, tapi semuanya, termasuk dari segi cara bertutur juga dari penampilan."" Bang Sam memutar mutar tubuh Mentari layaknya seorang ahli rombak penampilan, seperti artis itu loh, Ivan Gunawan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 269 Episodes
Comments
muti ara
😂😂 dari palet mana sih loe. dari planet bumi 🤣😂😂
2024-07-19
0
ApriLiyana Sari
Safarudin nama suami ku itu , 😂😂😂ya Allah
2022-07-11
2
Linda yani
tawa sendri jadinya mentari ama bg sam no pah 😀😀😀😀
2022-07-01
1