""Duduk."" Titah Biru dengan sedikit kasar memaksa Mentari duduk di sofa. Emosinya masih tidak terkontrol gara gara kejadian di restoran di tambah di koridor Apartemen ada setan nemplok main templokin bahu Mentari dan itu adalah bang Sam walaupun terlihat gemulai tapi ia tidak suka. Entahlah....Biru begitu emosional jika menyangkut Mentari padahal gadis deso itu hanya status asisten saja......Ahh...Biru cemburu buta yang belum haknya.
""Isht..."" Mentari melihat wajah Biru yang padam menyala emosi jadi merinding sendiri... Amma ! nasib anak rantau mu di rundung masalah yang tidak jelas dari Bos manjanya.
""Kenapa ? kenapa lapangan bola mu ada memarnya."" selidik Biru. tangan kanannya bergerak meraih kotak obat di atas meja ruang tamu.
""Oh...ini."" Mentari meraba jidatnya. jidat kecil begitu di bilang lapangan bola, Biru minta di suruduk rupanya oleh jidat Mentari.
""Tadi ada yang dorong aku masuk paksa ke mobil dan beginilah."" Lanjut Mentari dengan Sindirannya.
Biru terdiam, ia baru menyadarinya, ternyata ia sendiri yang menyakiti asistennya dengan emosi yang tidak jelas tak terkontrol.
""Bodoh."" umpatnya dalam hati untuk diri sendiri. ""Maaf."" Lirihnya menyesal. Namun Mentari tidak mendengarnya.
Biru membuka kotak obat, mengambil kapas dan memberikan alkohol pembersih luka, lalu membersihkan luka Mentari dengan pelan pelan, setelah itu ia membuka plaster obat kecil dan membubuhi sedikit obat merah dan langsung menempelkan ke jidat Mentari.
Mentari dag Dig dug jantungnya mendapat perhatian berlebihan oleh Biru, Ammanya saja tidak sedetail itu mengobatinya hanya karena luka ringan, cukup templokin air liur, beres sudah tuh luka. ini....OMG, Mentari butuh oksigen, ia menahan nafasnya di hadapan wajah serius Biru yang mengobatinya....awas kena penyakit....aaasma.!!!
""Sudah."" Ujar Biru membereskan kembali kotak obat.
""Te-ter-terimakasih."" Mentari malah gagap. ia terpesona dengan keindahan wajah tampan itu, walaupun polos ia mengerti yang mana tampan super sueeeer.
""Eum."" Biru kembali ke mode datar.
""Siapkan pakaian ku, aku mau berendam..gerah."" Titahnya beranjak dengan tangan di kipas kipas kan ke wajahnya, padahal ia cuma grogi di pandang dalam oleh Mentari.
Seketika Mentari mengingat pesan Jum ke Bang Sam. ia harus menelpon balik ke kampung tapi ia tidak punya handphone, Bagaimana dong ? masa pakai ulekan cabe halo halonya... sampai lebaran batu pun tidak akan tersambung.
""Bos.."" Cegat Mentari. Biru berbalik yang hampir masuk ke ruang Tv dengan alis terangkat satu.
""Setelah menyiapkan semuanya, apa boleh aku izin keluar ?, cuma sebentar kok."" pintanya memohon. ia akan menebeng morotin pulsa bang Sam yang hanya isinya goceng doang.
""Kemana ?"" selidik Biru, jangan bilang Mentari akan kabur atau jalan jalan ke tempat yang jauh, tidak ada izin kalau jauh jauh, asistennya kan tidak tahu seluk beluknya kota. bisa bahaya, Pikirnya.
""Cuma di koridor apartemen atau di lantai di antara 27,28 atau 29."" jelasnya. berdoa dalam hati semoga bosnya ngijinin.
""Eum baiklah, jangan lama-lama."" Biru menyeringai, kembali berlenggok meninggalkan Mentari setelah mendapat senyum berpipi bolong, rasanya ia tidak kuat lama lama memandang senyum itu, ia bisa menerkam Mentari jika masih menghadapinya.
Mentari bergegas mempersiapkan kebutuhan Biru, semuanya di kerjakan dengan buru buru, dari menyiapkan baju sang Bos manja. Menyiapkan makanan, membereskan pakaian kotornya yang main lempar sana sini di atas kasur. tidak ada yang tertinggal. kasian juga Mentari seisi unit, ia pula yang membereskannya sebab Biru tidak mempekerjakan ART. Bosnya tidak suka kalau ada orang asing yang keluar masuk ke unitnya, padahal ia pun orang asing, Pikirnya.
Mentari sudah beres, ia pun buru buru keluar dari unit Biru dengan penampilan acak acakan setelah beres beres ia tidak membersihkan dirinya takut Bang Sam sudah keburu balik ke kontrakannya.
Biru yang melihat Mentari baru keluar dari unit tiba tiba ikut keluar, ia kepo... Mentari mau kemana dan kepingin apa ?
Mentari mencari Bang Sam di area lantai antara koridor Lantai 27 dan 28, setau ia di waktu jadi OG Bang Sam di tugaskan membersihkan di lantai itu. atau ia akan mencari Bang Sam di office khusus OB di lantai 29.
Biru masih mengekori Mentari dengan pikiran penasaran. kenapa Mentari ke lantai itu.?
Ketemu, Bang Sam lagi mengemop pintu tangga darurat yang tertangkap di mata Mentari.
""Bang Sam.!"" Seru Mentari. ia langsung duduk di lantai yang baru di bersihkan oleh Bang Sam.
""Eh...pipi Bolong ! ada apa sayang."" Bang Sam masih saja memanggil Mentari dengan gemulai , ia ikut duduk di tangga darurat di samping Mentari duduk dengan gagang mop di tangan.
Biru yang bersembunyi di belokan koridor kembali cemburu, ada yang berani memanggil sayang asistennya, ia tidak bisa membedakan jika Bang Sam hanya bercanda dan harusnya ia tidak usah takut dengan pria lekong seperti Bang Sam.
""Bang Sam, Mentari minjam smartphonenya dong.!"" Pinta Mentari. Bang Sam terkikik geli.
""Ini bukan Smartphone Mentari, ini namanya hp jadul dul dul."" Bang Sam mengeluarkan hp tanpa ada kamera yang kecil punya.
""apa pun namanya, yang penting aku bisa nelpon ke kampung."" Mentari meraih hp jadul Bang Sam. Jadul jadul juga bagi Bang Sam dan Mentari yang penting bisa mendengar suara Keluarganya di kampung masing-masing.
""Ada pulsa kan, bang Sam ?."" Mentari mendail no Jum yang sudah di hafal luar kepala, kalau Jum mengganti no, bisa kehilangan komunikasi ia dengan Ammanya yang selalu di rindukannya.
""Ada dua ribu perak."" Santai Bang Sam. Biru terkikik geli. lekong itu bukan levelnya untuk bersaing dengannya.
""Cukup kok buat nelpon lama, Gratis punya, teman lho di kampung kan satu operator.""
Mentari tersenyum hangat, ia suka jiwa solid Bang Sam.
Tersambung suara di seberang menyahut, Mentari tersenyum.
""Ada apa Jum?."" Ujar Mentari, ia berharap Keluarganya baik baik saja, tidak biasanya Jum menghubunginya, dan ia pernah berpesan lewat hp jadul Bang Sam, kalau ada kabar apa-apa dengan Ammanya atau kakanya tolong segera untuk menghubunginya.
Percakapan bahasa daerah pun berlanjut lama dengan raut muka suram Mentari setiap Jum bertutur di seberang telepon.
Bang Sam dan Biru yang menguping tidak mengerti apa pun tentang bahasa daerah Mentari. Tapi mereka mengerti dari nada sedih Mentari jika pasti Mentari ada masalah yang menimpa keluarganya.
""Ni, bang Sam."" Mentari mengembalikan hp Bang Sam. setelah terputus.
""Ada apa Mentari ? apa ada masalah ?"" Tanya Bang Sam dengan muka serius.
Mentari mengangguk. ""Aku butuh uang untuk membayar hutang Amma, Ammaku berhutang di rentenir dengan surat tanah sebagai jaminannya, orang orang tega itu sengaja meminta lebih cepat kembali uangnya padahal belum waktunya, Amma sebenarnya rajin menyicil dan justru itu mereka marah dan dengan tega rentenir itu minta segera di lunasi semua dalam jangka satu bulan, rentenir itu aslinya kepingin menguasai sawah Amma, padahal itu adalah tempat makan kami dari kecil, dari kami di tinggal meninggal bapak.""
Mentari meneteskan air matanya seraya bercerita. Menyenderkan kepalanya di bahu bang Sam yang duduk di sebelahnya. ia tidak tega kalau Ammanya harus kehilangan sawah peninggalan bapaknya. apa pun caranya ia harus membantu kesusahan Ammanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 269 Episodes
Comments
Nacita
cihh.....penguntit 😂😂😂
2022-07-29
0
Kinan Rosa
yang sabar ya sayang
mentari kamu pasti bisa semangat ya 💪💪
2022-04-18
0
Kesia Amelia Girsang
🥺🥺🥺🥺💪💪💪💪💪
2022-04-09
0