Teman ku yang bernama Jum malah semberiwing melihat aku terheboh heboh karena kepanikan melihat kambing yang kesakitan dengan santainya Jum mendekati kambing itu.
""Mentari, sini mako a'jariki doktoro hewan dadakang."" (Mentari, ayo kita menjadi dokter hewan dadakan.).
Jum sangat antusias, Gadis itu tidak ada ngeri ngerinya sama sekali padahal aku sudah tegang melihat penderitaan kambing ku
""Eeeeh...Jum ! janganko tarik tariki Kepalanya, mati salla..""( eeeeh..jum ! kepalanya jangan di tarik tarik. Nanti bisa mati.)
Protes ku, saat Jum tanpa ngeri langsung mendekat ke kambing itu dan dengan santainya dia menarik kepala bayi kambing yang baru keluar separuh dari intim sang induk kambing.
""Wah.. bembe nu, anak na Burane."" Senang Jum setelah bayi kambing itu sudah keluar dari rahim sang induk. ( wah.. kambing mu , berjenis kelamin jantan.)
Aku pun tersenyum senang, bayi kambing itu insyaallah akan menjadi penyambung hidup di keluarga.
Jum membersihkan tangannya dari bekas darah bayi kambing itu hanya menggunakan Padang rumput dengan cara melap lapkan tangannya di rerumputan tersebut.
""iiih..jorok sekali kau, Jum. sana cuci tangan mu."" Logat ku.
Jum hanya cengengesan, seraya menggeleng tidak mau. Dia menatap ku penuh selidik. Entah ada apa di wajah ku, apa kah jelek ? kumel atau... entah lah.
""Kenapa kao melihatku seperti itu, Jum.?"" Tanya ku.
""Kita sudah maki lulus, di manaki akan lanjut.""( kamu sudah lulus, kamu akan melanjutkannya di mana ?)
Aku menatap lurus lurus ke depan yang hanya ada rerumputan yang luas, mendengar pertanyaan Jum, hati ku sedih, aku ingin sekali mencapai cita cita ku setinggi langit agar bisa membanggakan Amma ku, namun keadaan ekonomi yang tidak mendukung bagi ku.
"" tidak lanjutka, jum. Amma ku tena doena, ero'mama anjama timae, bingung tonga."" (Aku tidak melanjutkan, Jum. ibu ku tidak mempunyai uang, aku ingin kerja tapi Bingung, dimana ?)
""Ri kota jakarta mo dompla, naka na tawwa, jai jama kanjo, pasti Jai nu gappa doe kanjo."" Saran Jum. ( di kota Jakarta saja, bodoh. kata orang orang, banyak kerjaan di sana, pasti kamu akan dapat uang yang banyak.)
Aku langsung memikirkan masak masak saran dari Jum, Emang iya, sih. kata orang orang di sana sangat cepat mendapatkan uang, katanya.
Apa aku harus merantau saja demi mendapatkan uang yang banyak ? biar ibu tidak terlalu terbebani ? Tapi aku belum pernah keluar desa, boro boro keluar pulau, ke inti kabupaten saja aku tidak pernah, tapi demi cita cita ku , ibu dan kaka , aku harus bertekad, nekad dan harus mencoba memperuntung kan hidup di kota.
""Ku pikir pikir Ki dulu, Jum. terimakasih sarannu."" ( akan ku pikir pikir dulu, Jum. terimakasih sarannya.)
Jum pun mengangguk tersenyum tulus, dia adalah gadis baik nan sopan tidak memilih teman seperti anak sebaya kami, tidak ada yang mau berteman dengan ku, mungkin aku miskin... mungkin, jadi.....ya udah lah, aku pun tidak mengambil pusing akan hal itu, toh aku dan keluarga susah tidak harus merengek kepada orang lain.
Hari sudah senja, ini waktu aku balik dari Padang rumput, kambing tanpa di giring pun bisa mencari arah nya sendiri, aku dan Jum hanya mengekor di belakang, seraya aku menggendong bayi kambing ku yang baru lahir di dunia.
""Mbeeek...Mbeeek.""
Aku hanya tersenyum kecut saat suara dari seorang cowok sebaya ku yang orangnya nyebelin, belagu, sok ganteng dan sok kaya di kampung kami, terdengar meledek ku yang tukang pengembala kambing.
""Mentari, Lo bau kambing, Manis si manis tapi sayangnya tubuh indah mu hanya di takdirkan untuk menjadi pengembala saja.""
Lukman. Pria tengik itu, berbicara sombong dengan logat Jakartanya mentang mentang sering bolak balik ke kota, jadi bahasa daerahnya sendiri di lupakan, dia menghina diriku karena......dulu sewaktu sekolah aku perna menolaknya.
""Apa ? biarmi botto ka, tapi tena ku sombong singkamma kau, tapi... botto kamanne lebak jako ku tolak cintanu."" (apa? biarin saja tubuh ku bau, yang penting aku tidak sombong seperti dirimu, tapi....bau bau begini, aku pernah menolak cinta mu.)
ketus ku ke Lukman, dengan sengaja bayi kambing yang ada di gendongan ku, ku sodorkan ke wajahnya dengan sangat agresif, Lukman pun lari ngeberit dengan wajah terlihat marah, entah marah karena perkataan ku perihal penolakan ku, atau karena si ulah bayi embe. aku pun bodo amat.
""Dasar...tanja Tedong."" (dasar....muka kerbau) Umpat ku berteriak ke Lukman.
Jum hanya terbahak saat Lukman kabur hanya karena takut dengan bayi kambing yang aku gendong. kami pun terpisah karena arah rumah kami berbeda.
******
Siang ini aku berada di sawah bersama ibu sedang beristirahat di pondok sawah yang kecil, sawah kami sekarang di tanami pohon cabe rawit setan yang pedas pool itu lho...
""Amma, eroka mange ri Jakarta, anjama."" Pinta ku memohon. ( ibu, aku pengin ke Jakarta untuk bekerja.)
ibu ku langsung terkesiap dengan raut wajah terlihat sedih seraya berkata.
""Nangapa na bella mamo nak, teamako anjama i, ku kulle ja appakanre ko."" ucap ibu yang sudah berlinang air mata sedihnya. (Kenapa harus jauh sekali, Nak. tidak usah bekerja, ibu mu masih bisa memberi mu makan.)
Ku usap air mata ibu ku yang berlinang di pipi kusamnya. aku pun meyakinkan ibu dengan secara halus keinginan ku yang ingin mencari modal kuliah demi cita cita ku kelak, dan demi keluarga kita juga.
Tapi...ibu malah menyampaikan hal yang mengejutkan bagiku. ibu menyampaikan bahwa ada lamaran untuk ku, yang tidak lain dari keluarga Lukman.
Dasar si pria tengik, bukannya dia begitu sombongnya menghina ku dengan mengataiku bau kambing, tapi kenapa malah melamarku...mmm...aneh, pasti ada udang di balik piring. ( batu.).
Dengan tegas aku menyampaikan penolakan ku ke ibu, walaupun Lukman mengiming-imingi uang seserahan begitu menggiurkan serta barang barang mewah lainnya, tapi aku ogah..aku tahu kalau dia tidak bersungguh sungguh dalam niatnya.
umur ku masih muda, cita cita ku begitu tinggi, aku tidak akan mau menikah sebelum aku belum membanggakan ibu ku.
ibu pun pasrah dengan keinginan ku, keputusan ku sudah bulat dengan penuh tekad demi keluarga ku, aku harus menjadi orang sukses dan awal ke suksesanku adalah kota metropolitan, Jakarta. MUNGKIN...
Sebelum kepergian ku untuk merantau di kota orang, hari ini aku akan membantu ibu di sawah sampai petang datang.
Dengan ku ucapkan basmalah, kupejamkan mataku di bawah terik mentari seraya berdoa di dalam hati, Semoga hari ini, esok dan seterusnya kehidupan ku akan baik baik saja di rantau sampai ke suksesan hidup menghampiri ku. Amin....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 269 Episodes
Comments
Yusria Mumba
semangat,
2022-08-27
0
Aretha
Tedong = kerbau ya..kl bhs saya Tedong = ular....tapi mungkin beda lafal namun sama huruf...semangat thor..sy suka banget..moga sampe akhir keren....dan bikin ngakak juga....like,vote n gift sdh meluncur ya
2022-08-05
1
M Prasetiyo
lanjut thor
2022-06-25
0