MELINDUNGI

"Fan, kayaknya kamu harus ke Jakarta kali ini deh. Buat ngajarin sepupu kamu terlebih dahulu, minimal seminggu aja deh!" saran Raka.

 

 

Fania menimbang-nimbang ucapan Raka yang akhirnya ia setujui. Tidak ada salahnya untuk mengajari sepupunya tentang bisnis. Walaupun melalui didikan Raka, itu tidak cukup. Terlebih sepupunya baru terjun dalam dunia bisnis.

 

 

Fania hanya ingin kembali untuk mengurus perusahaannya. Bukan untuk mengingat tentang masa lalunya yang begitu ingin ia kubur dalam-dalam. Fania sendiri sudah enggan dengan Reza yang pernah menghancurkan perasaannya begitu saja. Kini, setidaknya ia memiliki Raka yang akan melindunginya.

 

 

"Tenang aja kalau soal urusan, Reza. Aku akan jagain kamu sama calon bayi kamu, Fan,"

 

 

"Ih apaan sih. Aku juga percaya kalau kamu jagain aku, iya kan?"

 

 

"Iya, aku akan bayar hutang aku sama Fandi. By the way, jadi kapan berangkatnya, hmm perutnya udah tambah besar ya?"

 

 

"Iya, Ka. Aku nggak sabar pengin dia lahir."

 

 

"Kalau dia lahir, aku bakalan ada di sisi kamu, Fan. Aku janji bakalan jagain,"

 

 

Fania tertegun dengan ucapan Raka. Ia juga percaya bahwa Raka akan selalu di sisinya. Meski mereka adalah sepasang mantan kekasih. Tetapi Raka tidak pernah melanggar janjinya seperti yang dikatakan oleh Reza dulu. Kini, ia akan berusaha untuk tetap menjaga calon bayinya tanpa bantuan dari mantan suaminya. Meski Reza merupakan ayah dari bayi yang ia kandung. Akan tetapi meskipun begitu, Fania telah berjanji pada dirinya tidak akan pernah memberitahukan siapa ayah dari bayinya tersebut dan akan berusaha untuk membesarkan anaknya sendirian kelak. Memerankan dua peran sekaligus meski itu sangatlah sulit untuk dilakukan.

 

 

"Ya sudah, ayo buruan berangkat."

 

 

"Berangkat ke mana?"

 

 

"Jakarta!"

 

 

"Aku belum siap-siap,"

 

 

"Masih ada waktu dua jam lagi, aku sudah pesan tiketnya. Karena aku yakin bahwa kamu nggak bakalan nolak itu, Fan,"

 

 

"Terus?"

 

 

"Siapin barang yang bakalan kamu bawa sekarang!"

 

 

Fania membelalakan matanya seketika saat Raka sudah menyiapkan itu semua. Ia segera masuk ke dalam kamarnya untuk menyiapkan barang bawaannya. Baru saja Fania memasukkan beberapa pakaian, Raka menyingkirkan dirinya dan diambil alih oleh Raka.

 

 

"Duduk saja, nggak usah capek-capek. Biar aku saja yang selesaikan ini semua, ngomong-ngomong kamu keluarin dari lemari apa aja yang bakalan kamu bawa!"

 

 

"Ka, nggak usah!"

 

 

Fania merasa malu karena ia hendak memasukkan beberapa pakaian dalamnya. Tetapi Raka sangat nekat untuk membantunya memasukkan barang ke dalam koper.

 

 

"Ka!"

 

 

"Hmmm?"

 

 

"Bisa nggak kalau itu aku masukin sendiri?"

 

 

"Itu apa?"

 

 

"Itu tuh!" Fania menunjuk ke arah belakang Raka. Pria itu langsung menyingkir setelah melihat pakaian dalam Fania terpampang di belakangnya.

 

 

"Sorry, Fan!"

 

 

"Nggak apa-apa,"

 

 

Fania langsung memasukkan barangnya. Sementara itu Raka menunggu di depan pintu. Ia sangat bersyukur bahwa Raka selalu mengunjunginya setiap seminggu sekali. Meski itu terbilang berlebihan. Tetapi pria itu sangat tidak suka jika Fania mulai protes.

 

 

"Ayo!" ajak Fania.

 

 

"Hmm, itu Fan. Boleh?"

 

 

"Apanya?"

 

 

Raka menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Fania tersenyum melihat tingkah pria yang kini berada di depan matanya yang terlihat seperti sedang salah tingkah. "Pegang perut?"

 

 

Fania mengangguk dan langsung meraih tangan Raka dan mengarahkannya ke perutnya. Pria itu tersenyum dan mengelus perutnya berkali-kali. Sungguh, Fania merasa itu sangat menyedihkan, tatkala hal itu yang harusnya ia dapatkan dari Reza. Justru ia dapatkan dari pria lain.

 

 

"Baik-baik di dalam ya dek. Mama nggak boleh sedih, ohya di sini bakalan ada Om yang selalu jagain kamu,"

 

 

"Ka!"

 

 

"Hmm?"

 

 

"Terima kasih ya!"

 

 

"Sudahlah. Ngomong-ngomong nanti kita USG ya, kan sudah lima bulan. Pengin aja gitu lihatnya kayak gimana,"

 

 

"Raka, kamu yang orang lain aja begitu peduli. Sedangkan dia memiliki Papa kandung, tetapi nggak peduli sama kehadiran dia,"

 

 

"Sssst, Mama nggak boleh ngomong gitu. Adek nggak boleh sedih, di sini bakalan ada Om yang selalu sama dia. Selalu jagain Mama. Dan juga di sini Om akan selalu ada, kapan pun Mama butuh,"

 

 

Fania terharu sehingga air matany terjatuh tanpa ia sadari. "Kenapa nangis?"

 

 

"Nggak apa-apa. Cuman terharu aja sih, ohya kamu nggak niat nikah gitu?"

 

 

"Fan, bisa kan nggak usah bahas yang begituan? Kalau bisa ya, sama kamu aja deh,"

 

 

Fania terdiam.

 

 

"Kenapa diam?"

 

 

"Aku kan sudah tolak kamu, belum lagi waktu itu aku sudah sakitin perasaan kamu, Ka,"

 

 

"Fania, kamu itu nggak tahu apa-apa. Jadi jangan pernah kamu itu ngerasa bahwa nyakitin aku, nggak pernah ya ada dendam di hati aku walaupun waktu itu aku serius mau jalanin ini semua sama kamu.bahkan aku deketin kamu waktu itu juga bukan niat main-main. Ya walaupun di kantor aku terbilang pria brengsek waktu itu. Tapi kalau soal hubungan sama kamu, aku itu serius banget,"

 

 

"Maafin aku ya!"

 

 

"Boleh kan?"

 

 

"Boleh apa?"

 

 

"Jadi Papa untuk anak kamu,"

 

 

"Ka. Bukannya ini terlalu cepat?"

 

 

"Kita tunggu lahir, seenggaknya dia nggak kesepian nanti,"

 

 

"Memangnya kamu terima?"

 

 

"Apa alasan aku nggak nerima dia? Apa alasan aku nggak bisa buat kamu bahagia? Dan apakah dalam mencintai harus disertakan dengan seribu alasan? Nggak cukup satu saja alasannya? Yaitu kamu, apa itu nggak bisa yakinin kamu?"

 

 

"Tapi ini terlalu cepat, Ka,"

 

 

"Aku bisa nunggu," Fania menatap Raka. Tidak ada kebohongan di mata itu. Selama ini Raka selalu membantunya begitu banyak hal. Sedangkan Reza, ia masih belum bisa untuk membuka hati kembali dengan siapa pun. Mengingat bawa Reza pernah menyakiti hatinya begitu dalam sehingga ia sulit untuk menerima hati yang baru untuk singgah mengisi hatinya lagi.

 

 

"Kalau aku belum bisa?"

 

 

"Aku yang bakalan cintai kamu, Fan. Cepat atau lambat, aku yakin kamu juga akan mencintai aku, sama kayak aku yang selalu cintai kamu. Terlebih saat Fandi udah nggak ada. Ngomong-ngomong kamu selama hamil nggak pernah kunjungi dia?"

 

 

Fania menunduk dan mengangguk. "Raka, jujur aku hargai semua usaha kamu. Usaha kamu buat selalu ada dan nemenin aku, bahkan kamu begitu baik sama aku. Cuman aku nggak bisa buat nerima kamu, karena bukan berarti aku nggak hargai kamu. Tetapi jauh dalam hati aku, aku nggak bisa terus seperti ini, belum lagi aku masih sangat menutup hati buat siapapun. Nggak mau hal itu terulang lagi. Terlebih aku harus berjuang buat anak aku,"

 

 

"Aku ada. Oke kita akan cari rumah atau aku akan cari apartemen di Jakarta khusus buat kamu. Yang di mana Reza nggak bakalan nemuin kamu. Nggak bakal tahu kalau dia punya anak dari kamu. Terlebih, aku nggak bakalan ngasih tahu perihal ini,"

 

 

Fania mengelus perutnya. "Raka, ini nggak keterlaluan kan? Aku nggak jahat misahin dia dari Papanya nanti?"

 

 

"Kamu nggak salah. Lebih baik memang nggak kenal. Dibandingkan kenal tetapi ia hanya akan menerima kepahitan dan dendam kelak sama Papanya mengingat bahwa Mamanya di sakitin gini,"

 

 

"Hmmm, thanks Ka."

 

 

"Ayo berangkat!"

 

 

***

 

 

Fania menghirup napas sepuasnya setelah tiba di bandara Soekarno-Hatta. Ia merasa lega dan sangat rindu dengan suasana kota Jakarta. Tetapi ia lebih rindu lagi suasana yang tidak terlalu ramai ketika berada di Lombok. Lalu lintas yang berlalu lalang begitu tenang tak pernah ada kemacetan separah Jakarta.

 

 

"Ayo!"

 

 

Fania menoleh ke sampingnya. Yang di mana Raka telah menunggunya dan berdiri di samping taksi. Fania berjalan dengan sangat hati-hati untuk mendekati Raka yang sedang membantu sopir memasukkan barang-barangnya.

 

 

Mereka terus berbincang selama di perjalanan. Fania yang sesekali di buat tertawa dengan tingkah konyol Raka yang selama ini tidak pernah ia lihat. Raka yang dari dulu memang selalu romantis, kini pria itu tetap sama menjadi pria yang romantis.

 

 

Setibanya di apartemen Raka. Mereka berdua begitu kikuk karena hanya mereka berdua yang berada di apartemen itu. Meski begitu, Fania juga merasakan suasana yang sangat berbeda.

 

 

"Raka, kan kita mau ke dokter. Kamu mau lihat dia kan?"

 

 

Akhirnya Fania memberanikan diri membuka suara dengan cara mengajak Raka ke dokter untuk melakukan USG.

 

 

"Nggak istirahat dulu?"

 

 

"Nggak deh,"

 

 

"Fan, jangan khawatir ya. Aku cuman mau kamu baik-baik aja di sini. Karena aku nggak mau kamu ketemu lagi sama Reza,"

 

 

"Iya, aku ngerti, Ka."

 

 

Fania mengangguk paham dengan apa yang di katakan oleh Raka. Justru pria itu yang lebih khawatir perihal kandungannya. Meski memiliki rumah sendiri, benar apa yang dikatakan oleh Raka, bahwa ia harus berada di sisi Raka.

 

 

Di dalam perjalanan Fania menatap ke arah luar jendela sambil mengelus perutnya yang membuncit. Ada suatu kekhawatiran tersendiri saat ia nantinya melahirkan. Sedangkan ia sudah tidak punya siapa-siapa lagi orang terdekatnya seperti orang tua dan juga saudara. Hanya ada saudara sepupu. Namun tentu rasanya sangat berbeda dibandingkan seperti biasanya. Air matanya menetes begitu saja. Saat itu tangan kanannya digenggam erat oleh Raka. "Jangan khawatirkan apa pun. Aku ada buat kamu, Fan. Kamu takut nggak ada yang nemenin kamu ngelahirin kan? Ada aku, jangan pernah kamu merasa sendirian lagi, jangan pernah merasa bahwa kamu nggak punya siapa-siapa."

 

 

Fania menatap pria yang tengah berada disampingnya dan melepaskan genggaman Raka. "Fokus nyetir, Ka!"

 

 

Fania menyandarkan kepalanya. Ia merasa rindu kepada orang tuanya. Terlebih kepada Fandi. "Kangen, Fandi,"

 

 

"Iya, aku ngerti. Doain aja, ngomong-ngomong setelah ke dokter, kita ke makam dia, mau?"

 

 

Fania mengangguk.

 

 

Hingga tiba di depan rumah sakit. Fania masih sibuk dengan lamunannya sendiri. Hingga akhirnya ia tersadar setelah Raka melambaikan tangan di depan matanya.

 

 

"Ayo masuk!"

 

 

Fania turun dari mobil dan berjalan pelan menuju rumah sakit. Ia melakukan itu juga untuk pertama kalinya. Semenjak perceraiannya, ia lebih fokus untuk mengurus usaha barunya. Hingga untuk ke rumah sakit sekadar USG saja ia tidak sempat.

 

 

Mereka telah mendaftarkan diri. Hingga nomor antrean yang begitu banyak, Fania mendapat nomor terakhir.

 

 

Saat masuk ke ruang dokter. Ia mulai di baringkan di atas brankar dan mulai melakukan USG. Fania sungguh terharu melihat perkembangan calon bayinya dan begitupun dengan Raka yang tak lepas menggenggam tangannya.

 

 

"Jenis kelaminnya, perempuan ya, Pak, Bu!"

 

 

Fania merasa sangat terharu. Ia tidak menyangka bisa mengandung seorang bayi. Meski mengandung seorang diri, tetapi bagaimanapun caranya ia akan tetap membesarkan bayinya sendirian. Meski tidak ada Reza.

 

 

Seusai memeriksakan kandungan. Fania izin untuk pergi ke toilet rumah sakit. Walaupun Raka meminta izin untuk mengantarkan, tetapi Fania menolak dan akhirnya pergi sendirian ke sana.

 

 

Matanya sangat sakit melihat pemandangan sepasang suami istri baru yang berada di depan matanya. Mata mereka bertemu, dan itu Fania langsung menarik sweater yang ia gunakan untuk menutupi perutnya. "Oh jadi gini kelakuan kamu di luar? Kamu aku ceraikan sekarang justru hamil?"

 

 

Fania tak menghiraukan apa yang dikatakan oleh Reza. Justru ia tetap melewati suami istri tersebut yang baru saja ingin kembali dari toilet.

 

 

"Aku nggak seburuk seperti yang kamu lakukan. Kamu begitu bangganya menghamili perempuan lain di luar pernikahan. Apa itu yang buat kamu merasa sangat baik, Za?"

 

 

Fania merasa hatinya terasa nyeri. "Apa yang kamu mau katakan lagi, Za? Ayo katakan!"

 

 

"Nggak ada. Cuman nggak habis pikir aku tuh ya. Kamu pasti selingkuh sama Raka? Kamu hamil anak dia? Iya kan? Apa bedanya aku sama kamu, hah? Kamu juga hamil anak pria lain, aku juga nggak salah dong, dan Nesya ini istri aku,"

 

 

"Aku sama kamu beda, Za. Anak aku itu suci, nggak hadir dari luar pernikahan,"

 

 

"Jadi kamu mau bilang dia anak haram?"

 

 

"Bukan anaknya yang haram. Tapi kelakuan orang tuanya yang bejat. Nggak ada anak yang haram, Za. Yang ada itu adalah orang tua bejat, nggak ada anak yang mau terlahir seperti itu, nggak ada anak yang mau lahir dari orang tua yang bejat,"

 

 

"Hah," Reza mengangkat tangan kanannya hendak memukul. Tetapi ditahan oleh Fania. Keadaan toilet yang sangat sepi, hanya ada mereka bertiga di sana.

 

 

"Kita sudah nggak ada hubungan apa-apa lagi, Za. Jaga sikap kamu!"

 

 

Fania yang berhasil menahan tangan Reza hanya tersenyum miris. Namun saat itu juga Reza mengempaskan tangannya begitu kencang hingga Fania jatuh tersungkur ke lantai. Tak beberapa lama kemudian darah keluar dari daerah kewanitaannya. Kedua orang tersebut langsung pergi begitu saja. Sementara itu Fania meringis kesakitan di sana dan berusaha mencari pertolongan.

 

 

Fania yang merasa sangat tidak lagi menahan rasa sakitnya perlahan penglihatannya kabur. Saat hendak menutup mata, ia mendengar namanya dipanggil berkali-kali dan ia sangat kenal dengan pemilik suara itu. Hingga akhirnya ia tak sadarkan diri.

 

 

****

 

 

Suara alat medis dan bau obat-obatan yang sangat menyengat membuat Fania tersadar setelah beberapa lama pingsan. Di sampingnya masih ada Raka yang begitu setia menemaninya. Perlahan ia membuka matanya untuk mencari kesadaran. Meski penglihatannya samar-samar. Ia memaksakan diri demi memastikan bahwa calon buah hatinya baik-baik saja.

 

 

"Raka, pe-perut aku?" Fania begitu panik saat merasakan perutnya yang begitu datar. Sementara itu Raka terus menggenggam tangannya.

 

 

"Raka jawab!" teriak Fania.

 

 

Raka memejamkan matanya dan berusaha menenangkan Fania. Tetapi perempuan itu justru histeris, "Dia sudah nggak ada. Kamu keguguran saat jatuh di toilet, kamu kenapa bisa jatuh di lorong toilet?"

 

 

"Reza, pelakunya Reza. Tadi aku ketemu dia di sana, dia hampir tampar aku, terus aku tahan, terus dia buat aku jatuh, terus lagi darah keluar saat perut aku sakit, terus—"

 

 

"Sudah," Tubuh Fania di dekap erat oleh Raka. "Biar aku yang selesaikan ini semua, istirahat, Fania maaf seharusnya aku bisa jagain kamu dengan baik. Harusnya aku antar kamu walau sekadar ke toilet,"

 

 

"Raka, kenapa semuanya terjadi seperti ini? Fandi, Mama, Papa. Mas Reza pergi, dan sekarang dia, harus meninggal di tangan Papanya sendiri, kenapa harus aku yang nerima semua ini, Ka? Kenapa? Kenapa nggak dia aja yang sekali saja ngerasain derita seperti ini? Kenapa harus aku?" Fania memeluk Raka begitu erat, ia sangat merasa sakit saat mendengar kabar kehilangan buah hatinya yang ingin ia jaga. Satu-satunya yang akan menjadi penyemangat hidupnya kelak, justru anak itu tiada sebelum lahir ke dunia.

 

 

"Tuhan punya rencana lain di balik semua ini. Barangkali dia memang nggak mau hidup karena melihat tingkah Papanya yang seperti itu, Fania aku tahu kamu merasa sangat terpukul, kamu mau lihat dia?"

 

 

Fania justru mengeratkan pelukannya dan air matanya terus keluar membasahi kemeja yang dikenakan oleh Raka. "Kenapa kehilangan selalu saja menimpaku, Raka?" Fania mengeluh dan menangis terisak. Siapa yang tidak sakit, saat anak yang ia harapkan justru pergi begitu saja. Beberapa waktu yang lalu ia hanya melihatnya di layar monitor, kini bayi itu sudah tidak ada di dalam rahimnya. Ia terus memegangi perutnya sambil memeluk Raka. Pria itu terus berusaha untuk menenangkan, akan tetapi Fania sangat sulit untuk tenang perihal hal ini. Karena satu-satunya harapannya adalah bayi tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

 

Terpopuler

Comments

Gahara Rara

Gahara Rara

begitu berat beban mu fania

2021-06-19

0

Ica Snow Kim

Ica Snow Kim

REZA GILA, DORONG FANIA YG LAGI HAMIL, BERDARAH BUKANNYA DI TOLONGIN MALAH DI TINGGALKAN PERGI 😡🤬😡🤬😡🤬,

SEMOGA REZA CEPAT DAPAT KARMA 🤬🤬🤬🤬🤬

2021-03-05

0

MaiiDavi

MaiiDavi

kebangetan lo thor kali2 siraka dong lo kasih sianidaa 😂

2020-11-21

0

lihat semua
Episodes
1 Persahabatan
2 Kebiasaan
3 Problem
4 Mabuk
5 BERDEBAR
6 KEJADIAN
7 Takut
8 DUKA
9 Calon Istri
10 Maaf
11 Belum ada cinta
12 PELUK
13 Penggoda
14 Harapan
15 Mencintaimu
16 PILIHAN
17 Berakhir
18 KEINGINAN UNTUK HADIR
19 MELINDUNGI
20 KEHILANGAN
21 KESEDIHAN
22 BENCI
23 MENEBUS RINDU
24 BAHAGIAMU BERARTI
25 MENJAGAMU
26 HARUS BAHAGIA
27 HARGA DARI SEBUAH SETIA
28 MASA LALU MENYAKITKAN
29 TIDAK ADA SALAHNYA
30 MENGALAH
31 KELUARGA BAHAGIA
32 MENURUTI
33 JANGAN DIULANGI
34 PERMINTAAN
35 YANG TERBAIK
36 BERTEMU LAGI
37 RINDU UNTUKMU
38 JANGAN EGOIS
39 SELISIH PAHAM
40 Masa lalu yang datang
41 ketidaksengajaan
42 jadilah yang terbaik
43 Kalahkan Ego
44 Gagal
45 Berita Buruk
46 Apa pun Risikonya
47 Kesalahan Masa Lalu yang Menyedihkan
48 Mengakhiri
49 Alasan Lain
50 Memperbaiki
51 Tidak Ada yang Dibandingkan
52 Usaha Sendiri
53 Tidak Ada Salahnya
54 Sifat Yang Berbeda
55 Keterlaluan
56 Kejadian Semalam
57 Tak Terduga
58 Semua Menjauh
59 Benci Itu Tidak Pernah Ada
60 Kasih Sayang Orang Tua
61 Memberi Efek Jera
62 Permintaan Maaf
63 Keinginan
64 Terpana
65 Perdebatan
66 Tak Disengaja
67 Rahasia
68 Cinta Abadi
69 Ketakutan
70 Tumben
71 Berbeda
72 Mabuk
73 Menang Sendiri
74 Perintah Orang Tua
75 Belum Waktunya
76 Lihat Saja
77 Tolong Pergi
78 Dipaksa
79 Terlalu Polos
80 Luka Itu
81 Sama Saja
82 Jaga Dengan Baik
83 Membantah
84 Kebodohan Keano
85 Semua Palsu
86 Doakan Saja
87 Rayuan Manis
88 Alur Permainan
89 Pergi Dengan rasa sakit
90 Pilihan Meninggalkan
91 Kesepakatan
92 Apalagi?
93 Terserah
94 Jangan Diungkit!
95 Melamar
96 Janji Suci
97 Tidak Peduli
98 Menuntaskan
99 Tanggung Jawab
100 Kebohongan Tak Berujung
101 Mendatangi
102 Beri Waktu
103 Menegaskan
104 Kesibukan
105 Pertanggung Jawaban
106 Mengecewakan semua orang
107 Yakin Diterima?
108 Tidak Ada Hubungan Lagi
109 Takut Karma
110 Kehidupan Masa Depan Seperti Apa?
111 Kebutuhan
112 Keberadaannya
113 Pria waktu itu
114 Sekalipun Terpaksa
115 Kutunggu
116 Mencari Jalan Keluar
117 Sehat Selalu
118 Bukan Pemuas Kebahagiaan
119 Memohon
120 Merestui
121 Pengantin Pengganti
122 Tertegun
123 Bukan Manusia
124 Pindah
125 Kunjungan Keano
126 Keakraban
127 Tidur Di Luar
128 Penolakan
129 Pergi Dari Rumah
130 Ingin Hilang Ingatan
131 Sabina Yang Polos
132 Rindu Seorang Perempuan
133 Harapan Satu-satunya
134 Status Yang Sebenarnya
135 Menjijikkan
136 Tak Ada Apa-apa
137 Jangan Katakan Apapun
138 Menyelesaikan masalah
139 Tersipu
140 Takut Menolak
141 Hasrat
142 Bercinta
143 Setidaknya Sudah Berani Jujur
144 Demi Buah Hati
145 Cemburunya suami
146 Merajuk
147 Berjanji
148 Rindu Itu pasti
149 Suami Penyayang
150 Permintaan Mama
151 Tidak Dekat
152 Diterima
153 Dia Bertanggujawab
154 Jaga Dia
155 Dia Terbaik
156 Menjaga Perasaan anak
157 Tentang Jatuh Cinta
158 Kejadian Dulu
159 Sempat Ragu
160 Sebatas Teman
161 Yang Terjadi di Masa lalu
162 Kenapa Cumn aku?
163 Menantang
164 Orang tua dan anak
165 Mencurigai
166 Ikuti semuanya!
167 Janggal
168 Meninggalkan semuanya
169 Jika jujur?
170 Jangan Melampaui Batas!
171 Sang Penggoda Juga
172 Mata-mata
173 Tidak ada Pilihan
174 Anak mantan istri
175 Meninggalkan Kota
176 Kerjasama Yang Baik
177 Pasti Ada Sebab
178 Buka Mata!
179 Mengalah Lebih Baik
180 Mengabaikan
181 Alasan Yang Kuat
182 Sempat Ragu
183 Bukan Pengecut
184 Musuh yang datang
185 Jangan pisahkan Mereka!
186 Di sisinya
187 Tentang Kematian
188 Semua Itu Ada Masanya
189 Kenangan Yang Dulu
190 Demi Cinta
191 Tak Ingin Menyesal
192 Pengecut Yang Sebenarnya
193 Kepergiannya
194 Keegoisan Masa Lalu
195 Menjadi Lebih Baik
196 Jangan Menyia-nyiakan
197 Benar-Benar Pergi
198 Menemani
199 Ada Dendam
200 Direncanakan
201 Dosa Orang Tua
202 Menjemput Kembali
203 Tak Bisa Dipercaya
204 Kebahagiaan Mereka
205 Memohon Kembali
206 Tidak Semua Hal
207 Bahu Terbaik
208 Membutuhkan Cinta
209 Penyelesaian
210 Harus Tetap di Sisinya
211 Berdamai
212 Hadiah
213 Anugerah Tuhan
214 Andai seperti kamu
215 Anak Sendiri
216 Tempat Pulang Terbaik
217 Teman Lama
218 Salah Paham
219 Berpisah Yang sebenarnya
220 Kepercayaan yang mahal
221 Dia Pembunuh
222 JALan Yang Terbaik
223 Ancaman
224 Pernah Menyakitkan
225 Dosa Yang Sama
226 Menghindari
227 Bukan Berarti
228 Sudah Cukup
229 Takut Menyesal
230 Mereka Lebih Tahu
231 Mengapa Harus Dia?
232 Bahagia Sederhana
Episodes

Updated 232 Episodes

1
Persahabatan
2
Kebiasaan
3
Problem
4
Mabuk
5
BERDEBAR
6
KEJADIAN
7
Takut
8
DUKA
9
Calon Istri
10
Maaf
11
Belum ada cinta
12
PELUK
13
Penggoda
14
Harapan
15
Mencintaimu
16
PILIHAN
17
Berakhir
18
KEINGINAN UNTUK HADIR
19
MELINDUNGI
20
KEHILANGAN
21
KESEDIHAN
22
BENCI
23
MENEBUS RINDU
24
BAHAGIAMU BERARTI
25
MENJAGAMU
26
HARUS BAHAGIA
27
HARGA DARI SEBUAH SETIA
28
MASA LALU MENYAKITKAN
29
TIDAK ADA SALAHNYA
30
MENGALAH
31
KELUARGA BAHAGIA
32
MENURUTI
33
JANGAN DIULANGI
34
PERMINTAAN
35
YANG TERBAIK
36
BERTEMU LAGI
37
RINDU UNTUKMU
38
JANGAN EGOIS
39
SELISIH PAHAM
40
Masa lalu yang datang
41
ketidaksengajaan
42
jadilah yang terbaik
43
Kalahkan Ego
44
Gagal
45
Berita Buruk
46
Apa pun Risikonya
47
Kesalahan Masa Lalu yang Menyedihkan
48
Mengakhiri
49
Alasan Lain
50
Memperbaiki
51
Tidak Ada yang Dibandingkan
52
Usaha Sendiri
53
Tidak Ada Salahnya
54
Sifat Yang Berbeda
55
Keterlaluan
56
Kejadian Semalam
57
Tak Terduga
58
Semua Menjauh
59
Benci Itu Tidak Pernah Ada
60
Kasih Sayang Orang Tua
61
Memberi Efek Jera
62
Permintaan Maaf
63
Keinginan
64
Terpana
65
Perdebatan
66
Tak Disengaja
67
Rahasia
68
Cinta Abadi
69
Ketakutan
70
Tumben
71
Berbeda
72
Mabuk
73
Menang Sendiri
74
Perintah Orang Tua
75
Belum Waktunya
76
Lihat Saja
77
Tolong Pergi
78
Dipaksa
79
Terlalu Polos
80
Luka Itu
81
Sama Saja
82
Jaga Dengan Baik
83
Membantah
84
Kebodohan Keano
85
Semua Palsu
86
Doakan Saja
87
Rayuan Manis
88
Alur Permainan
89
Pergi Dengan rasa sakit
90
Pilihan Meninggalkan
91
Kesepakatan
92
Apalagi?
93
Terserah
94
Jangan Diungkit!
95
Melamar
96
Janji Suci
97
Tidak Peduli
98
Menuntaskan
99
Tanggung Jawab
100
Kebohongan Tak Berujung
101
Mendatangi
102
Beri Waktu
103
Menegaskan
104
Kesibukan
105
Pertanggung Jawaban
106
Mengecewakan semua orang
107
Yakin Diterima?
108
Tidak Ada Hubungan Lagi
109
Takut Karma
110
Kehidupan Masa Depan Seperti Apa?
111
Kebutuhan
112
Keberadaannya
113
Pria waktu itu
114
Sekalipun Terpaksa
115
Kutunggu
116
Mencari Jalan Keluar
117
Sehat Selalu
118
Bukan Pemuas Kebahagiaan
119
Memohon
120
Merestui
121
Pengantin Pengganti
122
Tertegun
123
Bukan Manusia
124
Pindah
125
Kunjungan Keano
126
Keakraban
127
Tidur Di Luar
128
Penolakan
129
Pergi Dari Rumah
130
Ingin Hilang Ingatan
131
Sabina Yang Polos
132
Rindu Seorang Perempuan
133
Harapan Satu-satunya
134
Status Yang Sebenarnya
135
Menjijikkan
136
Tak Ada Apa-apa
137
Jangan Katakan Apapun
138
Menyelesaikan masalah
139
Tersipu
140
Takut Menolak
141
Hasrat
142
Bercinta
143
Setidaknya Sudah Berani Jujur
144
Demi Buah Hati
145
Cemburunya suami
146
Merajuk
147
Berjanji
148
Rindu Itu pasti
149
Suami Penyayang
150
Permintaan Mama
151
Tidak Dekat
152
Diterima
153
Dia Bertanggujawab
154
Jaga Dia
155
Dia Terbaik
156
Menjaga Perasaan anak
157
Tentang Jatuh Cinta
158
Kejadian Dulu
159
Sempat Ragu
160
Sebatas Teman
161
Yang Terjadi di Masa lalu
162
Kenapa Cumn aku?
163
Menantang
164
Orang tua dan anak
165
Mencurigai
166
Ikuti semuanya!
167
Janggal
168
Meninggalkan semuanya
169
Jika jujur?
170
Jangan Melampaui Batas!
171
Sang Penggoda Juga
172
Mata-mata
173
Tidak ada Pilihan
174
Anak mantan istri
175
Meninggalkan Kota
176
Kerjasama Yang Baik
177
Pasti Ada Sebab
178
Buka Mata!
179
Mengalah Lebih Baik
180
Mengabaikan
181
Alasan Yang Kuat
182
Sempat Ragu
183
Bukan Pengecut
184
Musuh yang datang
185
Jangan pisahkan Mereka!
186
Di sisinya
187
Tentang Kematian
188
Semua Itu Ada Masanya
189
Kenangan Yang Dulu
190
Demi Cinta
191
Tak Ingin Menyesal
192
Pengecut Yang Sebenarnya
193
Kepergiannya
194
Keegoisan Masa Lalu
195
Menjadi Lebih Baik
196
Jangan Menyia-nyiakan
197
Benar-Benar Pergi
198
Menemani
199
Ada Dendam
200
Direncanakan
201
Dosa Orang Tua
202
Menjemput Kembali
203
Tak Bisa Dipercaya
204
Kebahagiaan Mereka
205
Memohon Kembali
206
Tidak Semua Hal
207
Bahu Terbaik
208
Membutuhkan Cinta
209
Penyelesaian
210
Harus Tetap di Sisinya
211
Berdamai
212
Hadiah
213
Anugerah Tuhan
214
Andai seperti kamu
215
Anak Sendiri
216
Tempat Pulang Terbaik
217
Teman Lama
218
Salah Paham
219
Berpisah Yang sebenarnya
220
Kepercayaan yang mahal
221
Dia Pembunuh
222
JALan Yang Terbaik
223
Ancaman
224
Pernah Menyakitkan
225
Dosa Yang Sama
226
Menghindari
227
Bukan Berarti
228
Sudah Cukup
229
Takut Menyesal
230
Mereka Lebih Tahu
231
Mengapa Harus Dia?
232
Bahagia Sederhana

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!