Kebiasaan

“Fan, jangan kebiasaan ya lo masuk ke kamar gue tanpa ngetuk pintu dulu.” tegur Reza pada Fania agar tidak mengulangi kesalahan seperti tadi.

“Za, lo itu gimana ya, bingung gue jelasinnya. Kalau gue datang ngetuk pintu yang ada lo enggak bakalan nyahut dikit pun.”

“Gini, gue bukannya enggak suka lo nyelonong masuk gitu aja ke kamar tapi lo emang enggak bisa masuk gitu aja ke kamar gue. Secara gue itu laki, lo perempuan. Kalau nanti gue lagi telanjang gimana?”

“Pikiran lo tuh ya.” Memukul bahu Reza.

Reza terkekeh dengan Fania yang sedari tadi tidak pernah mau mendengarkan apa yang dia ucapkan. Diperjalanan menuju kantor, Fania hanya sibuk dengan gadgetnya sedangkan Reza terdiam dan fokus menyetir. Sesekali matanya tertuju pada Fania yang tak menghiraukannya sejak obrolan tersebut selesai.

Setibanya di kantor. “Turun lo. Gue nyetir, lo malah gaya banget enggak ngehargai gue lagi malah sibuk sama gadget lo sendiri.”

“Dih bocah banget lo, sini gue perhatiin lo deh.” Ledek Fania yang melihat raut wajah Reza mulai terlihat masam.

Melihat raut wajah itu. Fania turun dari mobil Reza untuk mengejar laki-laki itu yang merasa tidak nyaman sebab diabaikan oleh dirinya. Tiba di lift, mereka masuk berdua. Fania yang berusaha menyapa tetap diabaikan oleh Reza.

“Cie, gitu aja ngambek. Gue tadi chat sama temen lama gue.” Ia mencoba menjelaskan kepada Reza. Namun sikap lelaki itu tetap saja tak acuh.

“Ya udah terserah lo deh. Mau marah atau kayak gimana. Lagian ya, gue punya hak mau ngapain aja.”

“Ya, lo punya hak. Bahkan untuk mengabaikan orang yang disamping lo juga enggak apa-apa kok. Bagus banget malah. Sekalian aja tuh, setiap kali kita ngobrol. Lo enggak usah dengerin apa yang gue bilang.”

“Kok lo jadi serius gitu sih marahnya?”

“Gue marah bukan karena lo chat sama siapa aja. Tapi seenggaknya lo itu jangan abaikan orang kalau lagi ngomong.”

Fania terdiam mendengarkan celoteh Reza yang tak kunjung usai. Sambil menunggu lift berhenti. Ia bersandar dan menatap lekat Reza.

“Lo enggak usah pasang raut wajah kasihan gitu. Gue jadi enggak tega.” Reza menjepit leher Fania dilengannya. Perempuan itu terus mengaduh berusaha melepaskan diri.

“Sekarang lo masih marah sama gue, Za?”

“Gimana gue mau marah sama lo. Gue mana tega marah sama lo. Sampai lo jadi istri gue juga gue enggak bakalan tega marahin lo. Gue lagi serius ngomong, jangan anggap gue bercanda.” Candanya kepada Fania. Membuat perempuan itu tertawa lepas. Ketika pintu lift terbuka. Seril berdiri di depan pintu lift sambil menatap mereka berdua.

“Kalian itu ya. Lama-lama kalian jodoh lho.”

“Jangan sampai Malaikat mengaminkan doa lo, Ril.”

“Ogah. Nikah sama dia?” ucap Reza sambil menunjuk ke arah Fania. “Enggak bakalan. Secara dia itu bukan tipe gue. Enggak ada yang menarik dari dia tahu enggak lo.” Sambungnya.

“Gue juga enggak minat sama laki-laki kayak lo.”

“Yang penting banyak yang suka. Daripada lo. Cantik, jomblo mah iya. Di mata laki-laki kayak gue nih ya. Perempuan seksi itu harus, cantik. Pokoknya ah enggak bisa gue ungkapin dengan kata-kata deh.”

“Iyalah. Otak lo kan mesum. Seksi nomor satu. Bokong besar adalah daya tarik lo.”

“Eh mulut lo sembarangan aja kalau ngomong, Fan. Gue itu ya walaupun suka perempuan seksi, enggak sembarangan gue itu naksir cewek.”

“Udah ah kalian ngomongin bokong melulu. Udah noh kerjaan nunggu kalian berdua. Jangan lupa absen, kalau kalian berdua enggak absen. Hati-hati dapat sanksi yaitu gaji di pending, dan selamat bersusah-susah ditanggal tua.”

Fania dan Reza segera berlari menuju sebuah alat untuk absensi. Mereka berdua saling dorong satu sama lain untuk berebut menjadi yang pertama.

***

Sekitar pukul enam sore. Fania masih setia menunggu Reza yang sedang meeting. Kebiasaannya adalah menunggu Reza sepulang bekerja. Laki-laki itu juga tidak mengizinkan Fania untuk pulang sendirian.

Janji Reza pada almarhum kakak Fania adalah hal yang paling utama. Meski seringkali menyebalkan. Akan tetapi Reza sungguh tidak bisa marah dalam jangka waktu yang lama pada Fania. Mengingat perempuan itu juga sangat baik padanya. hanya butuh waktu beberapa menit atau bahkan beberapa jam hanya untuk meredakan amarahnya.

Di ruang tunggu. Fania masih asyik dengan gadgetnya untuk sekadar menghilangkan kebosanannya.

“Sendirian aja. Boleh gue temenin?”

Fania yang melihat laki-laki yang menyapanya barusan. Seketika Fania melepaskan gadgetnya dan menyambut dengan hangat kedatangan laki-laki asing tersebut.

“Lo Fania, kan?”

Ia langsung mengangguk. Laki-laki yang baru saja menghampirinya adalah Raka. Yang tidak lain adalah orang paling dikagumi oleh beberapa perempuan di kantornya. Mengingat bahwa Raka tergolong makhluk yang diciptakan Tuhan dengan penuh kelebihan.

“Mimpi apa gue semalam. Hari ini bisa ketemu makhluk ganteng nan kece seperti dia. Ayolah siapa aja boleh nonjok gue kali ini, gue ikhlas.” Batinnya. Saking kegirangannya bertemu dengan Raka. Sebab tidak pernah disangka bahwa orang yang selama ini menjadi rebutan beberapa perempuan justru menghampirinya bahkan langsung bersalaman dengan Fania.

“Lo lagi nungguin seseorang?”

“Iya, gue nungguin Reza. Lama banget tuh orang.”

“Lo mau gue anter?”

“Sekali lagi, gampar gue. Tabok nih, tendang juga enggak apa-apa.” batin Fania mulai liar.

“Kalau lo keberatan sih enggak apa-apa. gue tahu kok lo itu pacarnya Reza kan. Secara gue itu bukan mau ngajak lo berkhianat, cuman mau nganterin lo pulang.”

Fania terkejut dan menelan ludahnya. Bukan satu orang saja yang menganggap dirinya dan Reza berpacaran. Akan tetapi beberapa orang yang seringkali menganggap bahwa mereka berdua pacaran karena terlalu dekat.

“Gue enggak pacaran sama dia. Dia cuman sahabat gue. Lagian dia udah punya pacar.”

“Kalau lo sendiri gimana? Belum punya pacar gitu?”

Fania mengangguk.

“Berarti enggak ada yang marah dong gue antar lo pulang?”

“Iya emang enggak ada.”

“Balik sama gue yuk.” Raka mengulurkan tangannya pada Fania. Dengan penuh bahagia perempuan tersebut menyambut tangan Raka.

Ketika diperjalanan. Canda tawa mulai tercipta. Seperti biasanya, Fania termasuk orang yang sangat cepat akrab dengan orang-orang sebab ia begitu mudah berinteraksi. Namun seringkali apa yang membuatnya bahagia justru dikekang oleh Reza. Bukan bermakna egois, melainkan karena begitu hati-hati tidak ingin membiarkan Fania terjatuh dalam kesalahan yang tidak diinginkannya yang tidak lain adalah patah hati.

Fania bukan lagi ABG yang berusia belasan tahun yang mengenal istilah cinta monyet. Akan tetapi tetap saja hal itu menjadi suatu kekhawatiran yang membuat cemas Reza. Beberapa kali hendak menjalin hubungan, Reza adalah penghalang terbesarnya sebab laki-laki itu tidak pernah bisa menerima siapapun yang dekat dengan Fania.

“Apartemen lo di sini kan?” tanya Raka.

“Iya. Makasih banget ya udah mau nganterin gue.” Ucapan terima kasih untuk Raka disertai dengan senyuman khas Fania yang membuat beberapa laki-laki tergoda. Manis, sungguh.

“Kalau ada waktu gue boleh dong main-main ke tempat lo?”

“Boleh kok.” Dengan begitu riang Fania menjawab ucapan Raka. Jika di tahu oleh Reza, berakhirlah bahagia yang dia impikan.

“Gue minta nomor telepon lo ya. Nanti malam gue telepon. Besok pagi gue juga yang jemput lo. Jadi lo enggak perlu berangkat bareng Reza lagi.”

Fania memberikan mengetik nomornya di ponsel Raka. Ia pun turun dari mobil laki-laki itu.

“Gue pamit ya. Lo jangan lupa istirahat.”

Fania segera menuju kamarnya. Mandi dan menyiapkan makan malam untuk dirinya sendiri. Ia termasuk tipe perempuan yang sangat suka sekali dengan masak. Lebih memilih masak sendiri dibandingkan dengan membeli makanan cepat saji. Itulah yang menjadi kelebihan Fania di mata Reza. Selalu pandai dalam membuat masakan yang teramat lezat.

Sekitar pukul delapan malam dan makan malam pun sudah selesai di masak oleh Fania. Terdengar suara bel berbunyi. Ia pun segera menghampiri pintu agar seseorang tersebut tidak menunggu lama.

Baru saja Fania membuka pintu. “Lo ngapain pulang sama Raka, hah.” Tidak ada angin, tiba-tiba saja Reza datang dengan penuh emosi.

“Gue nungguin lo lama. Lagian dia itu baik nganterin gue pulang. Lihat sendiri gue nyampe rumah kayak gini karena dia. Kalau gue nungguin lo, bakalan lama.”

“Lo jangan sampai kebawa perasaan karena kebaikan dia sama lo ya. Gue kenal sama tipe laki-laki brengsek macam Raka. Dia itu suka mainin perempuan, gue enggak mau dia itu manfaatin lo yang polos kayak gini.”

Fania menarik napas pelan. “Jika dia brengsek. Lalu lo sendiri apa? Lo seenaknya main sama cewek, lo bawa cewek ke kamar lo. Gue bahkan enggak tahu lo ngapain sama tuh cewek. Yang jelas gue juga tahu lo itu brengsek.” Dengan nada pelan namun sangat menusuk.

“Tapi… Jujur gue takut dia itu mainin lo doang. Lo enggak tahu akal belangnya dia.”

“Bukan kuasa kita menghakimi seseorang. Gue tahu Za, lo itu punya janji sama kakak gue. Tapi enggak gini juga caranya. Gue juga pengin banget bahagia. Nemuin kebahagiaan yang ada dalam diri gue. Tapi kebahagiaan itu seolah lo kekang dan enggak biarin gue ngerasain gimana rasanya gue jatuh cinta, gimana rasanya gue rindu sama orang. Bahkan gimana rasanya gue itu jalan bareng sama cowok gue sendiri. Gue enggak pernah Za. Jujur, gue salut sama lo yang udah jagain gue. Tapi enggak ada salahnya kalau gue milih bahagia gue sendiri. Dan kali ini, maaf gue enggak bisa nurutin kemauan lo. Gue punya hak untuk bahagia. Please Za. Jangan kekang gue kali ini.”

Mendengar ucapan itu, Reza yang tadinya sangat marah kini luluh oleh ucapan Fania yang disertai air mata. Ia benar-benar tidak tega membuat perempuan itu menangis.

“Maafin gue, selama ini memang egois. Tapi ini semua demi kebaikan lo. Gue enggak mau lo sampai nyesel dikemudian hari.”

“Siapa yang tahu kita akan menyesal atau tidak jika tidak mencoba.”

“Ya, kali ini terserah lo. Gue enggak ada hak buat ngelarang lo.”

Reza membalikkan tubuhnya dan melangkah maju meninggalkan kamar Fania. Ia tidak bisa terlalu memaksakan kehendaknya meski keinginannya untuk menjaga perempuan itu teramat besar. Jika Fania sudah membuat keputusan, ia tidak berani untuk menghancurkan keputusan tersebut.

 

 

Melihat punggung Reza mulai tenggelam dibalik pintu. Fania menyeka air matanya. “Maafin gue, tapi benar-benar kali ini gue berhak bahagia. Makasih selalu jagain gue layaknya adik lo. Gue tahu gue ngecewain lo, tapi… gue enggak bisa bohong sama perasaan gue sendiri yang benar-benar pengin bahagia.” Isak Fania.

 

 

Tambahin ke Favorit kalian dan like juga ya. Ceritanya bakalan panjang banget. Jadi silakan dibaca dengan santai, hehehe

Terpopuler

Comments

Riska syah widya

Riska syah widya

numpang lewat..

2021-12-25

0

Eti Sumia Jaenudin

Eti Sumia Jaenudin

baru mampir

2020-11-06

1

ㅔ바

ㅔ바

baca episode ini sambil di iringi lagunya Christopher yang judulnya Moment, nyambung njir 🙃

2019-08-07

1

lihat semua
Episodes
1 Persahabatan
2 Kebiasaan
3 Problem
4 Mabuk
5 BERDEBAR
6 KEJADIAN
7 Takut
8 DUKA
9 Calon Istri
10 Maaf
11 Belum ada cinta
12 PELUK
13 Penggoda
14 Harapan
15 Mencintaimu
16 PILIHAN
17 Berakhir
18 KEINGINAN UNTUK HADIR
19 MELINDUNGI
20 KEHILANGAN
21 KESEDIHAN
22 BENCI
23 MENEBUS RINDU
24 BAHAGIAMU BERARTI
25 MENJAGAMU
26 HARUS BAHAGIA
27 HARGA DARI SEBUAH SETIA
28 MASA LALU MENYAKITKAN
29 TIDAK ADA SALAHNYA
30 MENGALAH
31 KELUARGA BAHAGIA
32 MENURUTI
33 JANGAN DIULANGI
34 PERMINTAAN
35 YANG TERBAIK
36 BERTEMU LAGI
37 RINDU UNTUKMU
38 JANGAN EGOIS
39 SELISIH PAHAM
40 Masa lalu yang datang
41 ketidaksengajaan
42 jadilah yang terbaik
43 Kalahkan Ego
44 Gagal
45 Berita Buruk
46 Apa pun Risikonya
47 Kesalahan Masa Lalu yang Menyedihkan
48 Mengakhiri
49 Alasan Lain
50 Memperbaiki
51 Tidak Ada yang Dibandingkan
52 Usaha Sendiri
53 Tidak Ada Salahnya
54 Sifat Yang Berbeda
55 Keterlaluan
56 Kejadian Semalam
57 Tak Terduga
58 Semua Menjauh
59 Benci Itu Tidak Pernah Ada
60 Kasih Sayang Orang Tua
61 Memberi Efek Jera
62 Permintaan Maaf
63 Keinginan
64 Terpana
65 Perdebatan
66 Tak Disengaja
67 Rahasia
68 Cinta Abadi
69 Ketakutan
70 Tumben
71 Berbeda
72 Mabuk
73 Menang Sendiri
74 Perintah Orang Tua
75 Belum Waktunya
76 Lihat Saja
77 Tolong Pergi
78 Dipaksa
79 Terlalu Polos
80 Luka Itu
81 Sama Saja
82 Jaga Dengan Baik
83 Membantah
84 Kebodohan Keano
85 Semua Palsu
86 Doakan Saja
87 Rayuan Manis
88 Alur Permainan
89 Pergi Dengan rasa sakit
90 Pilihan Meninggalkan
91 Kesepakatan
92 Apalagi?
93 Terserah
94 Jangan Diungkit!
95 Melamar
96 Janji Suci
97 Tidak Peduli
98 Menuntaskan
99 Tanggung Jawab
100 Kebohongan Tak Berujung
101 Mendatangi
102 Beri Waktu
103 Menegaskan
104 Kesibukan
105 Pertanggung Jawaban
106 Mengecewakan semua orang
107 Yakin Diterima?
108 Tidak Ada Hubungan Lagi
109 Takut Karma
110 Kehidupan Masa Depan Seperti Apa?
111 Kebutuhan
112 Keberadaannya
113 Pria waktu itu
114 Sekalipun Terpaksa
115 Kutunggu
116 Mencari Jalan Keluar
117 Sehat Selalu
118 Bukan Pemuas Kebahagiaan
119 Memohon
120 Merestui
121 Pengantin Pengganti
122 Tertegun
123 Bukan Manusia
124 Pindah
125 Kunjungan Keano
126 Keakraban
127 Tidur Di Luar
128 Penolakan
129 Pergi Dari Rumah
130 Ingin Hilang Ingatan
131 Sabina Yang Polos
132 Rindu Seorang Perempuan
133 Harapan Satu-satunya
134 Status Yang Sebenarnya
135 Menjijikkan
136 Tak Ada Apa-apa
137 Jangan Katakan Apapun
138 Menyelesaikan masalah
139 Tersipu
140 Takut Menolak
141 Hasrat
142 Bercinta
143 Setidaknya Sudah Berani Jujur
144 Demi Buah Hati
145 Cemburunya suami
146 Merajuk
147 Berjanji
148 Rindu Itu pasti
149 Suami Penyayang
150 Permintaan Mama
151 Tidak Dekat
152 Diterima
153 Dia Bertanggujawab
154 Jaga Dia
155 Dia Terbaik
156 Menjaga Perasaan anak
157 Tentang Jatuh Cinta
158 Kejadian Dulu
159 Sempat Ragu
160 Sebatas Teman
161 Yang Terjadi di Masa lalu
162 Kenapa Cumn aku?
163 Menantang
164 Orang tua dan anak
165 Mencurigai
166 Ikuti semuanya!
167 Janggal
168 Meninggalkan semuanya
169 Jika jujur?
170 Jangan Melampaui Batas!
171 Sang Penggoda Juga
172 Mata-mata
173 Tidak ada Pilihan
174 Anak mantan istri
175 Meninggalkan Kota
176 Kerjasama Yang Baik
177 Pasti Ada Sebab
178 Buka Mata!
179 Mengalah Lebih Baik
180 Mengabaikan
181 Alasan Yang Kuat
182 Sempat Ragu
183 Bukan Pengecut
184 Musuh yang datang
185 Jangan pisahkan Mereka!
186 Di sisinya
187 Tentang Kematian
188 Semua Itu Ada Masanya
189 Kenangan Yang Dulu
190 Demi Cinta
191 Tak Ingin Menyesal
192 Pengecut Yang Sebenarnya
193 Kepergiannya
194 Keegoisan Masa Lalu
195 Menjadi Lebih Baik
196 Jangan Menyia-nyiakan
197 Benar-Benar Pergi
198 Menemani
199 Ada Dendam
200 Direncanakan
201 Dosa Orang Tua
202 Menjemput Kembali
203 Tak Bisa Dipercaya
204 Kebahagiaan Mereka
205 Memohon Kembali
206 Tidak Semua Hal
207 Bahu Terbaik
208 Membutuhkan Cinta
209 Penyelesaian
210 Harus Tetap di Sisinya
211 Berdamai
212 Hadiah
213 Anugerah Tuhan
214 Andai seperti kamu
215 Anak Sendiri
216 Tempat Pulang Terbaik
217 Teman Lama
218 Salah Paham
219 Berpisah Yang sebenarnya
220 Kepercayaan yang mahal
221 Dia Pembunuh
222 JALan Yang Terbaik
223 Ancaman
224 Pernah Menyakitkan
225 Dosa Yang Sama
226 Menghindari
227 Bukan Berarti
228 Sudah Cukup
229 Takut Menyesal
230 Mereka Lebih Tahu
231 Mengapa Harus Dia?
232 Bahagia Sederhana
Episodes

Updated 232 Episodes

1
Persahabatan
2
Kebiasaan
3
Problem
4
Mabuk
5
BERDEBAR
6
KEJADIAN
7
Takut
8
DUKA
9
Calon Istri
10
Maaf
11
Belum ada cinta
12
PELUK
13
Penggoda
14
Harapan
15
Mencintaimu
16
PILIHAN
17
Berakhir
18
KEINGINAN UNTUK HADIR
19
MELINDUNGI
20
KEHILANGAN
21
KESEDIHAN
22
BENCI
23
MENEBUS RINDU
24
BAHAGIAMU BERARTI
25
MENJAGAMU
26
HARUS BAHAGIA
27
HARGA DARI SEBUAH SETIA
28
MASA LALU MENYAKITKAN
29
TIDAK ADA SALAHNYA
30
MENGALAH
31
KELUARGA BAHAGIA
32
MENURUTI
33
JANGAN DIULANGI
34
PERMINTAAN
35
YANG TERBAIK
36
BERTEMU LAGI
37
RINDU UNTUKMU
38
JANGAN EGOIS
39
SELISIH PAHAM
40
Masa lalu yang datang
41
ketidaksengajaan
42
jadilah yang terbaik
43
Kalahkan Ego
44
Gagal
45
Berita Buruk
46
Apa pun Risikonya
47
Kesalahan Masa Lalu yang Menyedihkan
48
Mengakhiri
49
Alasan Lain
50
Memperbaiki
51
Tidak Ada yang Dibandingkan
52
Usaha Sendiri
53
Tidak Ada Salahnya
54
Sifat Yang Berbeda
55
Keterlaluan
56
Kejadian Semalam
57
Tak Terduga
58
Semua Menjauh
59
Benci Itu Tidak Pernah Ada
60
Kasih Sayang Orang Tua
61
Memberi Efek Jera
62
Permintaan Maaf
63
Keinginan
64
Terpana
65
Perdebatan
66
Tak Disengaja
67
Rahasia
68
Cinta Abadi
69
Ketakutan
70
Tumben
71
Berbeda
72
Mabuk
73
Menang Sendiri
74
Perintah Orang Tua
75
Belum Waktunya
76
Lihat Saja
77
Tolong Pergi
78
Dipaksa
79
Terlalu Polos
80
Luka Itu
81
Sama Saja
82
Jaga Dengan Baik
83
Membantah
84
Kebodohan Keano
85
Semua Palsu
86
Doakan Saja
87
Rayuan Manis
88
Alur Permainan
89
Pergi Dengan rasa sakit
90
Pilihan Meninggalkan
91
Kesepakatan
92
Apalagi?
93
Terserah
94
Jangan Diungkit!
95
Melamar
96
Janji Suci
97
Tidak Peduli
98
Menuntaskan
99
Tanggung Jawab
100
Kebohongan Tak Berujung
101
Mendatangi
102
Beri Waktu
103
Menegaskan
104
Kesibukan
105
Pertanggung Jawaban
106
Mengecewakan semua orang
107
Yakin Diterima?
108
Tidak Ada Hubungan Lagi
109
Takut Karma
110
Kehidupan Masa Depan Seperti Apa?
111
Kebutuhan
112
Keberadaannya
113
Pria waktu itu
114
Sekalipun Terpaksa
115
Kutunggu
116
Mencari Jalan Keluar
117
Sehat Selalu
118
Bukan Pemuas Kebahagiaan
119
Memohon
120
Merestui
121
Pengantin Pengganti
122
Tertegun
123
Bukan Manusia
124
Pindah
125
Kunjungan Keano
126
Keakraban
127
Tidur Di Luar
128
Penolakan
129
Pergi Dari Rumah
130
Ingin Hilang Ingatan
131
Sabina Yang Polos
132
Rindu Seorang Perempuan
133
Harapan Satu-satunya
134
Status Yang Sebenarnya
135
Menjijikkan
136
Tak Ada Apa-apa
137
Jangan Katakan Apapun
138
Menyelesaikan masalah
139
Tersipu
140
Takut Menolak
141
Hasrat
142
Bercinta
143
Setidaknya Sudah Berani Jujur
144
Demi Buah Hati
145
Cemburunya suami
146
Merajuk
147
Berjanji
148
Rindu Itu pasti
149
Suami Penyayang
150
Permintaan Mama
151
Tidak Dekat
152
Diterima
153
Dia Bertanggujawab
154
Jaga Dia
155
Dia Terbaik
156
Menjaga Perasaan anak
157
Tentang Jatuh Cinta
158
Kejadian Dulu
159
Sempat Ragu
160
Sebatas Teman
161
Yang Terjadi di Masa lalu
162
Kenapa Cumn aku?
163
Menantang
164
Orang tua dan anak
165
Mencurigai
166
Ikuti semuanya!
167
Janggal
168
Meninggalkan semuanya
169
Jika jujur?
170
Jangan Melampaui Batas!
171
Sang Penggoda Juga
172
Mata-mata
173
Tidak ada Pilihan
174
Anak mantan istri
175
Meninggalkan Kota
176
Kerjasama Yang Baik
177
Pasti Ada Sebab
178
Buka Mata!
179
Mengalah Lebih Baik
180
Mengabaikan
181
Alasan Yang Kuat
182
Sempat Ragu
183
Bukan Pengecut
184
Musuh yang datang
185
Jangan pisahkan Mereka!
186
Di sisinya
187
Tentang Kematian
188
Semua Itu Ada Masanya
189
Kenangan Yang Dulu
190
Demi Cinta
191
Tak Ingin Menyesal
192
Pengecut Yang Sebenarnya
193
Kepergiannya
194
Keegoisan Masa Lalu
195
Menjadi Lebih Baik
196
Jangan Menyia-nyiakan
197
Benar-Benar Pergi
198
Menemani
199
Ada Dendam
200
Direncanakan
201
Dosa Orang Tua
202
Menjemput Kembali
203
Tak Bisa Dipercaya
204
Kebahagiaan Mereka
205
Memohon Kembali
206
Tidak Semua Hal
207
Bahu Terbaik
208
Membutuhkan Cinta
209
Penyelesaian
210
Harus Tetap di Sisinya
211
Berdamai
212
Hadiah
213
Anugerah Tuhan
214
Andai seperti kamu
215
Anak Sendiri
216
Tempat Pulang Terbaik
217
Teman Lama
218
Salah Paham
219
Berpisah Yang sebenarnya
220
Kepercayaan yang mahal
221
Dia Pembunuh
222
JALan Yang Terbaik
223
Ancaman
224
Pernah Menyakitkan
225
Dosa Yang Sama
226
Menghindari
227
Bukan Berarti
228
Sudah Cukup
229
Takut Menyesal
230
Mereka Lebih Tahu
231
Mengapa Harus Dia?
232
Bahagia Sederhana

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!