"Fan, tungguin gue di sini ya. Pulang bareng gue," ucap Raka yang tengah berlari meninggalkan Fania seorang diri di parkiran kantor.
Malam itu sudah pukul sembilan. Sudah lima hari Fania tidak berangkat maupun pulang bekerja dengan Reza. Beberapa waktu yang lalu ucapannya menyakiti hati laki-laki itu. Bahkan setelah pulang dari kantor, tak ia dapati laki-laki itu menunggunya jika belum pulang. Namun, seperti yang ia katakan bahwa ia juga butuh kebahagiaan untuk bisa menemukan cinta sejatinya. Kali ini kepada Raka ia menaruh rasa yang begitu besar. Tidak peduli dengan apa yang dikatakan Reza mengenai Raka, yang ia percayai adalah bagaimana caranya menjalani hubungan dengan baik tanpa harus menyakiti dirinya sendiri dan orang lain. Padahal setiap orang yang memiliki ikatan hubungan selalu saja diterpa oleh masalah. Tergantung kita sendiri apakah mampu untuk menjalaninya atau tidak.
Beberapa saat kemudian Raka kembali dan masuk ke dalam mobilnya tempat Fania menunggu tadi.
"Sorry, gue lama enggak?"
"Enggak kok, Ka."
"Ya mungkin ini terbilang enggak romantis, tapi gue ngasih ini ke lo karena gue pengin ngungkapin perasaan gue ke lo Fa, selama dekat dengan lo, gue ngerasa hidup gue jadi lebih berarti dan gue jadi mampu ngehargai diri gue sendiri semenjak kenal sama elo. Gue emang dulunya suka banget mainin perasaan perempuan. Tapi semenjak gue ngerasain nyaman sama lo, gue jadi mikir selama ini gue udah nyakitin berapa perempuan. Memang enggak wajar aja kalau gue nyakitin, tapi kali ini gue mau memperbaiki itu semua sama lo, umur gue udah bukan anak SMP lagi, teman-teman gue udah nikah semua sedangkan gue masih kayak gini. Fa, gue mau memperbaikinya sama lo, lo mau kan temenin gue buat jadi manusia yang lebih baik lagi?" pintanya pada Fania yang dari tadi tidak berkata apa-apa hanya diam dan mendengarkan cerita Raka.
"Gue tahu, Raka. Gue tahu lo selalu di bilang enggak baik sama orang. Tapi gue kenal sama lo, dan selama ini yang orang lain lihat itu enggak pernah sesuai dengan yang mereka katakan. Mungkin mereka aja yang enggak pernah kenal sama lo yang bilang lo itu brengsek. Tapi gue percaya sama lo, Ka. Lo bukan manusia yang kayak gitu,"
"Thanks, Fa. Itu alasan kenapa gue beneran sayang sama lo."
"Ka, gue ngerasa enggak pantas aja sama lo. Gue emang sayang sama lo, tapi gue enggak bisa buat lo jadi manusia lebih baik lagi."
"please, Fa. Gue percaya sama lo kalau selama ini gue emang salah deketin perempuan tapi untuk kali ini gue enggak salah deketin lo dan milih lo sebagai perempuan yang terakhir bagi gue," Raka memohon sambil memegangi kedua tangan Fania yang tengah bergemetar karena tidak yakin dirinya mampu mengubah Raka menjadi lebih baik.
Beberapa kali Fania menarik napas panjang. Berusaha meyakinkan diri.
"Tapi gue butuh waktu untuk berpikir, Ka."
"Enggak gue enggak mau lo mikir lama-lama jawabannya gue mau sekarang, gue mau memastikan lo itu mau apa enggak jadi pacar gue, kalau elo enggak mau gue enggak akan ngajak lo pergi lagi atau secara akal sehatnya gue enggak bakal kenal sama lo lagi, Fa," paksa Raka.
Fania mengernyit.
"Iya, Raka. Gue mau jadi pacar lo. Tapi gue enggak janji bisa buat lo jadi orang yang lebih baik lagi dari ini. Mungkin lo yang bisa rubah diri lo, percuma kan gue udah capek berjuang untuk rubah lo tapi lo enggak ada niat buat rubah sikap lo."
"Hey, lihat gue. Enggak ada satu keraguan dalam diri gue milih lo, Fa. Maka dari itu jangan pernah simpan satu keraguan pun dalam hati lo tentang gue. Yang ada nanti gue malah jadi orang yang gila lagi. Biar gue aja yang gila sama lo, asal jangan gila ke hal yang lain."
"Apaan sih, gombal." Fania memalingkan pandangannya keluar jendela mobil.
"Kalau enggak gitu ya bakalan ditolak. Secara aku tuh kan sayang sama kamu."
"Idih, enggak main lo atau gue lagi?"
"Kan udah jadi pacar," goda Raka.
"Udah, antar gue... eh aku maksudnya. Antar aku pulang sayang," nada Fania mengecil ketika menyebutkan kata sayang di depan Raka.
"Aku main ke apartemen kamu ya?"
"Eeeeh?" mata Fania membelalak seketika.
"Enggak boleh?"
"Boleh, tapi ini kan udah malam banget."
"Ya udah kalau enggak boleh. Besok aja," ucap Raka dengan nada datar.
"Boleh, sayang boleh. Tapi aku harus mandi dulu."
"Aku tungguin."
"Aku juga harus masak untuk makan malam kita."
"Aku tungguin," ucap Raka penuh percaya diri.
"Kamu enggak kenapa-kenapa nungguin aku?"
"Memangnya kamu pernah protes kalau nunggu aku pulang kerja telat demi pulang bareng?"
Fania tersenyum.
Dalam batinnya kini sudah begitu bahagia apalagi di temani oleh Raka. Seseorang yang ia cintai. Sudah tidak ada lagi Reza yang mengekangnya untuk menjalin hubungan dengan Raka.
Raka melajukan mobilnya menuju apartemen perempuan itu. Sekitar pukul sepuluh malam mereka tiba di tempat itu. Mereka mengulur waktu di dalam mobil dengan pembicaraan mereka yang bisa saja mereka bicarakan di perjalanan.
"Aku mandi bentar, enggak enak banget lengket."
"Iya, aku tunggu di sini."
Fania melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Beberapa saat kemudian ia selesai mandi dan keluar menunggu laki-laki itu tengah asyik dengan game online sehingga tak menyadari dirinya yang sudah duduk disebelah laki-laki itu dan segelas minuman untuk melepas dahaga.
"Asyik banget ya. Sampai enggak sadar aku udah di sini?"
"Eh, maaf. Aku jadi asyik sendiri," Raka refleks dan langsung meletakkan gawainya di meja.
"Lanjut aja dulu, aku mau masak. Kamu mau di masakin apa?"
"Apa aja yang penting kamu yang masakin,"
Fania beranjak menuju dapur untuk memasak. Untuk urusan memasak memang ahlinya. Ia membuka kulkas dan melihat bahan masakannya cukup banyak yang tersisa mengingat bahwa kali ini ia jarang sekali masak untuk dirinya sendiri. Jika beberapa hari ia masak untuk Reza, kali ini ia akan memasak untuk laki-laki yang ia sayangi.
Ketika ia sedang memasak. Tangan Raka menyusuri perutnya dan memeluknya dari belakang. "Tiap hari nanti kalau sudah menikah masak kayak gini ya, kamu enggak usah kerja. Cukup di rumah, aku akan cepat pulang kalau kamu masak aromanya aja udah goda aku," bisik Raka.
"Sayang, bisa lepas enggak. Ini nanti kalau masakannya gosong memangnya mau makan?" ucapan Raka tadi cukup membuat raut wajah Fania memerah sehingga ia kehabisan tingkah.
"Enggak, kalau gosong kita bisa keluar cari makan."
"Raka, udah dong. Nanti beneran gosong lho."
"Nyaman sayang."
Fania mematikan kompor dan melepas kedua tangan Raka dari perutnya lalu berbalik ke arah laki-laki yang tengah mengenakan kemeja denim putih yang dilipat.
Sebuah ciuman mendarat dikening Fania. "Kamu perempuan istimewa, enggak salah aku ngejar kamu." Raka lalu mendekap tubuh Fania hingga perempuan itu tenggelam dalam dekapannya.
Baru pertama kali ini Fania merasakan dekapan seperti itu lagi. Terakhir kali dekapan itu diberikan oleh almarhum kakaknya. Kini ia merasakan hal itu lagi meski rasanya berbeda akan tetapi berhasil mengingatkannya kepada almarhum kakaknya.
"Makasi Ka, udah hadir di dalam hidup aku,"
"Justru aku yang harus bilang gitu, kamu udah nerima laki-laki seperti aku."
"Ya udah yuk kita makan, Ka." Pelukan yang tadinya begitu erat kini dilepas oleh Raka.
"Kamu duduk aja di situ, biar aku yang siapin."
Setelah selesai menyiapkan semuanya, mereka berdua menyantap makanan tersebut.
***
Pukul dua belas malam.
Reza terbangun dari tidurnya. Ia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Biasanya setelah pulang bekerja ia akan menyempatkan diri untuk menyambangi apartemen Fania memastikan bahwa perempuan itu sudah pulang atau belum. Kini ia hanya bisa mengawasi dari jauh.
"Pukul dua belas lebih, mungkin dia udah tidur." Batinnya.
Ia mengurungkan niatnya dan menutup kembali pintunya. Akan tetapi sesuatu mengganjal di hatinya. Ia tidak melihat Fania pulang dari tadi, perempuan itu pulang sampai pukul delapan. Tidak mungkin lebih akan tetapi ia merasakan ada hal lain yang membuatnya merasa tidak enak hati. Dengan segera ia melangkahkan kakinya menuju kamar Fania.
Ketika ia hendak mengetuk pintu, perempuan itu membuka pintu dan seorang laki-laki yang dibencinya keluar dari kamar perempuan tersebut. Seketika sekujur tubuh Reza dikuasai amarah melihat Raka yang keluar dari kamar Fania.
"Lo punya otak enggak sih, berkunjung sampai jam segini ke apartemen cewek,"
"Lo sendiri ngapain di depan kamar pacar gue?"
"Pacar?" tatapan mengerikan Reza mengarah pada Fania yang tidak memberikan reaksi apa-apa.
Raka tidak peduli dengan ucapan Reza langsung berpamitan pada Fania yang berdiri disampingnya.
Punggung laki-laki itu mulai tenggelam.
"Lo makin berani, Fan. Gue enggak nyangka lo berani bawa cowok ke kamar lo. Dan itu pacar lo sendiri,"
"Za, lo juga sering ke kamar gue bahkan sampai larut malam. Gue enggak masalah. Tapi kenapa pas pacar gue berkunjung lo jadi orang aneh gini, gue salah apa, Za?"
"Iya terserah lo, gue enggak tahu mau ngomong apalagi sama lo. Tapi..."
"Enggak ada tapi, Za. Kali ini gue bisa jaga diri." Fania berlalu menutup pintu kamarnya.
Reza berdiri di depan pintu tak berpaling sedikit pun.
Fania berdiri di belakang pintu. "Gue tahu lo khawatir, Za. Lo harus tahu Za gue pengin banget kayak lo, bisa bahagia lihat pacar main ke tempat lo ngasih semangat tiap hari. Gue ngerasa kayak di penjara lama-lama karena lo." Air mata Fania jatuh tiba-tiba dan tubuhnya mulai bergetar yang pelan-pelan mulai tumbang hingga membuatnya duduk dibelakang pintu. Baru saja ia merasakan kebahagiaan dengan Raka kini harus merasa rapuh setiap kali ingin merasa lepas dari Reza. Suara tangiannya mungkin tidak terdengar hingga luar, akan tetapi ia sudah tak bisa menahan dirinya lagi.
"Gue tahu, lo enggak bahagia selama ini. Sekarang lo nemuin kebahagiaan sendiri, gue bisa apa selain jagain lo. Tapi ini pilihan lo, gue enggak bisa larang lagi. Terakhir kalinya gue ngomong gini lo." Ia tahu selama ini memang terlalu mengekang Fania. Ia pun menjauh meninggalkan tempat itu untuk kembali lagi ke kamarnya.
"Za, gue sayang Raka. Gue mohon lo bisa ngerti keadaan itu sekarang," suara lirih Fania yang masih berada di belakang pintu.
Jangan lupa tinggalkan jejak like dan masukin ke favorite kalian ya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 232 Episodes
Comments
Anggieapp~
halloo authorr hebatt lnjutt truss Thor
ohya aku ijin promo yaa mampir jga yaa ke lapak aku klian tinggal kunjungi profil aku
trimaksih
2020-06-03
1
Sella Iskandar
kegnya aku pernh baca novel yg akur ceritanya gini juga deh Thor😔 mereka berantem nnti trus si cewe tau busuk nya pacarnya trus sahabatnya Uda telanjur sayang sama dia dan endingnya mereka b2 deh
2020-03-20
3
Anita Sampel
lnjut....
2019-10-12
1