BERDEBAR

"Za, lo kenapa berdebar?"

Reza menggeleng.

"Lo ngagetin gue, gimana jantung gue enggak hampir copot."

"Za, setelah gue tinggalin Raka. Lo mau kan jadi kakak gue. Bukan sekadar sahabat, lo jaga gue seperti Abang gue?"

Reza mengeratkan pelukannya.

"Gue selalu sayang sama lo, jagain lo. Gue enggak mau lihat lo menderita. Gue sayang lo sama seperti Fandi sayang sama lo. Lo bandel, tapi lo itu buat gue lega dengan ucapan lo." Reza mengecup kening Fania.

"A-apa gue enggak salah dengar?"

"Gue janji akan jagain lo."

Raut wajah Fania sudah seperti kepiting rebus dibuatnya. Untuk pertama kalinya Reza bisa bersikap seperti kakaknya sendiri. Padahal setiap hari, mereka harus bertengkar hanya karena hal-hal kecil yang membuat Fania kesal oleh tingkah Reza.

"Sarapan yuk. Gue udah masak buat lo." Ajak Fania.

Reza melangkahkan kakinya mengikuti Fania.

Mereka berdua menyantap sarapan mereka.

"Za, gue boleh tanya enggak ke lo?"

"Tanya apaan?" Reza, terus menyantap makanannya tanpa berhenti bahkan ketika mulutnya penuh oleh sarapan, ia masih menanggapi ucapan, Fania.

"Lo kenapa mabuk? Kenapa lo ngerasa bersalah banget sama Abang gue?"

Reza berhenti dan meletakkan sendoknya.

"Gue enggak ngomong aneh-aneh kan?"

"Lo enggak ngomong aneh, semalam waktu Kevin antarin lo pulang. Gue yang jaga lo, cuman lo itu ngerasa bersalah banget sama Fandi. Kenapa?" tanya Fania. Berharap semoga Reza jujur padanya tentang kisah Fandi selama ini yang tidak ia ketahui.

"Lo udah kayak adik gue, jadi kalau gue gagal. Gue ngerasa bersalah sama Abang lo. Gue ngelarang lo dekat sama Raka waktu itu karena ada alasannya. Terserah lo dekat sama siapa aja, yang penting Raka blacklist dari hati lo."

Fania mengangguk paham. Meski jawaban yang ia terima tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Akan tetapi, Fania masih bisa bersyukur karena Reza masih begitu peduli dengannya. Setelah kepergian Fandi, orang tuanya memilih tinggal di Australia dan tidak kembali lagi. Mengingat perihnya mempertahankan Fandi hingga akhirnya laki-laki itu pergi untuk selamanya.

Reza menarik napas panjang. Ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Fania.

Sarapan selesai. Reza mengajak Fania untuk pergi.

"Udah selesai?"

"Udah. Ohya gue beresin ini terus gue balik deh."

"Lo enggak kerja?"

"Gue tahu lo mabuk, Za. Tapi enggak harus kehilangan ingatan juga. Ini hari minggu, lo mau kerja apaan?" tanya Fania yang sambil meledek Reza.

"Gue ganti pakaian. Damn."

Fania terkekeh melihat Reza yang langsung memutar arah ketika ia mengatakan hal tersebut.

Fania membereskan bekas sisa makanan mereka. Setelah selesai mencuci piring ia menuju ruang tamu dan menyalakan televisi ditempat Reza.

Reza datang dan langsung tidur dipangkuan Fania. Perempuan itu tengah duduk di sofa sambil menikmati acara televisi.

"Pijitin gue, serius gue pusing."

"Ngapain lo tidur di paha gue?"

"Lo enggak dengar? Gue kan bilang kalau gue lagi pusing dan minta lo pijitin kepala gue dikit doang." Reza menarik kedua tangan Fania mengarah kepalanya.

Perempuan itu berdecak kesal. Namun, tetap melakukan perintah Reza.

Sudah bukan hal biasa lagi kalau mereka sering saling mengunjungi satu sama lain seperti biasanya. Andai Reza tidak dalam kondisi mabuk, tentu saja rahasia besar itu tidak akan terungkap. Kini, Fania sadar. Bahwa apa yang dilakukan oleh Reza itu sudah sepantasnya ia turuti. Mengingat bahwa Reza adalah sahabat dekat Fandi, meski usia mereka terbilang berbeda empat tahun.

"Fan, lo kenapa tiba-tiba mau putusin Raka?"

"Enggak apa-apa gue cuman bosan aja."

"Kemarin lo nangis berdarah-darah belain dia. Sekarang lo bilang bosan. Gila lo bisa move on dalam waktu sehari." Ucapnya heran.

Fania tak menjawab apapun. Ia justru tak mengalihkan pandangannya dari layar televisi. Tak lama kemudian suara dengkuran halus Reza mulai terdengar.

Fania menggantikan pangkuannya dengan bantalan sofa kemudian membersihkan apartemen milik Reza. Mulai dari kamar, serta yang lainnya. Menurutnya itu adalah hal yang wajar, sebab tidak ada kegiatan lain yang menyibukkan dirinya.

"Bang, gue janji akan tetap nurut sama orang yang lo percaya buat jaga gue. Sekarang gue mau balas kebaikan dia. Gue mau dia jadi kakak gue, tanpa harus gantikan lo." Batinnya.

Fania mulai membungkus semua sampah dan siap untuk membuangnya. Ketika ia membuka pintu, seseorang berdiri di depannya.

"Lo siapa? Ngapain lo di kamar Reza?"

"Gue temannya. Kenapa?" jawab Fania sinis.

"Reza mana?"

"Tidur. Dia capek, enggak usah diganggu." Tukas Fania dan langsung keluar untuk membuang sampah.

Sekitar sepuluh menit berlalu. Fania kembali lagi dan melanjutkan pekerjaannya tanpa menghiraukan perempuan yang datang tadi.

"Eh perempuan ******, lo ngapain masuk ke kamar cowok gue?"

"Situ kali yang ******. Main nyelonong ke kamar orang." Jelas Fania.

Dengan sedikit kesal. Lizi menarik rambut Fania hingga tersungkur, dan Fania mencoba untuk melawan. Namun, pada saat ia berusaha untuk bangun untuk melawan perempuan itu justru mendorongnya lagi. Hingga ia terjatuh mengenai ujung sofa.

"Berisik." Teriak Reza. Laki-laki itu bangun dari tidurnya dan melihat yang terjadi. Ia segera berlari menuju Fania yang tergeletak di samping sofa.

"Lizi, kamu ngapain sih pagi-pagi buat ribut?"

"Oh, bagus banget ya. Sekarang kamu mulai bela perempuan ****** ini." Tunjuknya pada Fania.

Fania meringis kesakitan, bibirnya mengeluarkan darah.

Dengan segera Reza menarik perempuan itu dan membawanya keluar. "Jangan pernah kamu datang lagi ke tempat aku. Kita putus." Emosi Reza bergejolak ketika melihat apa yang terjadi pada Fania. Ia pun segera menutup pintu dan menghampiri Fania.

"Lo kenapa sih harus ladenin dia?"

"Gue lagi beres-beres. Dia tiba-tiba nyerang gue dan ngatain gue ******. Waktu gue mau ngelawan gue malah jatuh terus luka gini."

Reza menggiring Fania untuk duduk di sofa dan mengambil kotak obat dan mengobati luka perempuan itu. Beberapa kali ia meringis menahan perih.

"Udah deh, jangan cengeng."

"Perih tahu enggak."

Dengan hati-hati Reza membersihkan luka Fania yang ada di bibirnya. Perempuan itu justru menangis menahan perih karena obat luka itu.

Reza hanya tersenyum. Untuk pertama kalinya ia melihat sahabatnya itu menangis.

"Udah. Sakit tahu." Beberapa kali Fania memukul pundak Reza agar laki-laki itu berhenti.

"Cengeng lo, enggak kayak biasanya." Ledeknya.

"Sakit. Gara-gara pacar lo. Tanggung jawab lo!"

"Gue harus tanggung jawab seperti apa?"

"Terserah."

"Ya udah, sini gue cium mana yang sakit."

"Bangke lo, ciuman gue untuk suami gue. Enggak ngasih percuma ke lo."

"Tenang aja. Gue enggak bakalan biarin orang lain cium lo. Kalau ada yang berani nyentuh lo, bilang. Biar gue yang hajar.

Suasana hening sejenak.

"Za, lo enggak nyesel usir cewek lo?"

"Gue putusin. Gue malas lihat perempuan keras kepala begitu. Udah lama mau putus. Jadi karena lo terluka, jadi ada alasan untuk putusin dia."

"Jadi gue cuman jadi orang yang ngasih lo keberuntungan gitu?" tanya Fania kesal.

"Enggak juga kali."

**

Sore menjelang. Kevin datang ke apartemen Reza. ketika ia masuk, ia melihat Reza dan Fania tidur di depan televisi. Posisi itu mengagetkan Kevin, Fania yang tertidur dilengan kiri Reza. Sedangkan Reza memeluk Fania dengan nyaman. Kevin yang melihat itu merogoh saku celananya dan mengambil gambar keduanya.

"Lo serasi brengsek, cuman lo itu enggak mau ngakuin lo sayang Fania bukan sekadar karena dia adik dari Fandi." Ucap Kevin pelan.

Ia pun duduk di sofa. Memerhatikan keduanya yang memang menurut Kevin sudah sangat serasi. Sambil bermain game Kevin masih bersedia menunggu. Ia sedang merasa bosan di rumah. Hingga akhirnya apartemen Reza menjadi pelarian.

"Lo enggak boleh terluka. Gue enggak mau lo kenapa-kenapa, apalagi gue enggak mau lihat lo nangis kayak tadi, gue bakal marah sama diri gue sendiri." Ucap Reza lirih sambil menyibakkan rambut ke belakang telinga perempuan itu. Reza pun mencium kening Fania untuk kedua kalinya dan tersenyum.

"Ekhem."

Reza mendongakkan kepalanya dan jantungnya hampir saja copot. Napas yang tersenggal-senggal karena terkejut ketika baru bangun sudah ada seseorang di tempatnya.

"Brengsek lo. Sumpah ngagetin gue." Reza menarik napasnya pelan.

Ia bangun dari tidurnya dengan hati-hati. Dan menggantikan tangannya dengan bantal yang pakai tadi.

Reza melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya agar terlihat segar.

"Lo ngapain, Vin. Ngagetin gue aja lo." Protesnya ketika mengambil air dari dalam kulkas. Kevin hanya terkekeh.

"Munafik lo, lo kalau sayang sama dia ngomong aja. Lo ngapain modus, cium kening segala. Lo enggak bisa bohongin perasaan lo."

"Gue enggak ada perasaan apa-apa. Gue cuman mau jagain dia."

"Ngeles mulu. Ya udah terserah lo, ohya gue mau ngajak lo keluar malam ini. Lo bisa kan?"

Reza menggeleng.

"Fania sakit, lo lihat deh sana. Lizi salah paham, dia dorong Fania sampai jatuh, dia sedang enggak baik-baik saja."

"Salah paham gimana?"

"Biasa, dia cemburu sama Fania. Terus nuduh Fania ******. Dia jambak rambut Fania, sampai jatuh. Bibirnya juga tadi sempat berdarah."

"Terus lo enggak ada usaha pisahin mereka?"

"Gue tidur, kepala gue pusing. Karena mabuk semalam, tapi gue udah kasih pelajaran ke dia, gue putusin. Kan gue ada tuh alasan untuk putusin dia." Ucapnya sambil terkekeh. Kevin hanya menggeleng melihat kelakuan Reza.

 

 

"Za, lo di mana?" suara Fania parau.

 

 

Terpopuler

Comments

Iin Farlinda

Iin Farlinda

ih gemes ma reza yang munafik ,gak mau ngakuin perasaanya 😋😋😋

2019-08-02

4

lihat semua
Episodes
1 Persahabatan
2 Kebiasaan
3 Problem
4 Mabuk
5 BERDEBAR
6 KEJADIAN
7 Takut
8 DUKA
9 Calon Istri
10 Maaf
11 Belum ada cinta
12 PELUK
13 Penggoda
14 Harapan
15 Mencintaimu
16 PILIHAN
17 Berakhir
18 KEINGINAN UNTUK HADIR
19 MELINDUNGI
20 KEHILANGAN
21 KESEDIHAN
22 BENCI
23 MENEBUS RINDU
24 BAHAGIAMU BERARTI
25 MENJAGAMU
26 HARUS BAHAGIA
27 HARGA DARI SEBUAH SETIA
28 MASA LALU MENYAKITKAN
29 TIDAK ADA SALAHNYA
30 MENGALAH
31 KELUARGA BAHAGIA
32 MENURUTI
33 JANGAN DIULANGI
34 PERMINTAAN
35 YANG TERBAIK
36 BERTEMU LAGI
37 RINDU UNTUKMU
38 JANGAN EGOIS
39 SELISIH PAHAM
40 Masa lalu yang datang
41 ketidaksengajaan
42 jadilah yang terbaik
43 Kalahkan Ego
44 Gagal
45 Berita Buruk
46 Apa pun Risikonya
47 Kesalahan Masa Lalu yang Menyedihkan
48 Mengakhiri
49 Alasan Lain
50 Memperbaiki
51 Tidak Ada yang Dibandingkan
52 Usaha Sendiri
53 Tidak Ada Salahnya
54 Sifat Yang Berbeda
55 Keterlaluan
56 Kejadian Semalam
57 Tak Terduga
58 Semua Menjauh
59 Benci Itu Tidak Pernah Ada
60 Kasih Sayang Orang Tua
61 Memberi Efek Jera
62 Permintaan Maaf
63 Keinginan
64 Terpana
65 Perdebatan
66 Tak Disengaja
67 Rahasia
68 Cinta Abadi
69 Ketakutan
70 Tumben
71 Berbeda
72 Mabuk
73 Menang Sendiri
74 Perintah Orang Tua
75 Belum Waktunya
76 Lihat Saja
77 Tolong Pergi
78 Dipaksa
79 Terlalu Polos
80 Luka Itu
81 Sama Saja
82 Jaga Dengan Baik
83 Membantah
84 Kebodohan Keano
85 Semua Palsu
86 Doakan Saja
87 Rayuan Manis
88 Alur Permainan
89 Pergi Dengan rasa sakit
90 Pilihan Meninggalkan
91 Kesepakatan
92 Apalagi?
93 Terserah
94 Jangan Diungkit!
95 Melamar
96 Janji Suci
97 Tidak Peduli
98 Menuntaskan
99 Tanggung Jawab
100 Kebohongan Tak Berujung
101 Mendatangi
102 Beri Waktu
103 Menegaskan
104 Kesibukan
105 Pertanggung Jawaban
106 Mengecewakan semua orang
107 Yakin Diterima?
108 Tidak Ada Hubungan Lagi
109 Takut Karma
110 Kehidupan Masa Depan Seperti Apa?
111 Kebutuhan
112 Keberadaannya
113 Pria waktu itu
114 Sekalipun Terpaksa
115 Kutunggu
116 Mencari Jalan Keluar
117 Sehat Selalu
118 Bukan Pemuas Kebahagiaan
119 Memohon
120 Merestui
121 Pengantin Pengganti
122 Tertegun
123 Bukan Manusia
124 Pindah
125 Kunjungan Keano
126 Keakraban
127 Tidur Di Luar
128 Penolakan
129 Pergi Dari Rumah
130 Ingin Hilang Ingatan
131 Sabina Yang Polos
132 Rindu Seorang Perempuan
133 Harapan Satu-satunya
134 Status Yang Sebenarnya
135 Menjijikkan
136 Tak Ada Apa-apa
137 Jangan Katakan Apapun
138 Menyelesaikan masalah
139 Tersipu
140 Takut Menolak
141 Hasrat
142 Bercinta
143 Setidaknya Sudah Berani Jujur
144 Demi Buah Hati
145 Cemburunya suami
146 Merajuk
147 Berjanji
148 Rindu Itu pasti
149 Suami Penyayang
150 Permintaan Mama
151 Tidak Dekat
152 Diterima
153 Dia Bertanggujawab
154 Jaga Dia
155 Dia Terbaik
156 Menjaga Perasaan anak
157 Tentang Jatuh Cinta
158 Kejadian Dulu
159 Sempat Ragu
160 Sebatas Teman
161 Yang Terjadi di Masa lalu
162 Kenapa Cumn aku?
163 Menantang
164 Orang tua dan anak
165 Mencurigai
166 Ikuti semuanya!
167 Janggal
168 Meninggalkan semuanya
169 Jika jujur?
170 Jangan Melampaui Batas!
171 Sang Penggoda Juga
172 Mata-mata
173 Tidak ada Pilihan
174 Anak mantan istri
175 Meninggalkan Kota
176 Kerjasama Yang Baik
177 Pasti Ada Sebab
178 Buka Mata!
179 Mengalah Lebih Baik
180 Mengabaikan
181 Alasan Yang Kuat
182 Sempat Ragu
183 Bukan Pengecut
184 Musuh yang datang
185 Jangan pisahkan Mereka!
186 Di sisinya
187 Tentang Kematian
188 Semua Itu Ada Masanya
189 Kenangan Yang Dulu
190 Demi Cinta
191 Tak Ingin Menyesal
192 Pengecut Yang Sebenarnya
193 Kepergiannya
194 Keegoisan Masa Lalu
195 Menjadi Lebih Baik
196 Jangan Menyia-nyiakan
197 Benar-Benar Pergi
198 Menemani
199 Ada Dendam
200 Direncanakan
201 Dosa Orang Tua
202 Menjemput Kembali
203 Tak Bisa Dipercaya
204 Kebahagiaan Mereka
205 Memohon Kembali
206 Tidak Semua Hal
207 Bahu Terbaik
208 Membutuhkan Cinta
209 Penyelesaian
210 Harus Tetap di Sisinya
211 Berdamai
212 Hadiah
213 Anugerah Tuhan
214 Andai seperti kamu
215 Anak Sendiri
216 Tempat Pulang Terbaik
217 Teman Lama
218 Salah Paham
219 Berpisah Yang sebenarnya
220 Kepercayaan yang mahal
221 Dia Pembunuh
222 JALan Yang Terbaik
223 Ancaman
224 Pernah Menyakitkan
225 Dosa Yang Sama
226 Menghindari
227 Bukan Berarti
228 Sudah Cukup
229 Takut Menyesal
230 Mereka Lebih Tahu
231 Mengapa Harus Dia?
232 Bahagia Sederhana
Episodes

Updated 232 Episodes

1
Persahabatan
2
Kebiasaan
3
Problem
4
Mabuk
5
BERDEBAR
6
KEJADIAN
7
Takut
8
DUKA
9
Calon Istri
10
Maaf
11
Belum ada cinta
12
PELUK
13
Penggoda
14
Harapan
15
Mencintaimu
16
PILIHAN
17
Berakhir
18
KEINGINAN UNTUK HADIR
19
MELINDUNGI
20
KEHILANGAN
21
KESEDIHAN
22
BENCI
23
MENEBUS RINDU
24
BAHAGIAMU BERARTI
25
MENJAGAMU
26
HARUS BAHAGIA
27
HARGA DARI SEBUAH SETIA
28
MASA LALU MENYAKITKAN
29
TIDAK ADA SALAHNYA
30
MENGALAH
31
KELUARGA BAHAGIA
32
MENURUTI
33
JANGAN DIULANGI
34
PERMINTAAN
35
YANG TERBAIK
36
BERTEMU LAGI
37
RINDU UNTUKMU
38
JANGAN EGOIS
39
SELISIH PAHAM
40
Masa lalu yang datang
41
ketidaksengajaan
42
jadilah yang terbaik
43
Kalahkan Ego
44
Gagal
45
Berita Buruk
46
Apa pun Risikonya
47
Kesalahan Masa Lalu yang Menyedihkan
48
Mengakhiri
49
Alasan Lain
50
Memperbaiki
51
Tidak Ada yang Dibandingkan
52
Usaha Sendiri
53
Tidak Ada Salahnya
54
Sifat Yang Berbeda
55
Keterlaluan
56
Kejadian Semalam
57
Tak Terduga
58
Semua Menjauh
59
Benci Itu Tidak Pernah Ada
60
Kasih Sayang Orang Tua
61
Memberi Efek Jera
62
Permintaan Maaf
63
Keinginan
64
Terpana
65
Perdebatan
66
Tak Disengaja
67
Rahasia
68
Cinta Abadi
69
Ketakutan
70
Tumben
71
Berbeda
72
Mabuk
73
Menang Sendiri
74
Perintah Orang Tua
75
Belum Waktunya
76
Lihat Saja
77
Tolong Pergi
78
Dipaksa
79
Terlalu Polos
80
Luka Itu
81
Sama Saja
82
Jaga Dengan Baik
83
Membantah
84
Kebodohan Keano
85
Semua Palsu
86
Doakan Saja
87
Rayuan Manis
88
Alur Permainan
89
Pergi Dengan rasa sakit
90
Pilihan Meninggalkan
91
Kesepakatan
92
Apalagi?
93
Terserah
94
Jangan Diungkit!
95
Melamar
96
Janji Suci
97
Tidak Peduli
98
Menuntaskan
99
Tanggung Jawab
100
Kebohongan Tak Berujung
101
Mendatangi
102
Beri Waktu
103
Menegaskan
104
Kesibukan
105
Pertanggung Jawaban
106
Mengecewakan semua orang
107
Yakin Diterima?
108
Tidak Ada Hubungan Lagi
109
Takut Karma
110
Kehidupan Masa Depan Seperti Apa?
111
Kebutuhan
112
Keberadaannya
113
Pria waktu itu
114
Sekalipun Terpaksa
115
Kutunggu
116
Mencari Jalan Keluar
117
Sehat Selalu
118
Bukan Pemuas Kebahagiaan
119
Memohon
120
Merestui
121
Pengantin Pengganti
122
Tertegun
123
Bukan Manusia
124
Pindah
125
Kunjungan Keano
126
Keakraban
127
Tidur Di Luar
128
Penolakan
129
Pergi Dari Rumah
130
Ingin Hilang Ingatan
131
Sabina Yang Polos
132
Rindu Seorang Perempuan
133
Harapan Satu-satunya
134
Status Yang Sebenarnya
135
Menjijikkan
136
Tak Ada Apa-apa
137
Jangan Katakan Apapun
138
Menyelesaikan masalah
139
Tersipu
140
Takut Menolak
141
Hasrat
142
Bercinta
143
Setidaknya Sudah Berani Jujur
144
Demi Buah Hati
145
Cemburunya suami
146
Merajuk
147
Berjanji
148
Rindu Itu pasti
149
Suami Penyayang
150
Permintaan Mama
151
Tidak Dekat
152
Diterima
153
Dia Bertanggujawab
154
Jaga Dia
155
Dia Terbaik
156
Menjaga Perasaan anak
157
Tentang Jatuh Cinta
158
Kejadian Dulu
159
Sempat Ragu
160
Sebatas Teman
161
Yang Terjadi di Masa lalu
162
Kenapa Cumn aku?
163
Menantang
164
Orang tua dan anak
165
Mencurigai
166
Ikuti semuanya!
167
Janggal
168
Meninggalkan semuanya
169
Jika jujur?
170
Jangan Melampaui Batas!
171
Sang Penggoda Juga
172
Mata-mata
173
Tidak ada Pilihan
174
Anak mantan istri
175
Meninggalkan Kota
176
Kerjasama Yang Baik
177
Pasti Ada Sebab
178
Buka Mata!
179
Mengalah Lebih Baik
180
Mengabaikan
181
Alasan Yang Kuat
182
Sempat Ragu
183
Bukan Pengecut
184
Musuh yang datang
185
Jangan pisahkan Mereka!
186
Di sisinya
187
Tentang Kematian
188
Semua Itu Ada Masanya
189
Kenangan Yang Dulu
190
Demi Cinta
191
Tak Ingin Menyesal
192
Pengecut Yang Sebenarnya
193
Kepergiannya
194
Keegoisan Masa Lalu
195
Menjadi Lebih Baik
196
Jangan Menyia-nyiakan
197
Benar-Benar Pergi
198
Menemani
199
Ada Dendam
200
Direncanakan
201
Dosa Orang Tua
202
Menjemput Kembali
203
Tak Bisa Dipercaya
204
Kebahagiaan Mereka
205
Memohon Kembali
206
Tidak Semua Hal
207
Bahu Terbaik
208
Membutuhkan Cinta
209
Penyelesaian
210
Harus Tetap di Sisinya
211
Berdamai
212
Hadiah
213
Anugerah Tuhan
214
Andai seperti kamu
215
Anak Sendiri
216
Tempat Pulang Terbaik
217
Teman Lama
218
Salah Paham
219
Berpisah Yang sebenarnya
220
Kepercayaan yang mahal
221
Dia Pembunuh
222
JALan Yang Terbaik
223
Ancaman
224
Pernah Menyakitkan
225
Dosa Yang Sama
226
Menghindari
227
Bukan Berarti
228
Sudah Cukup
229
Takut Menyesal
230
Mereka Lebih Tahu
231
Mengapa Harus Dia?
232
Bahagia Sederhana

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!