"Za, lo di mana?" suara Fania parau.
"Gue di sini. Lo udah bangun?" balas Reza dari dapur dan mendekati perempuan itu.
"Gue balik, bro." Pamit Kevin.
Reza duduk di samping Fania yang tengah membereskan rambutnya. Masih terlihat memar yang ada dilengan dan juga sikunya.
"Malam ini mau ke rumah Mama, kamu mau ikut?"
Fania menggeleng. "Aku pulang aja."
Dengan hati-hati Reza membantu Fania berdiri mengingat bahwa terlukanya perempuan itu adalah karena mantan kekasihnya.
Fania kembali ke apartemennya. Ketika melihat ke ponselnya, ia menerima sebuah pesan dari Raka yang mengajaknya untuk pergi malam ini.
Ia membereskan seisi apartemennya hingga beres. Kemudian ia menuju kamar mandi dan berendam di sana. Melepaskan segala lelah yang terasa hari itu juga.
"Raka, gue sayang sama lo. Sayang banget, tapi gue enggak bakalan bisa bahagia karena telah sayang ke orang yang sudah buat kakak gue sendiri sakit hati. Gue enggak benci lo, Ka. Gue enggak mau hidup gue bernasib yang sama seperti orang yang kakak gue sayangi." Lirihnya.
Fania beranjak dan mulai mengenakan handuk.
Ia bersiap-siap untuk pergi bersama dengan Raka malam ini.
Setengah jam kemudian Raka datang menuju apartemennya untuk menjemput Fania.
"Sayang, tambah cantik aja,"
"Thanks, masuk Ka!"
"Enggak usah deh. Kita kan mau jalan." Ucapnya riang.
Fania pun masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil tasnya kemudian pergi dari.
Sementara, Reza sudah tiba di rumahnya untuk menemui orang tuanya yang sengaja mengundang dirinya untuk makan malam.
"Sayang apa kabar?"
"Baik, Ma."
"Ohya sayang, malam ini kita akan kedatangan tamu."
"Siapa Ma?" Reza mengkerutkan dahinya.
"Nanti juga kamu tahu sendiri." Ucap Mama kemudian meninggalkan Reza dan Papanya berada di ruang tamu.
Ia sibuk membicarakan bisnisnya dengan sang papa. Dan, tiba-tiba adiknya ikut bergabung bersama mereka berdua.
"Kakak enggak bawa kak Fania? Aku kangen sama kak Fania."
"Enggak, Shita. Kamu kalau kangen ke apartemen dia aja."
"Kak Fania kan kerja, terus kalau aku ke sana paling enggak dibolehin sama Mama kalau malam."
"Tunggu kamu libur sekolah dulu!"
Shita, adik satu-satunya Reza yang kini masih duduk di bangku kelas sebelas. Perempuan yang memang akrab dengan Fania sejak tiga tahun yang lalu.
"Sayang. Akhirnya kamu datang juga." Sambut Mama Reza.
Reza menoleh dan mendapati sosok perempuan yang sudah lama ia rindukan. Nesya, kekasihnya dulu yang kini tinggal di Jerman. Perempuan yang sudah mengisi hati Reza sejak kuliah.
"Reza?" perempuan itu berlari dan memeluk Reza. Begitu juga dengan Reza yang sudah merindukan perempuan itu sejak lama.
"Kamu kenapa menghilang? Nomormu enggak aktif lagi?" balas Reza.
Shita, yang melihat itu mengerucutkan bibirnya. Ia tidak terlalu suka dengan Nesya karena gaya hidupnya yang terlalu bebas. Bahkan tidak malu memeluk kakaknya di depan orang tua dan dirinya.
Makan malam pun dimulai dengan begitu membahagiakan. Sesekali Reza mengeratkan genggamannya pada jemari Nesya.
Senyum bahagia yang tergambarkan diraut wajah Reza. Mereka belum resmi putus, karena Nesya pergi meninggalkannya untuk pendidikan.
Sepanjang makan malam mereka. Sesekali obrolan menyinggung soal hubungan mereka. Dan, sesekali juga mereka berdua saling melempar tatapan satu sama lain.
Makan malam selesai.
"Ma, Pa, Shita. Reza pamit ya antarin Nesya pulang."
"Kamu hati-hati sayang." Sahut Mama.
Reza dan Nesya pun keluar dan tak pernah melepaskan genggaman mereka berdua.
"Ma, kenapa sih kak Reza milih kak Nesya? Padahal ya kak Fania lebih cantik, baik banget lagi."
"Itu karena kakak kamu memang cintanya sama Nesya, bukan sama Fania. Kalau mereka berdua saling mencintai, Mama lebih bahagia lagi kalau Reza segera menikah dengan salah satu perempuan pilihannya." Balas sang Mama lagi. Kemudian pergi ke ruang tamu untuk menemui Papa yang sedang asyik di depan televisi.
**
Tiba di apartemen Reza dan mereka berdua baru saja masuk. Nesya dengan segera menyambar bibir Reza, laki-laki itu tersenyum ketika Nesya melepaskan ciumannya.
"Sudah mulai berani sekarang?"
"Za, aku mencintaimu."
"Sya, dari dulu aku selalu mencintaimu. Menunggu kamu pulang sampai akhirnya sekarang aku bahagia bisa bertemu kamu."
"Kunci pintunya sayang." Lirih Nesya.
Nesya menggantungkan kedua tangannya dileher Reza dan kembali ******* bibir Reza. laki-laki itu hanya tersenyum dan sesekali menggigit bibir bawah Reza.
Ia segera menarik perempuan itu ke kamarnya dan menindihnya.
"Sya, apa kamu enggak akan menyesal?"
"Reza, kita saling mencintai dari dulu. Kita selalu saja berhenti, dan menahannya. Kita sudah sama-sama dewasa sekarang."
Ia tersenyum dan ******* bibir Nesya. Mereka berciuman cukup lama hingga akhirnya napas keduanya tersenggal-senggal. Nesya mengarahkan tangan Reza ke dadanya hingga Reza meremasnya dengan lembut.
"Sayang. Kamu serius kita akan lakuin ini?"
"Serius sayang, aku mencintaimu Reza. Sangat mencintaimu."
Reza melepas ciumannya dan membuka pakaian Nesya. Ia mencium kembali perempuan itu dan akhirnya melepaskan kaitan bra berwarna hitam milik Nesya. Reza tersenyum melihat Nesya wajahnya sudah sangat merah. Ia menciumnya, memberikan tanda pada dada Nesya.
Perempuan itu terus mengerang, tidak peduli bahwa dia sudah setengah telanjang. Rindunya pada Reza kini terbayarkan. Dengan sangat lembut Reza menurunkan celana dalam perempuan itu. Membuka kedua paha Nesya dan mengarahkan kepalanya ke tengah-tengah milik Neysa.
Bukan untuk pertama kalinya Reza melakukan hal tersebut. Sudah pasti bahwa ia sangat berpengalaman memuaskan perempuan. Namun, dengan Nesya ini adalah pertama kalinya meski mereka sudah berpacaran delapan tahun dan selalu membatasi diri untuk tidak melakukan hal sejauh ini.
"Za, aku enggak kuat." Nesya terus mengerang ketika Reza sudah mencium miliknya di bawah sana.
Reza naik lagi lagi untuk mencium perempuan itu dari perut hingga berakhir di bibir. Melumatnya berkali-kali dan sesekali ia melihat wajah perempuan yang dicintainya itu.
"Sekarang ya sayang?" bisik Reza yang terus membuat Nesya mendesah.
"Za, pakai pengamanmu."
"Enggak akan sayang, kalau kamu hamil kita akan menikah. Dan, ini kan yang pertama bagi kita."
"Za, aku belum bisa menikah. Tolong, dengarkan aku pakai pengamanmu."
"Aku tidak punya sayang." Bisiknya. Bohong besar ketika Reza tidak punya barang tersebut. Laki-laki brengsek sepertinya selalu menyediakan barang itu di lacinya setiap kali bercinta dengan perempuan lain. Akan tetapi karena ini bersama orang yang benar-benar dicintainya. Ia tidak ingin melewatkan hal indah ini.
"Ada di tasku sayang. Kamu pakai ya." Jawab Nesya yang terus mengelus dada bidang Reza. laki-laki itu bangkit dan mencari barang tersebut di tas milik Neysa. Beberapa menit kemudian ia kembali lagi dan menindih tubuh Nesya.
"Aku akan pelan sayang aku janji. Karena aku enggak mau nyakitin kamu."
"Za, Lakukanlah."
Dengan pelan Reza mulai mencari tempatnya untuk memuaskan nafsunya. Dengan pelan dan sekali hentakan miliknya sudah masuk seluruhnya pada organ intim Neysa.
"Sya? Kamu enggak perawan lagi? Bukankah aku selalu menjagamu?"
"Za, kamu kecewa? Za, ayolah aku sudah enggak kuat lagi."
Reza tersenyum, ia mulai menggerakkan pinggulnya. Sesekali mencium dan meremas dada Nesya. Meski tidak mendapatkan apa yang diinginkannya tetapi Reza sudah sangat bahagia bisa bertemu dengan Nesya.
Ia membalikkan badan Nesya dan menusuknya dari belakang. Nesya terus mengeluarkan suara desahan membuat Reza terus memacu dirinya dengan lebih kencang.
Tubuh Nesya sudah tumbang terlebih dahulu dibandingkan dengan Reza.
"Thanks, Sya." Lalu mencium kening perempuan itu dan tidur sambil memeluk tubuh Nesya yang sudah tak berdaya lagi. Napas mereka yang kian tak beratur.
"Aku pulang ya, Za."
"Kamu menginap malam ini. Kamu akan jadi milikku sampai kamu balik lagi ke Jerman." Reza menenggelamkan wajah Nesya di dadanya dan sesekali terus mencium kening perempuan itu.
Hingga tengah malam. Entah sudah berapa kali Reza melakukan itu pada Nesya.
Keesokan harinya...
Shita, berniat mengantarkan sarapan ke apartemen Reza. Dengan wajah cerianya ia juga ingin bertemu dengan Fania yang sudah sangat dirindukannya.
Shita menekan pin apartemen Reza. Dengan langkah yang sangat riang, Shita melangkahkan kakinya untuk masuk. Di dalam, ia sudah mulai merasa ada yang aneh dari suara-suara desahan yang keluar dari kamar Reza. Ia pun dengan hati-hati melangkahkan kakinya untuk masuk.
Deg
Melihat pemandangan yang ada di depannya membuat tubuh Shita membeku. Pintu kamar yang dibiarkan terbuka serta pakaian berserakan di kamar tersebut. Kedua tangannya menutup mulutnya. Diluar dugaan Shita, mereka telah melakukan hal yang sangat tidak wajar. Itulah mengapa Shita tidak menyukai jika kakaknya berhubungan dengan Nesya, karena ia tahu bahwa hal ini mustahil tidak terjadi.
Ia keluar kamar, menghapus air matanya dan berusaha menenangkan diri di ruang tamu.
Beberapa saat kemudian perempuan itu keluar dengan handuk yang hanya menutupi dada hingga paha. Shita yang melihat itu berdecak kesal.
"Lihat betapa menjijikkannya tubuh itu, gue enggak bakal tinggal diam. Gue harus bilang ke Mama." Lirihnya.
"Shita, kapan kamu datang?" perempuan itu menghampiri Shita yang tengah duduk menikmati acara televisi pagi itu.
"Baru saja. Kakak menginap?"
"Ya sayang. Kakak kamu yang minta. Za, adik kamu datang berkunjung nih." Perempuan itu berlalu dan langsung masuk ke kamar tanpa berkata apa-apa pada Shita.
Hati Shita terasa dirobek-robek ketika dengan acuhnya perempuan itu merasa tidak bersalah dengan apa yang dilakukannya.
"Shita, kenapa kamu enggak bilang kalau mau datang?"
"Mama nyuruh aku ngantarin kakak sarapan. Sebelumnya, lihat dulu diri kakak dicermin sebelum menemuiku. Lihat betapa menjijikkannya kalian berdua dengan tanda-tanda merah yang memenuhi leher kalian. Kalian sudah sama-sama dewasa, kenapa tidak menikah? Inikah alasan kak Reza nolak kak Fania. Kak, hati aku sakit kak. Bagaimana kalian sampai sejauh ini kak? Aku adik kakak yang melihat hal itu ngerasa sakit? Kalian saling mencintai harusnya membuktikan dengan cara yang sebenarnya."
Reza terdiam. Adiknya benar, tidak seharusnya ia sejauh ini dalam berhubungan dengan Nesya. Perempuan itu bangun dari tempat duduknya.
"Aku pulang kak. Anggap saja aku tidak melihatnya, jangan pernah temui aku lagi kak. Aku enggak mau kakak menjijikkan seperti ini. Aku tidak menjamin bahwa aku enggak akan cerita ke Mama."
Ia tercengang.
"Damn, Shita melihatnya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 232 Episodes
Comments
𝐿𝑒𝑒🇪 🇻 🇦 🇳 🇬 🇪 🇱 🇮 🇳 ℎ𝑎𝑟𝑣𝑒𝑦
semangat ya kak, aku suka
2019-09-10
3