“Aku sudah tak sanggup lagi, hah ... hah ... hah ....” Pangeran Regar Virmilion, ngos-ngosan kelelahan akibat berlari keliling peternakan itu. Padahal ini baru masuk dua putaran saja. Ia sudah tak sanggup lagi melanjutkannya.
Setelah beristirahat sejenak, ia kemudian kembali ke gudang tua menemui Setiawan.
“Paman apakah Aku boleh menyerap Mana?” tanyanya dengan wajah pucat akibat kelelahan.
“Siapa yang suruh kau kembali, baru juga kau keluar sebentar!” sahut Setiawan pada Regar yang baru sampai di pintu gudang tua peternakan itu.
“Ta-tapi—”
“Tak ada tapi-tapian, di duniaku, pelatihan militer itu jauh lebih sulit lagi, yang ini bahkan tak dihitung sebagai pemanasan!” sela Setiawan yang membuat Pangeran Regar Virmilion cemberut dan kembali berlari mengelilingi peternakan itu.
“Aku pasti bisa! Aku pasti bisa!” seru Regar sambil memaksakan diri berlari, namun ujung-ujungnya ia hanya mampu satu putaran saja.
Pangeran Regar Virmilion tumbang dan tersungkur ke tanah, kepalanya pusing serta pandangannya berubah menjadi kunang-kunang, iapun pingsan di sana.
***
“Ternyata benar, kesalahan Elf di sini adalah mereka terlalu tergantung pada Mana, sehingga tak melatih fisik mereka. Padahal dengan mengatur tehnik pernafasan dan fisik yang mumpuni, maka pengeluaran Mana saat bertarung akan lebih efisien dan saat terbiasa mengatur tehnik pernafasan juga otomatis juga lebih mudah menyerap Mana,” guman Setiawan setelah mempelajari banyak buku yang diberikan oleh Regar. Akhirnya ia menyimpulkan itu.
“Ah, perutku sudah lapar?” Setiawan memegangi perutnya yang berbunyi, “gruk-gruk” itu. “Apa anak itu telah jatuh pingsang, ya,” katanya lagi.
Sementara itu di peternakan, Regar yang pingsan sudah siuman kembali. “Ah, pelatihan ini, seperti neraka saja. Itupun, katanya belum dianggap pemanasan,” gerutu Regar bergegas menuju gudang tua kembali, karena ia juga sudah kelaparan.
Setiawan mencoba melangkah, walaupun harus terseok-seok menuju dapur. Setiawan memperhatikan perbekalan yang dibawa oleh Regar.
“Ada beras, kentang, ubi, bawang, tomat, cabai, ikan salai, kelapa tua, ikan teri, daging mentah dan bahan-bahan dapur lainnya.” Setiawan membongkar isi perbekalan itu. “Aku masak rendang saja, kalau terlalu lama dibiarkan, nanti daging ini akan busuk,” kata Setiawan dalam hati.
Ia kemudian mulai memotong-motong daging itu menjadi potongan kecil-kecil. Setelahnya mencucinya hingga bersih. Tak lupa ia juga menyiapkan bahan lainnya.
Setelah semua selesai, ia mulai menggilainya hingga matang.
“Umm, wangi sekali,” guman Regar lansung menuju dapur.
“Cepat kali kau datang, bukannya kusuruh 50 putaran!” seru Setiawan saat melihat Regar yang datang menghampirinya.
“Aku tak kuat lagi, tadi aku sudah jatuh pingsang,” sahut Regar dan berkata lagi, “bolehkah aku menyerap Mana supaya bugar kembali.”
“Tidak boleh!” Setiawan lansung menjawabnya. “Aku sudah menemukan metode pelatihan yang pas buatmu!” katanya lagi dengan senyum lebar.
Padahal sebelumnya ia sangat sedih, saat mengetahui bahwa iklim di dunia ini tak akan cocok pada manusia bumi. Secara perlahan sistem imun tubuh mereka akan melemah seiring berjalannya waktu. Begitulah yang ditulis pada buku yang ber-aksara Jawi itu.
Manusia bumi sebelumnya bertahan hanya dalam waktu lima tahun saja. Mereka juga tak akan bisa menggunakan Mana, seperti Ras Elf pada umumnya.
***
“Palingan metode kekerasan!” gerutu Regar menebaknya.
“Hehehe ... saya akan menggunakan 25% metode pelatihan militer dari bumi padamu!” seru Setiawan lagi sambil mengaduk-aduk gulai rendang buatannya.
“Masakan apa ini paman?” tanya Regar penasaran, karena ia belum pernah melihatnya dimasak oleh nenek Elisabeth.
“Tentu saja salah satu masakan terenak di bumi!” sahut Setiawan tetap mengaduk-aduk gulai rendang itu.
“Salah satu,” guman Regar dan berkata lagi, “Berarti masih banyak lagi masakan enak lainnya?”
“Ada ribuan masakan enak dari bumi,” jawabnya. “Bumi itu memiliki ribuan suku bangsa, bahasa, sistem pemerintahan yang berbeda-beda, budaya berbeda juga dan banyak lagi.”
“Wah hebatnya ... berarti kalian bangsa yang cerdas dong Paman. Padahal tak bisa menyerap Mana, namun senjata yang bisa melesat seperti anak panah tadi hebat sekali,” kata Regar memuji Pistol G-2 yang dipakai Setiawan menembaknya tadi.
“Itu belum seberapa. Bahkan ada negara di sana yang mampu menghancurkan sebuah kota dalam sekali serang!” sahut Setiawan yang maksudnya adalah bom Nuklir.
“Hebat sekali, bisakah Paman mengajariku cara membuatnya?” tanya Regar dengan antusias, ia berpikir jika digunakan melawan Kerajaan Yakjud nantinya, mereka tak perlu repot-repot lagi bertarung lansung di garis depan musuh.
“Bodohhh! Mana bisa dibuat seorang diri itu,” sahut Setiawan sambil menokok kepala Pangeran terkutuk itu, dengan sendok besar yang digunakannya untuk mengaduk gulai rendang itu.
“Terus bagaimana dong, Paman?” tanya Regar lagi sambil memegang kepalanya yang kesakitan kena pukul pakai sendok itu.
Setiawan menghela nafas dan mulai mengatakan, “Semua itu butuh proses panjang, bahkan lebih dari ratusan tahun, yang diwariskan dari generasi ke generasi. Dan satu lagi, itu tak bisa dikerjakan oleh satu orang. Makanya kunci untuk memajukan suatu negara adalah pada sistem Pendidikannya. Dari sanalah muncul ilmuwan hebat yang merubah peradaban lama menjadi peradaban baru yang lebih hebat. Itu juga berlaku pada kalian! Orang pertama yang menemukan metode penyerapan Mana yang diubah menjadi tenaga dalam itu, pasti pada awalnya tak sempurna. Maka, generasi selanjutnya mulai melakukan metode pembaharuan sehingga seperti yang sekarang ini. Itupun tak menutup kemungkinan dimasa depan ada yang menemukan metode baru yang menyempurnakan metode sekarang. Ilmu pengetahuan itu tak terbatas, ia akan terus berkembang seiring berjalannya waktu.”
“Walaupun yang masuk ke pikiranku, cuma sedikit. Namun yang kusimpulkan adalah, nanti saat aku menjadi suami Ratu Kerajaan Sirius, Aku akan mewajibkan anak-anak di sana untuk menempuh pendidikan dan tentunya gratis. Supaya ilmu pengetahuan seperti yang Paman bilang juga berkembang di sini hehehehe ....”
“Bagus, ilmu pengetahuan adalah kuncinya untuk menjadi negara besar!” Setiawan memuji tekad Pangeran Regar Virmilion.
Akhirnya gulai rendang daging yang dibuat Setiawan matang. Mereka kemudian makan bersama. Regar sangat menyukainya, karena ini pertama kali baginya makan masakan asing ini.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Nur Tini
Ooh gitu ya.. Jadi manusia bumi tdk kuat dgn atmosfer di latinesia. Semakin lama semakin berkurang imunnya...
2022-07-27
1
Usman Sija
ciuss
2022-06-23
0
Wedus Gembel
salam satu aspal tiga pedal
2022-04-03
1