Setiawan mendengar suara kuda mendekat ke gudang tua tempatnya tinggal. “Apakah ada Elf yang mendekat atau mereka tentara di negara ini yang telah menyadari kehadiranku,” guman Setiawan sambil turun dari ranjang dan merangkak meraih kedua pistol G-2 yang tergeletak di lantai.
Sedangkan untuk senapan SS-2 buatan PT.Pindad Indonesia tersebut, telah dirusak oleh Pangeran Regar Virmilion saat ia mencoba menunjukkan cara penggunaan mana pada Setiawan.
Setiawan mengisi kedua pistolnya dengan peluru, bersiap-siap menembak Elf yang akan masuk ke gudang tua itu.
“Apa aku akan ditangkap oleh tentara negara ini dan disiksa untuk dimintai keterangan.” Setiawan sudah membayangkan dirinya mendapat siksaan berat seperti di film-film yang ditontonnya dulu sewaktu masih tinggal di Jakarta.
“Tidak-tidak! Lebih baik Aku mati daripada disiksa,” gumannya lagi tetap mengarahkan pistol G-2 ke arah pintu masuk gudang tua itu.
***
Di luar gudang tua, Pangeran Regar Virmilion menurunkan muatannya.
“Pertama-tama Aku simpan Pedang pemberian bunda ini saja,” guman Regar membawa Pedang itu masuk kedalam.
Saat Regar membuka pintu gudang, tiba-tiba: “Dor! Dor ! Dor! Dor!” suara tembakan dari pistol G-2 terdengar saat Setiawan menarik pelatuk pistol itu.
Insting Pangeran Regar Virmilion tiba-tiba merasakan, sesuatu yang sangat membunuh mengarah padanya.
Regar menggenggam erat Pedangnya dan mengalirkan tenaga dalam pada pedang itu. Bahkan lantai pijakannya menjadi retak saat sang Pangeran terkutuk itu memasang kuda-kuda asal-asalan.
Ketika peluru itu mendekati Pangeran Regar Virmilion, ia seolah-olah melihatnya dan lansung menangkisnya dengan Pedangnya. Gerakannya cukup cepat, membuat Setiawan tercengang melihatnya.
“Hebat-hebat-hebat!” Setiawan bertepuk tangan memuji Regar yang dengan sigap mampu memantulkan keempat peluru yang ditembakkan olehnya.
“Hahaha ... Aku juga tidak tahu kenapa refleksku begitu cepat begitu,” sahut Regar sambil tertawa.
“Aku ingin mencoba sekali lagi,” kata Setiawan bersiap menarik pelatuk pistolnya.
“Ja-jangan!” teriak Regar ketakutan. “Manaku sudah habis, Aku perlu beristirahat menyerap Mana!” katanya lagi.
“Cepat kali habisnya, baru juga mulai,” gerutu Setiawan kesal. “Kalau begini, mana bisa kau menjadi suami seorang Ratu!” ejeknya lagi. Membuat Pangeran Regar Virmilion cemberut.
Regar kemudian menaruh Pedangnya disudut gudang tua itu dan kembali keluar mengambil buku-buku yang dibawanya dari kastil, serta perbekalan mereka juga.
Setiawan hanya tersenyum saja melihat Sang Pangeran terkutuk itu merajuk seperti anak kecil yang tak dikasih jajan. Regar diam saja sambil mengemasi barang-barang yang dibawanya.
“Ayolah, jangan merajuk begitu. Kau mau menjadi kuat, tidak?” Setiawan memulai berbicara setelah suasana hening beberapa saat.
“Hah ....” Regar menarik nafas dalam-dalam, ia kemudian berjalan menghampiri Setiawan dan Menyerahkan buku-buku yang dimintanya itu. “Paman lihat saja buku ini dan ajari Aku menjadi kuat!” katanya lagi sambil duduk disebelahnya.
“Ngapain kau duduk!” seru Setiawan.
“Hah, Kan—”
Belum selesai ia bicara, Setiawan lansung menyela. “Berlari keliling peternakan 50 kali tanpa menggunakan Mana!” katanya.
“Eh, kalau tak menggunakan Mana akan capek, dong?” Protes Pangeran Regar Virmilion.
“Kenapa kau cepat habis Mana?” tanya Setiawan lagi.
Regar berpikir sejenak, namun tak tahu kenapa ia sangat cepat kehabisan Mana. Kemudian berkata, “Tak tahu Paman, mungkin karena Aku terkutuk!” sahutnya ragu-ragu.
“Bukan itu bodoh!” seru Setiawan kesal. ”Kan, kau bilang bahwa Mana itu diserap dari alam. Berarti itu sama saja dengan tehnik mengatur pernafasan dalam dunia olahraga. Perbandingannya, mereka yang tak pernah olahraga akan memiliki fisik lebih lemah dan gampang capek. Sebaliknya mereka yang rutin olahraga akan memiliki tubuh yang bugar. Bahkan seorang pelari bisa berlari puluhan mil jauhnya dengan mengatur pernafasannya dengan baik.”
“Masuk akal juga teori dari dunia Paman itu. Walaupun di sana tak ada Mana, mungkin dengan cara itu Aku bisa menyerap Mana lebih mudah dan efisien,” sahutnya sambil beranjak dari tempat duduknya.
Regar kemudian pergi keluar dan mulai berlari berkeliling peternakan. Namun, baru sekali putaran ia sudah ngos-ngosan, matanya bahkan berkunang-kunang dan air liurnya terasa kering.
“Astaga! Apa latihan militer di dunia Paman itu sangat kejam, ya?” gerutu Regar berbaring di rerumputan.
Setelah merasa lelahnya sudah berkurang. Regar kembali berlari mengelilingi peternakan, namun sekarang dengan tempo yang sangat lambat.
***
Di dalam gudang tua, Setiawan membuka buku pemberian Regar dan mulai membacanya.
“Ini tulisan Mesir kuno!” guman Setiawan saat membuka lembar pertama buku itu. “Menarik juga pembahasan tentang Mana ini, jika kupelajari lebih dalam, mungkin saja Aku juga bisa menggunakannya,” katanya lagi.
Setelah membaca lembar demi lembar hingga akhirnya Setiawan berakhir di lembar terakhir yang bertulisan aksara Jawi.
“Ini ....” Setiawan terkejut. “Berarti ada orang Indonesia yang pernah terlempar juga kemari,” kata Setiawan, yang antusias melihatnya.
Dengan senyum sumringah, Setiawan mulai membacanya, namun ketika mulai membaca ke bagian bawah. Senyum Setiawan pudar dan berubah menjadi sedih.
“Hah ....” Setiawan menghela nafas dalam-dalam. Air matanya mulai keluar dari kelopak matanya dan mengalir membasahi wajahnya.
“Maaf Pangeran Regar, mungkin aku tak akan lama menemanimu. Akan kuusahakan kau menjadi kuat, seperti yang telah kujanjikan.”
Setiawan mengusap air matanya dan mulai membaca buku-buku lainnya. Mencari kelemahan dan kelebihan Mana tersebut untuk menjadikan Pangeran terkutuk itu yang terhebat di daratan Latinesia ini.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Ahmad Syahrullah
Di luar nalar 🤯
2023-08-23
0
Ahmad Syahrullah
Regar gobl"k
2023-08-23
0
Nur Tini
Setiawan kok nangis ada apa ya, dituliskan jawi kuno itu...
2022-07-27
0