Gadis Penjual Kue

Armand duduk di bangku taman bersama Ana. ia tadi menelpon Ana dan meminta bertemu. entah kenapa ia merasa tenang jika di dekat gadis itu.

Ana diam menemani Armand menunggu lelaki itu berbicara sesuatu padanya. karena sedari tadi Armand hanya diam dan tampak kesal.

"Apa kau mau berbicara sesuatu?". Ana memberanikan diri membuka suara. karena dilihatnya Armand hanya kalut dan menghabiskan beberapa batang rokok.

"Aku ingin kau duduk dan menemani ku". Armand mematikan rokoknya.

"Baiklah". Kata Ana sembari tersenyum.

"Ana apa kau menyukai ku?". Armand memandang wajah Ana yang terlihat malu-malu.

"Iya aku menyukai mu". Kata Ana jujur.

"Bagaimana bisa kau menyukai ku padahal kita baru bertemu beberapa kali saja".

Ana tersenyum, Armand semakin heran memandang Ana. Ana terlihat cantik ketika tersenyum. ia bahkan sangat cantik ketika kemarin Kristal mendandaninya, batin Armand.

"Kita sudah lama bertemu". Ana memgeluarkan sebuah bola nasket usang dari dalam tas ranselnya. kebetulan ia tadi sore bermain basket tidak jauh dari taman. Armand menerima bola basket usang itu. ia ingat bola itu di pajang di ruang tamu apartemen Ana. Armand mengerutkan keningnya, ia tidak mengerti dengan maksud gadis itu.

"Bola basket?, apa maksudnya ini Ana?".

"Bola itu pernah kau mainkan ketika perayaan kelulusan sebelum masuk universitas. kau membuang bola itu ke pinggir lapangan karena sudah jelek dan rusak. waktu itu aku memungutnya".

"Bagaimana bisa kau di sekolah ku?, apa kita satu sekolah?".

"Sejak sekolah menengah pertama aku mengenal mu. kau bahkan yang menyelamatkan ku dari siswa lain yang mengejek dan mengerjaiku. kau ingat gadis penjual kue di sekolah dulu?". Ana tersenyum mengenang. Armand terlihat berpikir, tak lama ia tersenyum. ia ingat dengan gadis mungil penjual kue, siswa di sekolahnya dulu.

"Apa kau juga satu universitas dengan ku?".

"Benar, aku di fakultas ekonomi dan kau di fakultas teknik. gedung kita bersebelahan".

"Ana". Armand menatap Ana lekat. ia tidak tahu ada gadis sebaik Ana yang menyimpan rasa suka sedalam itu padanya.

***

Kristal melipat jas buatannya sendiri. ia mendesain dan membeli kain untuk bahan jas itu sendiri. jas itu adalah kado ulang tahun untuk Hendrico. Kristal membungkusnya dengan rapi. pagi itu ia mendatangi kantor Hendrico dan menyerahkan kado itu pada Ryan.

"Ryan tolong berikan ini pada kak Hen". Kristal menyerahkan bungkusan kado dan seikat bunga untuk Hendrico.

"Kenapa nona tidak memberikan sendiri pada tuan Hen".

"Kau saja yang menyerahkannya, katakan padanya aku membuat sendiri kado itu". Kristal berbalik pergi meninggalkan gedung WJ Group. ia menaiki taxi dan bergegas menuju butik tempat kerjanya.

Ryan meletakan bingkisan kado dari Kristal di meja kerja Hendrico. setelah kembali dari meeting Hendrico melihat kado itu.

"Nona Kristal yang mengantarnya tadi pagi tuan". Kata Ryan.

Hendrico terdiam memandang kado itu. ia menyentuh seikat bunga dari Kristal.

"Nona bilang ia sendiri yang membuat kado itu untuk tuan".

Hendrico duduk memegang kado itu. ia tersenyum getir.

Kenapa harus gadis muda itu?, apa aku sudah gila!.

Tanpa ia sadari sepertinya ia mulai jatuh cinta pada Kristal. Hendrico tidak mau merusak persahabatannya dengan Armand yang sudah terjalin belasan tahun. ia dan Armand layaknya saudara. Hendrico menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi kerjanya yang nyaman. ia memejamkan matanya. bukan bayangan mendiang Maudy yang melintas di pikirannya melainkan Kristal.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!