Bola Basket Usang

Hendrico duduk diam di kursi belakang sementara Ryan sang asisten mengemudi dengan kecepatan sedang. Hendrico menikmati pemandangan kota di malam hari dari kaca jendela mobilnya. pandangannya tertuju pada seseorang yang sedang duduk seorang diri di bangku taman pinggir jalan.

"Hentikan mobilnya". Pinta Hendrico. Ryan menghentikan laju mobilnya, dengan sigap ia turun dari mobil dan membuka kan pintu mobil untuk Hendrico. lelaki itu tersenyum mentap seorang gadis disana. Hendrico memang sedikit kesal karena melihat Kristal kemarin bersama seorang pemuda.

"Mana kekasih mu itu?". Suara Hendrico mengejutkan Kristal. gadis itu mendongak dan tersenyum cerah. senyumnya itu yang paling di sukai oleh Hendrico.

"Kakak kau disini?". Kristal mengedarkan pandangannya mungkin saja Hendrico pergi dengan Amelia pikirnya. tapi ternyata tidak, hanya ada Ryan yang terlihat berdiri di samping mobil Hendrico.

"Kenapa kau disini sendirian?". Hendrico mengulangi pertanyaannya.

"Oh ya Kiano bukan kekasih ku ia hanya teman ku saja. jadi kakak berhentilah cemburu pada ku".

"Gadis ini! memang siapa yang cemburu pada mu?!".

Kristal tertawa melihat Hendrico marah. ia mencubit pipi lelaki itu.

"Hei sopan lah sedikit, aku ini lebih tua dari mu!".

"Baiklah paman Hendrico". Hendrico menghela nafas ia kehabisan kata-kata dengan gadis di hadapannya.

"Aku janjian makan malam dengan Kak Armand. dan aku merencanakan pertemuan kakak ku denagn Ana jadi kutinggalkan mereka berdua".

"Ana?, siapa itu?".

"Gadis yang di kenalkan ibu pada kak Armand, hanya saja kak Armand tidak menyukainya".

Hendrico mengedikan bahunya. ia tahu tentang kisah cinta Armand yang sering kandas dengan para wanita.

"Kakak kau sudah makan?, aku lapar".

"Kalau lapar kenapa kau tak pulang dan minta makan pada bibi Yun".

"Ah aku bosan, ayo kita makan bersama".

Keduanya menuju sebuah tempat makan. Kristal terlihat lahap dengan makanannya. semetara Hendrico sibuk memandangi gadis itu.

"Apa kau sudah mulai bekerja?". Tanya Hendrico sembari mengusap saus yang mengotori pipi Kristal dengan tangannya.

Kristal terkejut dan berhenti mengunyah. perhatian kecil yang di berikan Hendrico membuatnya serasa melayang senang.

"Iya aku sudah bekerja".

"Habiskan makanan mu lalu pulang dan beristirahat lah".

Kristal mengangguk memandang wajah tampan Hendrico.

Dia tampan sekali, selama ini ia merawat dirinya sendiri. sorot mata nya tidak berubah masih sama seperti dulu. teduh dan terlihat sedih.

***

Ana bangkit dari kursinya mengikuti langkah Armand. keduanya sudah selesai makan malam. Armand masih kaku hanya saja sudah lumayan tidak seperti kemarin. Ana terlihat kesakitan, kakinya lecet karena mengenakan high hells milik Kristal.

"Jika kau tak terbiasa dengan benda itu kenapa kau memakainya". Armand menyadari gadis itu kesakitan karena sepatunya.

Ana hanya terdiam tidak menjawab pertanyaan Armand.

"Tunggu sebentar disini". Kata Armand, ia berjalan cepat menuju mobilnya dan mengambil sepasang sandal.ia menyerahkan sandal itu pada Ana.

"Lain kali jadilah diri mu sendiri". Kata Armand. Ana mengangguk senang.

"Akan ku antar kau pulang". Armand mengajak Ana masuk ke dalam mobilnya. ia mengantarkan Ana pulang ke apartemennya.

"Kau tinggal dengan siapa?". Tanya Armand.

"Sendiri".

"Di mana orang tua mu?".

"Sudah tiada". Armand terdiam. ia menyesal kemarin berkata kasar pada Ana. setidaknya ia bisa lebih baik sekarang.

"Ku antar kau masuk". Kata Armand. Ana terlihat grogi ia membuka pintu apartemennya dengan ragu Armand memasuki apartemen itu dan duduk tenang di sofa. ia mengamati ruangan itu. ada suatu benda yang menarik perhatiannya. sebuah bola basket yang sudah usang terpajang di atas lemari kecil di ruang tamu itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!