Tercium bau antiseptik dan obat-obatan, selang infus terpasang ditangan kecil Liyuna. Kedua matanya tertutup dan nafasnya terlihat normal, namun di kepalanya terlilit oleh perban dan ada gips ditangan kanannya, menandakan bahwa gadis kecil itu sedang tidak baik-baik saja.
Liyuna yang jatuh dari tangga hingga tubuhnya terguling mendapat luka yang cukup parah. Kepalanya sobek dan perlu dijahit dan tangan kanannya patah. Orang-orang yang melihat kejadian itu menjadi histeris karena terkejut. Mereka tidak menyangka bahwa Allen akan melakukan tindakan seekstrim tersebut.
Saat itu, hati pikiran Allen menggelap dan dia tidak bisa berpikir jernih karena marah pada senior-senior itu. Mereka telah menekan tombol yang seharusnya tidak boleh mereka tekan dan hal itu membuat Allen marah besar.
Setelah Liyuna tak sadarkan diri, seseorang memanggil guru dan Liyuna segera diantar ke rumah sakit oleh ambulans milik sekolah supaya dapat diobati secepat mungkin. Kepala sekolah langsung menghubungi kedua orang tua Liyuna dan Allen. Namun kedua orang tua Allen tidak bisa datang sehingga diwakilkan oleh kakaknya, Zion.
Setelah perawatan terhadap luka Liyuna sudah selesai, dengan segera ia dipindahkan ke ruang VIP dan langsung mendapatkan pelayanan terbaik dari rumah sakit. Kedua orang tua Liyuna terlihat sangat cemas, Sara juga terlihat memegang tangan kiri Liyuna dan air matanya terus mengalir, Karl berusaha menenangkan istrinya dan yakin bahwa anaknya pasti akan baik-baik saja.
"Saya benar-benar menyesal musibah ini terjadi kepada Nona Liyuna. Saya sebagai kakak Allen benar-benar minta maaf, Tuan dan Nyonya Castris." Zion meminta maaf dengan membungkukkan tubuhnya.
"Kami akan menganggap hal ini sebagai kecelakaan yang tidak disengaja, namun jika kalian para Ravenray berani menyentuh putri kami lagi, kami para Castris tidak akan tinggal diam." Karl mengancam Zion dengan membawa nama Castris. Bagaimana pun juga, putrinya yang di bahayakan, ia tidak akan tinggal diam jika ada yang berani mengganggunya meski itu Ravenray sekalipun.
Zion yang merasa bahwa Karl sedang menahan amarahnya dan menatapnya dengan tajam hanya bisa memejamkan kedua matanya dan berusaha untuk tidak gentar. Yang ada dihadapannya saat ini adalah Kepala Keluarga Castris, salah satu keluarga konglomerat yang sangat terpandang di Elisien[1]. Zion tidak bisa bertindak ceroboh dan menampakkan kelemahannya karena ia adalah calon pewaris utama Raven Group dan ia menjadi representatif dari keluarga Ravenray, dia tidak bisa membuat malu keluarganya.
Sebenarnya Ravenray dan Castris memiliki reputasi yang sama-sama baik, mereka juga memiliki kekayaan yang hampir setara, namun keluarga Castris lebih dikenal banyak orang karena mereka selalu melakukan investasi dan mendonasikan sebagian harta mereka dalam banyak sektor, seperti bidang kesehatan dan kemanusiaan sehingga mereka yang membantu orang-orang yang sakit namun tidak punya uang serta membantu anak yatim piatu dikenal banyak orang dan juga mereka memiliki bisnis di bidang real estate dan properti. Berbeda sekali dengan Ravenray yang aktif dalam bidang bisnis restoran, hotel, dan teknologi. Walau sama-sama dikenal, reputasi mereka di mata masyarakat cukup berbeda.
"Baik, saya akan selalu mengingatnya. Kalau begitu, saya undur diri terlebih dahulu. Ravenray akan segera mengirim surat perminta maafan secara resmi ke kediaman Castris." Zion segera undur diri untuk memberikan waktu untuk Karl dan Sara untuk menemani putrinya. Dia tidak ingin menganggu lebih jauh lagi.
Karl dan Sara tidak membalas ucapan Zion. Mereka sibuk memperhatikan keadaan Liyuna, namun Zion juga tidak merasa tersinggung dengan sikap Karl. Bagaimana pun juga, adiknya lah yang salah. Dia sendiri juga tidak menyangka jika adiknya akan berbuat seperti itu hingga mencelakai orang lain.
Setelah mengunjungi Liyuna, Zion segera pulang ke rumah untuk menemui adiknya. Sesampainya di kediaman Ravenray ia langsung disambut oleh pelayan yang dipekerjakan keluarganya. Zion memberikan mantelnya kepada pelayan yang berdiri didekatnya sambil membenarkan dasi yang ia pakai.
"Dimana Allen?" tanya pada pelayan tersebut.
"Tuan Muda Allen ada di kamarnya."
Mendengar jawaban dari si pelayan, Zion langsung bergegas menuju kamar Allen. Ia mengetuk pintu Allen, "Allen, buka pintumu."
Pintu Allen terbuka, "Apa yang kau inginkan?" tanyanya dengan ketus.
Allen berjalan menuju tempat tidurnya tanpa menunggu jawaban dari Zion, ia duduk di atas tempat tidurnya yang dibalut sprei warna hitam putih. Zion masuk ke dalam kamar Allen dan berdiri dihadapannya.
"Apa kau sudah merenungkan tindakanmu?"
"Hah! Merenungkan tindakanku?"
Sorot mata Allen mendingin ketika mendengar pertanyaan dari Zion. Bagi Allen, tidak ada alasan baginya untuk menjawab pertanyaan Zion.
"Apa kau sadar apa akibat dari tindakanmu?"
"Memangnya aku peduli?"
"Kau membahayakan Ravenray!"
Sudut bibir Allen terangkat, membentuk seringai yang begitu mengerikan. Ada alasan kuat mengapa Allen seperti ini, sejak dulu hubungan kakak adik ini menang tidak pernah bisa akur. Allen terlihat sangat membenci Zion, mungkin karena mereka memiliki ibu yang berbeda dan mungkin juga ini karena peristiwa waktu itu.
"Terus?" tanya Allen menantang.
Zion menghela napas mendengar pertanyaan Allen. Dia tahu jika Allen tidak akan mau mendengarkannya, namun dia juga tidak bisa tinggal diam karena dia bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah ini sebelum orang tua mereka pulang.
"Renungkan lah tindakanmu, kau tidak diperbolehkan meninggalkan kamarmu sampai kau meminta maaf pada Nona Yuna. Lakukanlah dengan baik, atau ayah akan menghukummu dengan hukuman yang lebih berat." Ucap Zion untuk terakhir kalinya sebelum keluar dari kamar Allen menuju ruang kerjanya.
Allen dan Zion memiliki sejarah yang kurang baik antara satu sama lain. Mereka adalah kakak adik yang umurnya terpaut 10 tahun. Di usia yang masih cukup muda, Zion dapat bertindak dengan cukup bijaksana karena ayahnya mengajarinya untuk seperti itu. Anak yang seharusnya menikmati masa mudanya malah harus mengurusi masalah keluarga. Itu adalah tanggung jawabnya sebagai anak pertama. Berbeda dengan Allen yang sudah kehilangan ibunya, ibu Zion masih hidup hingga saat ini dan alasan Allen membencinya adalah, ya, mungkin karena peristiwa waktu itu. Ketika Zion mengatakan hal yang tidak seharusnya ia katakan pada istri kedua ayahnya dan mungkin saja perkataannya lah yang membuat wanita itu melakukan tindakan ekstrim sampai merenggut nyawanya.
Namun, Zion yang waktu itu hanyalah anak berusia 14 tahun yang tidak bisa mengontrol perasaannya. Kini, ia sudah menjadi lebih dewasa dari pada waktu itu.
Mari kita kembali pada Liyuna yang masih terbaring di rumah sakit. Ia masih kehilangan kesadarannya dan sepertinya dia sedang bermimpi buruk karena dahinya mengerut. Sara tertidur di sofa karena kelelahan menjaga putri semata wayangnya dan Karl sudah kembali ke kantor karena ada urusan yang tidak bisa ditinggal. Sedangkan jiwa yang berada ditubuh Liyuna sedang menyeberang ke perbatasan antara dunia ini dan dunia lain, bertemu dengan kehampaan ditengah keheningan.
Jiwa gadis itu berada disebuah tempat yang begitu terang seperti semua cahaya masuk ke dalam tempat itu dan tersegel di sana. Jiwa itu merasa kebingungan karena tiba-tiba dia ada ditempat yang aneh seperti ini.
"Halo, apakah ada orang disini?" Ucapnya sembari berjalan ke sana kemari mencoba mencari eksistensi makhluk hidup lain.
Jiwa tersebut tidak menemukan siapapun. Ini adalah tempat kosong yang tidak berpenghuni. Setelah menyerah untuk mencari keberadaan makhluk hidup lain, jiwa tersebut tiba-tiba saja melihat sekilas penglihatan tentang kematian gadis bernama Liyuna.
Tertusuk pisau, bunuh diri, meminum racun, semua terlihat dengan jelas.
Jiwa itu sadar, itu adalah takdir milik Liyuna. Dia sudah memainkan game ini berulang kali sampai ia sendiri ingat seperti apa ending Liyuna.
Tidak ada ending dimana Liyuna akan mati karena jatuh dari tangga. Dia yakin sebentar lagi akan kembali.
Jiwa tersebut perlahan-lahan mulai menghilang seperti serpihan kertas dan terbang terbawa angin.
Mata Liyuna perlahan-lahan terbuka dan kedua matanya menatap atap putih rumah sakit, hidungnya mencium bau antiseptik dan obat yang cukup menyengat.
"Aku masih hidup." Gumamnya dengan suara yang begitu lirih namun bisa kita dengar bahwa ia merasa sangat lega.
TBC
[1] Elisien adalah nama Ibu Kota dari Negara fiktif yang ada di Red String
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
louise
tinggal balas robek kepala allen apa susahnya sih? 🤨
2021-12-15
5
kambing terbang
yah mc gak mungkin mati sih sebelum ending cerita jadi sans ae
2021-08-16
3
JW🦅MA
LANJUJKAN AUTHOR
2021-08-08
1