Terlambat Sudah

Terlambat Sudah

Bab 1

Menerima pernikahan ini, tidak ada jaminan bahagia. Namun, menolak pernikahan ini, hanya membuatnya hidupnya semakin susah. Laki-laki bernama Barim itu hanya uang dan uang, dia tidak perduli siapapun. Daripada Fidiya menikah dengan pemuda pemabuk teman-teman pamannya, lebih baik dirinya meng-iyakan lamaran yang datang. Agar bisa jauh dari laki-laki yang dia panggil paman itu. Menolak lamaran itu juga tidak bisa, paman Barim terlihat sangat menginginkan pernikahan ini terjadi, Fidiya menolak atau menerima, pernikahan itu juga pasti akan terjadi.

Seminggu berlalu. Resepsi sederhana pun diselenggarakan.

Kebaya putih itu membalut tubuh kecil itu, lengkap dengan konde juga bunga melati yang menghiasi kepalanya. Saat ini dia sudah mengenakan kebaya pengantin.

Fidiya masih menganggap semua ini mimpi, kenapa begitu mudah seorang pengusaha pabrik textil yang bernama Ridwan Renardi menjatuhkan pilihan pada dirinya untuk menjadi calon istrinya. Tapi, ini bukan mimpi.

Tas jinjing yang berisi pakaiannya ada di dekatnya. Setelah acara selesai, dirinya akan mengikuti keluarga barunya.

Fidiya berulang kali menghela napasnya, berusaha menguatkan dirinya. Dia tidak memiliki keberanian untuk menolak lamaran ini, hanya harapan yang menguatkan Fidiya. Semoga tidak ada Barim yang lain di tempat tinggal suaminya nanti.

Selain pamannya yang tidak punya hati itu, Fidiya juga tidak berdaya untuk menolak lamaran yang datang. Yang kaya yang berkuasa, sedang dirinya hanya gadis miskin yatim piatu yang selama ini hanya hidup bersama neneknya. Tapi, wanita yang begitu berjasa bagi hidup Fidiya sudah istirahat di bawah batu nisan yang bertuliskan nama wanita tua tersebut.

Rasanya Fidiya sudah putus asa, keluarga yang sayang padanya juga tidak ada di desa ini, hanya keluarga sahabatnya yang terasa menyayangi dirinya.

Paman Barim, hanya memiliki ikatan darah dengannya, tapi tidak pernah perduli padanya. Dengan menikahkan Fidiya, pastinya rumah neneknya yang selama ini Fidiya tempati, akan menjadi milik pamannya yang serakah itu. Barim juga yang paling bahagia atas pernikahan Fidiya ini.

Fidiya menatap lekat pantulan dirinya yang ada pada cermin yang ada tepat di depannya. Sungguh tidak percaya kalau itu dirinya, memakai lipstik saja tidak pernah, cukup taburan bedak bayi yang sehari-hari dia pakai untung merias wajah ala dirinya.

Tok! tok tok!

Suara ketukan pintu, menyadarkan Fidiya dari lamunannya, perlahan pintu itu terbuka.

"Fidiya ...." Gadis cantik itu berusaha menahan suaranya. Saat melihat sahabatnya begitu cantik dengan balutan busana pengantin yang dia kenakan.

"Ismi ...." Fidiya sangat bahagia, Ismi bisa berhadir di acara akad nikahnya. Padahal kehidupan sahabatnya sebelas dua belas dengan dirinya, namun Ismi lebih beruntung, karena memiliki kedua orang tua lengkap dan punya dua adik cantik, sedang dirinya, hanya neneknya hal yang berharga yang dia miliki, namun hal berharga itu sudah pergi untuk selamanya.

"Makasih ya Is, kamu bisa berhadir di sini." Fidiya langsung memeluk sahabatnya itu.

"Sama-sama."

Belum puas rasanya memeluk sahabatnya itu, tapi pintu kembali diketok, terlihat dua wanita cantik yang melewati pintu itu.

"Kakak ipar, ayo kita menuju meja akad sekarang."

Fidiya dan Ismi melepaskan pelukan mereka.

"Kalau begitu, aku duluan keluar, sampai ketemu lagi, Fid," ucap Ismi.

Fidiya hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya perlahan. Gadis yang bernama Ismi itu sudah pergi, Fidiya pun diapit oleh kedua adik dari laki-laki yang akan menjadi suaminya.

Saat Fidiya terlihat, semua mata tamu undangan yang berhadir hanya menyorot satu arah, di mana Fidiya dan dua wanita cantik lain itu ada. Semua mengagumi kecantikkan mempelai wanita itu.

Fidiya duduk di samping seorang laki-laki tampan, yang terlihat lebih dewasa darinya, dia adalah Ridwan, laki-laki yang mempersunting dirinya.

Tanpa membuang waktu, acara pun segera di mulai, rangkaian demi rangkaian acara di lewati, hingga saat detik yang paling menegangkan yaitu pengucapan akad.

Dengan satu sentakkan tangan, Ridwan begitu lancar dan lantang mengucap akad nikah, suara 'sah!' dari kedua saksi terdengar, bagaikan angin sejuk yang berhembus membuat hati setiap orang di sana ikut merasa tenang.

Suasana tegang berganti dengan suasana nan hangat, Fidiya dan Ridwan bersanding di pelaminan, menyalami para tamu yang datang dan mengucapkan selamat atas pernikahan kepada kedua mempelai.

Tatapan sayu dari sepasang bola mata milik perempuan paruh baya itu selalu ter-arah pada kedua mempelai.

"Ibu kenapa?" Ismi bingung melihat reaksi wajah ibunya.

"Fidiya, apakah keluarga kaya itu akan memperlakukan dia seperti manusia?" Lidia mengusap air mata yang telanjur menetes.

Keluarga Ismi tidak mempunyai ikatan darah dengannya, tapi kekuarga Ismi sangat menyayangi Fidiya.

Ismi terdiam, keluarga mempelai pria terlihat begitu dingin, bahkan rasanya mereka tidak memandang Fidiya.

Fidiya terus tersenyum menyambut tamu yang menyalaminya, Ismi hanya bisa memandangi dari kejauhan. Sedang paman Barim, terus tersenyum melihat amplop yang terus dimasukkan tamu undangan dalam kotak yang tersedia. Sok pasti semua untuknya, karena Fidiya langsung pergi setelah resepsi sederhana selesai.

Acara resepsi terus berjalan, di akhir acara, Fidiya pergi bersama keluarga barunya, meninggalkan desa yang menjadi saksi bisu pertumbuhannya, kenangannya semasa kecil, kebahagiaannya bersama almarhumah neneknya.

Ismi dan warga yang berhadir di resepsi pernikahan Fifdiya, hanya bisa menatap mobil yang terus menjauh membawa Fidiya meninggalkan desa itu

*****

Perjalanan panjang di tempuh Fidiya menuju rumahnya yang baru. Pertama kali dalam hidupnya naik pesawat terbang, melihat wajah-wajah itu begitu dingin, Fidiya hanya bisa diam.

Saat duduk di kursi penumpang, Fidiya bingung, bagaimana memakai sabuk pengaman, laki-laki yang menjadi suaminya sungguh tidak perduli padanya.

Ingin menangis, tapi tidak tau menangis karena apa. Fidiya melihat keadaan sekitar, memerhatikan mereka yang memakai sabuk pengaman. Senyuman terukir di wajah Fidiya, akhirnya dia tau cara memasang sabuk pengaman.

Pesawat itu perlahan terbang ke udara, bermacam rasa bergemuruh dalam diri Fidiya, bahagia dirinya bisa merasakan bagaimana naik pesawat terbang, tapi sedih, laki-laki yang menjadi suaminya sama sekali tidak melihat dirinya. Laki-laki itu hanya memerhatikan kedua adiknya dan wanita paruh baya yang dia panggil ibu.

Fidiya berusaha mengalihkan pikirannya, agar tidak memikirkan semua ini terlalu jauh. Perlahan matanya terpejam, dia larut kealam mimpi.

"Kakak ipar, kakak ipar ...." Berulang suara itu samar Fidiya dengar, perlahan Fidiya membuka matanya, keadaan terlihat sepi. Entah berapa lama dirinya tertidur.

"Kakak ipar, ayo turun, kita sudah sampai," ucap Ara, adik dari Ridwan.

"Bagaimana melepas ini?" Fidiya sungguh tidak tau bagaimana melepas sabuk pengaman itu.

"Dasar udik!"

Hardikkan itu begitu menyayat hati Fidiya, bukannya membantu dirinya, laki-laki itu malah menghardik dirinya karena kegaptekkan dirinya.

"Tekan ini kak, nah tarik saja."

Benar saja sabuk pengaman itu terlepas. Fidiya segera bangkit, mengambil tasnya dan segera mengikuti langkah kaki Ara, laki-laki itu sudah tidak terlihat lagi di depan matanya.

Ya Tuhan, bagaimana hidupku dengan laki-laki yang sama sekali tidak menganggap aku ada. Gerutu hati Fidiya.

Akhirnya mereka keluar dari pesawat itu, terlihat di depan sana, laki-laki itu begitu manis memperlakukan ibu dan adiknya, entah kenapa kemanisan itu tidak didapatkan oleh Fidiya.

Fidiya terus melangkahkan kakinya, pikirannya terbang entah kemana, melihat laki-laki itu terus menggadeng adik perempuannya, sedang dirinya di abaikan.

Cemburu?

Fidiya tersenyum sendiri dengan pertanyaan yang dia tujukan untuk dirinya sendiri.

Dia adiknya, Fid. Tidak pantas kamu cemburu.

Fidiya hanya bisa menyemangati dirinya sendiri.

Dua buah mobil ada di depan sana terlihat, Ridwan membantu ibunya masuk kedalam mobil itu, diikuti oleh Melly, dia juga adik Ridwan.

"Kak, kak Ridwan sama kakak ipar di mobil itu, biar kami menaiki mobil milik kak Mel," ucap Ara.

"Aku juga bersama kalian, biar dia bersama supir di mobil itu." Tanpa memandang perempuan yang menjadi istrinya itu.

Senyuman kaku terukir diwajah Fidiya, sakit mendapatkan perlakuan seperti di awal pernikahan ini. "Iya, aku tidak mengapa, kalian lanjutkan saja, aku akan naik mobil itu kan?" Jari telunjuk Fidiya menunjuk kerah mobil yang satunya.

Bukan jawaban yang Fidiya dapat, laki-laki itu malah menutup pintu mobilnya, perlahan mobil itu pergi lebih dulu.

Dengan lemas, Fidiya melangkahkan kakinya menuju mobil yang satunya. Kali ini air matanya tidak bisa ditahan lagi, Fidiya memasuki mobil itu. Tanpa memandang sopir yang berada di kursi depan, Fidiya bersandar pada sandaran kursi dan memandangi pemandangan lewat kaca mobil yang ada di sampingnya. Tapi, air matanya terus mengalir mengingat keadaannya saat ini.

"Nyo--" Laki-laki yang berpakaian sopir itu tidak bisa meneruskan kata-katanya, saat melihat sosok wanita yang duduk di kursi bagian belakang mobil itu.

"Aaa---"

Suara deringan handphone yang ada di saku-nya, membuat laki-laki itu batal meneruskan perkataannya, laki-laki itu langsung menggeser icon bewarna hijau mengangkat panggilan telepon itu.

"Iya Pak."

"Fariz, langsung bawa istriku pulang! Dan cepatlah!" titah dari ujung telepon sana.

Tanpa menyapa wanita yang duduk di bagian belakang, laki-laki yang bernama Fariz itu segera melajukan mobilnya. Ada kata yang sangat menggores jiwanya, 'Istriku' Artinya wanita di belakangnya itu sudah menikah dengan majikannya.

Dengan perasaan kacau, Fariz melajukan mobil yang dia kendarai menuju kediaman bos-nya.

Terpopuler

Comments

Deli Waryenti

Deli Waryenti

ada apa, kenapa fariz kacau

2023-01-18

0

Lim Dany

Lim Dany

ABSURB dua duanya dipaksa nikah, apa cuma ceweknya saja yg dipaksa wkwkwkwwk

2022-03-15

0

Ika Iskandar

Ika Iskandar

Masih awal rasany ud nyesss

2022-01-07

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97 Tempat Khusus
98 Bab 98 Mimpi
99 Bab 99 Kadal Buntung
100 Bab 100 Tanda Lahir
101 Bab 101 Tower
102 Bab 102 Curiga
103 Bab 103 Rencana Elvina 1
104 Bab 104 Rencana Elvina dan Erla
105 Bab 105 Menyusun Rencana
106 Bab 106 Persis Fadlan
107 Bab 107 Rasa Itu Sama
108 Bab 108 Cinta Luar Biasa.
109 Bab 109 Anakmu
110 Bab 110 Hasil Test
111 Bab 111 Celebek
112 Bab 112 Mata-Mata
113 Bab 113 Termewek-Mewek
114 Bab 114 Termewek-Mewek Part 2
115 Bab 115
116 Bab 116 Panen Dimulai
117 Bab 117 Jera
118 Bab 118
119 Inspirasi Author
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97 Tempat Khusus
98
Bab 98 Mimpi
99
Bab 99 Kadal Buntung
100
Bab 100 Tanda Lahir
101
Bab 101 Tower
102
Bab 102 Curiga
103
Bab 103 Rencana Elvina 1
104
Bab 104 Rencana Elvina dan Erla
105
Bab 105 Menyusun Rencana
106
Bab 106 Persis Fadlan
107
Bab 107 Rasa Itu Sama
108
Bab 108 Cinta Luar Biasa.
109
Bab 109 Anakmu
110
Bab 110 Hasil Test
111
Bab 111 Celebek
112
Bab 112 Mata-Mata
113
Bab 113 Termewek-Mewek
114
Bab 114 Termewek-Mewek Part 2
115
Bab 115
116
Bab 116 Panen Dimulai
117
Bab 117 Jera
118
Bab 118
119
Inspirasi Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!